Cinta Dengan Beda Keyakinan
Cinta.. tak mengenal kata siapa, kapan, dan di mana. Kita tidak bisa menyalahkan perasaan yang hadir dalam hati. Jika benar cinta tak selalu harus memiliki, maka bukankah akan ada banyak hati yang tersakiti? Tapi ketika kita nekat menerjang takdir, maka yang ada hanyalah rintangan menyesakkan dada dan memutus asa.
Cinta terkadang menyesatkan dan membutakan nurani. Entah telah berapa kali terjatuh, kita masih tidak dapat seketika merubah perasaan yang telah tertanam dalam sanubari. Dalam hidup, kita hanya dapat memilih. Tuhanlah yang berkehendak.
Begitukah?
Baca Juga : Perawan Ku Diambil Adiku Sendiri Saat Aku Tidur
Baca Juga : 7 Fakta dan cerita unik tentang Bercinta
Jadi meskipun kita menentang takdir, apakah akan tetap berpisah karena bukan jalannya? Lalu apakah ada manusia yang memiliki kuasa menentukan takdirnya sendiri? Di manakah dapat kutemui manusia perkasa seperti itu? Ingin ku bertanya, bagaimana rasanya ketika cintanya ditentang.
Apakah dia tahu, betapa sakitnya ketika ia hanya bisa menunggu kekasihnya di depan pagar gereja hanya karena ia memakai kerudung? Apakah senista itu cinta berbeda agama, hingga terkesan seperti aib yang harus ditutupi dan tidak bisa dengan lantang meneriakkan cinta di hadapan dunia?
Mungkin tidak.
Semua itu hanya masalah kemauan. Mungkin jika kami tidak pengecut dan berani mempertanggung-jawabkan perasaan kami, bukan tidak mungkin orang dapat memaklumi meskipun cacian itu tidak dapat dipungkiri. Jadi apakah ini hanya masalah waktu, karena kami belum merasa pasti dengan perasaan ini? ataukah sejak awal, ini hanya perasaan yang tidak ingin ia perjelas?
Lalu masihkah pantas untuk bertanya bagaimana akhir kisah yang telah banyak menumpahkan air mata dan menimbulkan luka ini? Bagaimanapun, perjuangan untuk mempertahankannya sangat tidak mudah. Rasanya terlalu klise jika endingnya hanya menyerah pada keadaan. Sedangkan selama ini, semuanya tetap berjalan tanpa perlu dipertanyakan lagi pengorbanan untuk itu.
Terlalu menyakitkan untuk digenggam, tetapi tak kuasa untuk melepas. Jika berpisah adalah akhirnya, maka apakah lebih baik jika tidak bertemu sebelumnya? Kenapa seakan rasa ini dikutuk jika tetap diteruskan.
Omong kosong yang mengatakan jika terkadang seorang hadir dalam hidup, bukan untuk bersama melainkan sekedar memberi pelajaran hidup. Jika memang ikhlas yang ingin diajarkan, maka tidak semua orang berhati tegar dan dapat menerimanya kecuali Tuhan memberikan penggantinya seketika itu juga. Adilkah jika hanya manusia yang disalahkan, karena memaksa mencoba sesuatu yang tidak seharusnya?
Tuhan, jika aku bisa memilih takdirku, aku tidak ingin yang lain. Aku hanya ingin dia. Karena di matanya, aku melihat duniaku tergambar jelas di sana. Bersama senyumnya yang ingin kusimpan sendiri, karena aku tak ingin dunia merampasnya dariku.
No comments:
Post a Comment