Itulah cerita panasku dengan perempuan berjilbab. Mana ceritamu???
Namaku Iqbal, usiaku 27 tahun. Saat ini aku tengah merintis bisnis freight forwarding dari sebuah kantor kecil di pinggiran kota Solo. Walaupun hanya dari sebuah kantor kecil, namun klien-klienku adalah perusahaan-perusahaan besar dari Eropa. Freight forwarding, usaha yang menurutku memiliki prospek yang sangat cerah. Apalagi dengan diterapkannya perdagangan bebas antar negara. Akan semakin mempermudah prosedur masuknya barang-barang dari negeri kita ke negara-negara lain.
Awal Februari 2014, kantorku kebanjiran order dari Jepang. Aku kelabakan mencari pesanan 15 kontainer dengan deadline hanya 2 minggu. Semua supplier sudah kuhubungi, tapi total, mereka hanya sanggup mengerjakan setengah dari pesanan, selebihnya mereka angkat tangan. Itupun setelah aku memaksa dan memohon-mohon.
Akhirnya setelah searching sana-sini di FJB Kaskus emoticon-Betty (S) Aku berhasil menemukan supplier-supplier baru yang sanggup mengerjakan sisa order. Malah dengan harga deal yang jauh lebih murah. emoticon-Malu (S)
Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 08:00 malam. Suasana kantor sunyi senyap. Semua karyawan sudah pulang sore tadi. Hanya Pak Joko, security kantor yang masih tersisa. Beliau segera membukakan pintu gerbang begitu tau aku mengeluarkan sepeda motor.
Namun tak kusangka, hujan lebat mengguyur bak air bah yang ditumpahkan dari langit. Kulihat barisan pohon besar di seberang jalan meliuk-liuk seperti akan rubuh diterjang angin kencang.
Sial bagiku karena hari ini aku memilih berangkat ke kantor menggunakan sepeda motor. Mana aku lupa tak membawa raincoat. Namun sudah kepalang tanggung, aku sudah tak kuat menahan lapar. Pak Joko sempat mencegahku agar tidak nekat. Namun itu tak membuatku mengurungkan niat.
Akupun segera memacu motor menembus derasnya hujan. Namun sial lagi bagiku, helm yang kupakai kacanya gelap. Bila kututup aku tak bisa melihat jalan. Namun bila kubuka, derasnya hujan membuat mataku perih. Sial, benar-benar simalakama.
Karena jalanan cukup lengang, kupacu motorku lebih kencang dengan maksud supaya lebih cepat sampai ke rumah. Namun tak kusangka, di depan jalur yang kulalui, ada sebuah lubang besar menganga yang tertutup genangan air hujan.
Selang beberapa detik kemudian, motorku menghajar lubang tersebut dengan kecepatan tinggi.
Braakkkkk.. Tak pelak, aku jatuh terpelanting di atas aspal. Motor sport 250 cc yang kunaiki bahkan sampai terseret belasan meter.
Setelah itu aku tak sadarkan diri, hingga kudengar suara seorang perempuan muda perlahan-perlahan memulihkan kesadaranku.
"Mas, bangun Mas, jangan tiduran ditengah jalan gini! Bahaya, ayo menepi dulu, aku obatin luka-lukanya."
Sejenak aku linglung, aku terdiam, mungkin masih shock dengan kejadian tadi. Perempuan muda itupun sepertinya paham. Dilungsurkannya botol air mineral sementara tangan kirinya masih memegangi payung berusaha melindungiku dari derasnya hujan.
"Diminum dulu Mas biar tenang."
Akupun segera meraih botol air mineral tersebut tanpa sedikutpun membalas kalimat2nya.
Pelan-pelan aku dibantunya untuk berdiri. Meski kakiku gemetaran, untungnya aku masih kuat mengangkat sepeda motorku untuk kemudian menuntunnya pelan-pelan.
"Ayuk, Mas ketempatku dulu." Kata perempuan muda tadi.
Baca Juga : Perawan Ku Diambil Adiku Sendiri Saat Aku Tidur
Baca Juga : 7 Fakta dan cerita unik tentang Bercinta
Akupun berjalan terseok-seok menuntun sepeda motor mengikutinya dari belakang.
Rupanya aku dibawa perempuan muda tadi ke sebuah apotek tak jauh dari lokasi kecelakaan.
Setelah memarkir sepeda motor, aku dibawa masuk ke dalam apotek.
Di dalamnya ternyata terdapat ruangan praktek dokter bersama. Namun tak kulihat seorangpun disana, mungkin karena sudah di luar jam praktek. Sunyi senyap jadinya.
"Ini Mas, kebetulan ada baju ganti, dilepas dulu pakaiannya, basah kuyup gitu nanti masuk angin, aku tinggal bentar ya, aku juga mau ganti baju, basah semua juga nih."
"Oh, iya Dik, maaf ya ngrepotin. Makasi banget juga sudah nolong saya. Gatau gimana jadinya kalo tadi gak ada Adik." Jawabku
"Alahhhh Mas, santai aja. Oh iya, itu baju sama celana baru semua koq, kebetulan dpt gratisan dari PBF. Lagi promo produk baru. Gak bagus sih, tapi masi mending drpd pake pakaian basah."
"Duhh Dik, dikasi baju ganti aja udah alhamdulillah. Makasi banyak pokoknya."
"Iya Mas, sebentar ya."
Tak lama kemudian si perempuan muda sudah kembali lagi ke dalam ruangan praktek dokter dan membawa satu nampan berisi peralatan P3K.
Pakaian yang ia kenakan pun sudah berganti. Tadi ia mengenakan dress longgar terusan dibalut jilbab berbahan kain T-Shirt yang terulur panjang hingga hampir menutupi pinggangnya.
Namun kini ia berganti memakai baju lengan panjang ketat dan celana jins serta kerudung pashmina yang secara keseluruhan membuat lekuk-lekuk tubuhnya menjadi sedikit terekspos. Lekuk-lekuk tubuh yang menurutku sangat 'lebih' untuk ukuran perempuan muda seusianya.
Satu hal yang membuatku agak terkejut. Dari tadi aku ngobrol dengan perempuan muda ini namun aku tak begitu memperhatikan.
Ternyata ia memiliki paras wajah yang sangat cantik. Kulitnya putih bersih dan bersinar. Dibalut dengan jilbab pashmina yang ia padu padankan dengan T-shirt lengan panjang yang ia kenakan semakin menunjukkan aura kecantikan yang terpancar dari dirinya.
Wajahnya begitu teduh, sepertinya aku pernah melihat dia di suatu tempat, namun aku tak dapat mengingat pasti dimana.
"Duhh, maaf, pakaian saya jadi gak sopan gini, ga ada baju ganti yg lain sih, kepaksa baju jaman SMA aku pakai, gini deh jadinya." Ucap si perempuan muda memulai kembali percakapan, seakan ia mampu membaca pikiranku.
"Eh, salah saya donk Dik, kalo saya gak telentang di tengah jalan, Adik juga gak basah kuyup." Jawabku coba membuatnya nyaman.
"Sambil aku obatin luka-lukanya ya. Di kaki Mas banyak banget tuh lecetnya. Ada yg sampe bonyok parah begitu, mesti segera ditangani biar gak infeksi"
Lalu dengan mengambil posisi jongkok di depanku si perempuan muda mulai merawat luka-luka di kakiku. Walaupun sebenarnya aku agak gak enak dengan posisi seperti ini, tapi mau tidak mau harus dilakukan. Kucoba mengobrol untuk mencairkan suasana.
"Btw, namamu siapa Dik? Wajah Kamu koq kayaknya familiar banget? Hmmm, kita pernah ketemu dimana ya sebelumnya?"
"Aku Dewi, ah masak sih? Mas mau modus ya?hehehe.."
"Eh, suwer, enggak modus, serius. Hmmm, Deewi... Deeewi... Dewi ya? kayaknya aku mulai inget. Kamu punya kakak cewek gak? Aku dulu punya temen satu SMA yang wajahnya mirip banget sama Kamu, kali aja dia kakak Kamu. Oiyaa, kenalin, aku Iqbal."
"Hahh? Iqbal???? Tunggu tunggu tunggu, makin lama wajah Kamu makin familiar juga. Kamu dulu SMA mana?"
"SMA X Surakarta."
"Hahh? Aku juga lulusan SMA X, lulus tahun berapa Kamu?."
"Kamu juga lulusan SMA X? Ak 2005, kalo Kamu??"
"Hahhh? Beneran 2005? Aku juga lulusan 2005 lhoh."
"What? Jadi Kamu Dewiq ceweknya Si Pi'i preman sekolahan dulu itu? Masak sih ini Kamu, Wiq? Wajahmu dari dulu kayaknya gak berubah sama sekali. Awet muda Kamu ternyata. Cuman sekarang tambah pake hijab, aku jadi gak langsung bisa ngenalin."
"Betull betull.. Ini aku Dewiq. Dan Kamu Iqbal Ramadhan kan? Ketua Ekskul Pecinta Alam? MasyaAlloh, ternyata kita pernah satu sekolahan."
What a surprise, ternyata benar, aku pernah bertemu dengan Dewiq yg sempat kukira perempuan berusia muda belia tadi, bahkan sering. Meski kami tak saling kenal secara langsung karena tak pernah satu kelas, tapi ternyata kami saling tahu satu sama lain. Dewi Shinta Prameshwari. Siapa yang tak kenal dia, satu-satunya perempuan di sekolah yg memiliki darah campuran India - Sunda. Dengan wajah mirip bintang bollywood, badan tinggi semampai dan bentuk tubuh yang sangat aduhai. Dulu Dewiq menjadi incaran banyak pria tampan nan rupawan maupun pria-pria bermuka pas-pasan yang memiliki visi ke depan ingin memperbaiki keturunan.
Namun semua terheran-heran ketika ia justru menjadi pacar Pi'i, preman paling ditakuti di sekolahku dulu. Bukan hanya karena predikat Pi'i yang bad boy, tapi bentuk penampakan Pi'i yang dekil, berkulit gelap, memiliki masalah dengan tinggi badan, dan tentu saja jauh dari kata rupawan.
Aku menduga, dulu Dewi sengaja merekayasa hubungan mereka demi menghindari pria-pria yang berusaha keras mendekatinya dengan segala cara.
Obrolan pun berlanjut semakin hangat, mulai dari seputar kenangan-kenangan semasa SMA hingga masalah karir.
Dari situ aku baru tau, ternyata apotek ini milik Dewiq.
Baru dibukanya setaun lalu namun omzetnya sudah mencapai ratusan juta rupiah perbulan.
Namun sayang, sangat susah mencari karyawan, apalagi untuk giliran jaga malam.
Meskipun sudah diberikan gaji jauh di atas UMR. Tak ada karyawan yang tahan bekerja disana lebih dari satu bulan.
Bangunan apotek berlantai dua tersebut tanpa banyak diketahui orang ternyata menyimpan keangkeran. Karyawan disini seringkali mendapat gangguan dari makhluk-makhluk halus. Tak jarang mereka sering melihat penampakan, bahkan pernah beberapa kali penampakan terekam di kamera CCTV.
Saat inipun Dewiq terpaksa harus turun sendiri membuka apotek sampai malam karena 2 karyawannya baru saja mengundurkan diri.
Dewiq pun segera mengganti topik pembicaraan ketika aku semakin ingin tau kisah-kisah keangkeran apotek ini.
Sepertinya ia juga takut.
Hujan di luar masih deras, gemuruh petir masih sering terdengar. Sesekali diiringi suara keras menggelegar. Angin malam membuat suasana menjadi semakin dingin.
Obrolan pun beranjak menjadi sedikit panas ketika kami membahas masalah percintaan.
Dari situ aku juga baru tau kalau ternyata Dewiq sudah menjanda selama hampir 5 tahun.
Mantan suaminya seorang pejabat, menikah siri dengan penyanyi dangdut. Dewiq pun memutuskan untuk menggugat cerai.
Sementara aku, istriku sudah setahun lebih berada di Australia untuk menempuh pendidikan master. Kesibukan dan jarak menjadi halangan komunikasi di antara kami. Aku bahkan tak ingat, kapan terakhir kali kami berbincang melalui telepon.
Entah kenapa tiba-tiba saja aku berpikir kurang sopan.
Mulai dari berpikir bagaimana Dewiq memenuhi kebutuhan batinnya tanpa seorang suami selama hampir 5 tahun itu hingga menerka-nerka bagaimana rupa mantan suami Dewiq yang dengan bodoh menyia-nyiakan perempuan sesempurna dirinya.
Sementara itu proses perawatan luka-lukaku hampir selesai. Tinggal satu luka paling parah dan yang paling harus segera diberikan perawatan karena kerikil-kerikil kecil dan pasir banyak sekali menempel pada luka itu.
Dan bagian paling sialnya, luka itu menganga dari bawah pinggang sebelah kanan hingga paha bagian bawah.
Sehingga mengharuskanku untuk melepas celana.
Dalam posisi ini aku merasa sungkan dan serba salah.
Lagi-lagi simalakama.
Dewiq yang juga memiliki latar belakang pendidikan Magister Kesehatan tak sedikitpun merasa keberatan apabila itu harus dilakukan demi alasan darurat medis.
Akan tetapi aku masih ragu. Aku selalu ingat apa kata ibuku, bahwa bila ada laki-laki dan perempuan berduaan, maka pasti yang ketiga adalah syaithon.
Dan syaithon sangatlah pintar.
Ia bisa dengan mudah menyuntikkan dophamin-dophamin perusak moral dan membangkitkan naluri-naluri platonik yang sungguh tercela.
Ia juga bisa dengan mudah mengubah niat perawatan darurat medis menjadi adegan-adegan terlarang antara suster dan pasien seperti dalam film-film javkitod.
Dalam situasi seperti ini, semua itu mungkin saja terjadi.
"Kamu kenapa Iqbal? Tinggal ngobatin yang itu doank lho. Apa aku ambilin makan dulu? Kamu belum sempat makan kan dari pagi? Ntar abis makan kita lanjutin lagi deh biar Kamu lebih nyaman. Gimana?"
Bujuk Dewiq memberi solusi, sepertinya ia bisa membaca keragu-raguanku.
"Iya Wiq, ide bagus, sumpah aku laper banget."
"Tapi disini cuman ada mie instan. Gak papa yah? Daripada Kamu nahan laper gitu."
"Gak papa banget Wiq, kalo ada malahan tolong bikinin dua sekaligus, maaph yaaa, jadi tambah ngrepotin Kamu. Hehehe.."
"Ahhh, santai aja, Kamu tunggu disini, bentar aku bikinin mie instant-nya."
"Siapp Boss emoticon-Smilie"
"Tapi ntar abis makan dilanjutin lagi ya ngobatin lukanya, bahaya lho kalo sampe infeksi. Okee."
"emoticon-Smilie"
Rasanya sedikit lega bisa mengulur waktu sembari berdoa, memohon agar tidak terjadi hal-hal yang diinginkan.
Lalu entah datang dari mana tiba-tiba muncul satu ide brilian. Sebagai antisipasi terakhir agar tidak terjadi hal-hal yang diinginkan, aku memasang ringtone suara seram kuntilanak pada handphoneku lalu kuletakkan di sudut ruang praktek dokter itu. Rencananya simpel, bila tensi godaan syaithon semakin tinggi, kumiskoll saja HP di sudut ruangan dengan HPku yg lain. Suara kuntilanak pasti akan membuat Dewiq ketakutan. Benar-benar ide yang brilian.
Selang 15 menit kemudian, Dewiq datang membawa nampan berisi satu panci besar mie instant beserta wedang jahe panas.
Namun sial bukan kepalang, saat Dewiq tepat berada di hadapanku, terdengar suara kuntilanak tertawa terkekeh-kekeh. Tanpa aku duga, ada panggilan masuk ke HPku entah dari siapa.
Dewiq yang kaget dan ketakutan, spontan melepaskan nampan yang ia pegang tepat padaku.
Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Mie instant satu panci besar yang panas membara pun tumpah ruah ke sekujur tubuhku.
Panaaaaasssssssssssssss..........
No comments:
Post a Comment