Persahabatan Yang Terpisah Karena Ingin Mengejar Cita cita
Mataku semakin sembap, hampir dua jam aku menangis. Tapi rasanya aku masih perlu menangis, hatiku masih tak karuan antara merasa bersalah, kecewa, terluka dan benci semua tergambar tak jelas dalam benakku. Di otakku hanya terlintas peristiwa-peristiwa 2 tahun yang lalu, semenjak aku menjadi siswi SMA. Kutatap lagi foto di layar ponselku, ada tiga remaja tanggung yang bahagia, 2 orang cewek dan 1 orang cowok mengenakan seragam putih abu-abu sambil tertawa lepas. Ya… foto itu adalah aku dan sahabat-sahabatku, Adrian dan Bunga.
Tok… tokkk… pintu kamarku ada yang mengetok, buru-buru kuusap sisa air mata yang meleleh di pipiku.“Ya masuk… pintunya ngak dikunci.” Teriakku sambil membetulkan posisi dudukku.
“Kamu kenapa dek?” sapa kakak sulungku sembari duduk di sampingku.
“Kak, menurut kak Anjas… aku salah ngak sih kalau aku jatuh cinta dengan Ardian?” kataku seraya menenggelamkan mukaku ke bantal yang sudah basah dengan air mata.
“Oh… ternyata adekku ini sedang jatuh cinta sama sahabatnya? Terus kenapa malah galau banget? Sampe ngak mau keluar kamar.”
“Iya kak… tapi masalahnya Ardian udah pacaran sama Bunga.”
“Em…” muka kak Anjas yang tadinya sumringah kini berubah serius “Cinta itu sugesti dek, tinggal bagaimana kamu memainkannya saja.”
“Tapi kak, aku juga tak pernah mau rasa ini ada. Kalau boleh memilih aku akan memilih jatuh cinta pada orang lain.”
“Ya sekrang kamu pilih, menjadi orang ketiga di hubungan sahabat sendiri atau menunggu seseorang untuk mengambil hatimu?”
Aku hanya diam mendengar kata-kata kak Anjas, dia benar mungkin sebaiknya aku diam menunggu seseorang lain untuk mengambil hatiku, dan tak seharusnya aku menjadi orang yang merusak hubungan sahabatku sendiri.
Baca Juga : Perawan Ku Diambil Adiku Sendiri Saat Aku Tidur
Baca Juga : 7 Fakta dan cerita unik tentang Bercinta
Sejak saat itu aku mencoba bersikap sewajarnya, seperti biasanya kita belajar bersama meski kini kita berbeda kelas, nongkrong bareng dan banyak hal yang kita lakukan bersama walaupun banyak yang bilang kalau aku lebih cocok aku dipanggil obat nyamuk. Tapi aku tak pernah merasa seperti itu, aku masih merasa kita seperti dahulu hanya saja status mereka yang berubah.
Hampir 3 tahun persahabat kita bejalan, meski terkadang rasa ini sering muncul tapi aku mencoba untuk menepisnya semampuku. Tinggal hitungan bulan lagi masa putih abu-abu akan kita lepas, akhir-akhir ini kita sedikit fokus pada buku-buku. Meski begitu kita masih sering chattingan dan jika ada waktu senggang kita jalan barengan. Daripada chattingan dengan Bunga aku lebih sering chattingan dengan Ardian tak bisa kupungkiri jika kini rasa ini semakin membesar.
Hari-hari yang menjadi momok kelas XII telah berlalu, masa-masa sulit telah kita lewati. Hari ini hari terakhir UN setelah ini tak ada lagi buku-buku, rencana hari ini aku, Bunga dan Ardian akan jalan-jalan, sudah cukup lama kita tidak jalan-jalan bersama. Aku menunggu mereka di gerbang sekolah tapi sudah cukup lama aku menunggu mereka yang tak kunjung datang. Kuputuskan untuk mencari mereka namun entah kenapa langkahku terasa berat kupaksakan kakiku melangkah melewati lorong-lorong sekolah, langkahku terhenti didepan suatu kelas, terlihat dari luar ruangan ada 2 orang disana. Mataku terfokuskan pada orang yang ada dalam, ternyata Bunga dan Ardian. Suaranya remang-remang tapi sepertinya mereka sedang bertengkar, ku mendekat mencoba mendengar apa yang mereka bicarakan.
“Kamu ini kenapa sih?” kata Ardian dengan mimik binggung.
“Kamunya yang kenapa? Selama ini kamu tak benar-benar mencintaiku, kamu juga mencintai Mutiara kan?” kata Bunga dengan nada tinggi dan ketika itu pula darahku serasa berhenti tapi aku tak bisa apa-apa selain diam mematung dan melihat apa yang terjadi selanjutnya.
“Aku sama Mutiara cuman sahabatan… ngak lebih.”
Aku tak sanggup lagi mendengarnya, rasa sakit yang tak terkira tiba-tiba menyerang hatiku. Aku membalikkan badan kemudian berlari tapi naasnya aku malah menubruk bangku depan kelas. Mereka kaget kemudian menoleh ke arahku, aku berlari, lari dan tak tau apa yang terjadi dengan mereka.
Hari ini acara perpisahan kelas XII, sebenarnya aku malas berangkat tapi mau gimana lagi mungkin hari ini hari terakhirku menginjakkan kakiku di sekolahan ini. Semua bersuka cita kecuali aku, sebenarnya perpisahan adalah acara yang menarik. Dimana semua guru, staf sekolah, wali murid, dan siswa-siswi kelas X-XII hadir tak terkecuali Bunga dan Ardian. Sejak kejadian itu ponselku kumatikan dan ketika Bunga dan Ardian berkunjung ke rumah aku selalu menghindari, tapi kali ini aku bisa menghindari mereka. Kali ini aku putuskan untuk membenarkan kisah ini, membiarkan mereka bersatu dan aku akan pergi membawa luka yang indah. Setelah acara selesai aku mencoba menemui mereka. Mereka tersenyum saat melihatku berjalan ke arah mereka. Kukumpulkan kekuatan untuk menyapa mereka, kupaksakan untuk tersenyum meski hatiku getir,
“Hai…” kataku, tiba-tiba perasaan lega menerpaku.
“Hai…” jawab mereka serempak “Mut… maafin aku ya… aku ngak bermaksud ngomong seperti itu.” Lanjut Bunga.
“Ngak papa kok, kamu ngak salah.” Jawabku
“Waktu itu aku marah dan ngak tau harus marah pada siapa, aku tau kamu suka sama Ardian…” DEEEG darahku serasa berhenti mengalir “dan aku juga tau kalau Ardian juga suka sama kamu Mut.” Kini tulangku juga kaku dan rahangku mengeras tak mampu berkata apa-apa. Sejenak semua terdiam dan tenggelam dalam pikiran masing-masing.
“Aku ngak mau jadi penghalang cinta kalian, jadi… aku rela kalian bersama.” Lanjut Bunga.
“Ngak Bunga. Aku ngak akan bisa bahagia jika aku melukai orang lain apalagi sahabatku sendiri. Kuakui aku memamng menyukai Ardian tapi bukan ini yang ku mau. Aku ingin kita yang dulu.” Jawabku.
“Maafin aku yang membuat situasi ini semakin rumit, tapi aku benar-benar tak bisa memilih di antara kalian berdua yang sama-sama kuat di hatiku.” kata Ardian.
“Aku mengerti” jawabku dan Bunga serempak. Kita kembali diam sejenak.
“Aku akan kuliah di Amsterdam nyusulin ayah.” Suara Ardian memecahkan keheningan.
“Aku melanjutkan ke Bandung.” Timpal Bunga.
“Dan aku ke Jogja nemeni eyang sekalian kuliah, kok kita jadi misah semua gini sih? padahal dulu kita janjian mau kuliah bareng-bareng. Emm… aku punya permainan yang hampir sama dengan permainan yang biasa kita mainin cuman ini sedikit lebih ekstrim.” Tiba-tiba di otakku terbesit ide.
“Apa?” tanya mereka kompakkan.
“Jadi selama kuliah ini kita tidak ketemuan dan tidak saling menghubungi dulu, kita kejar cita-cita kita masing-masing. Setelah lulus nanti kita ketemuan lagi dengan hidup yang baru.”
Mereka tersenyum setuju dengan ide gilaku ini. Dan aku berharap 4 tahun kedepan kita mempunyai kehidupan yang baru termasuk asmara.
No comments:
Post a Comment