Apa Salahku sampai Ayah Tidak Mau Mengurusku
Aji Saputra, bocah lelaki yang masih duduk di bangku sekolah kelas 5 sudah terbiasa membantu ibunya mencari Rupiah yang tak seberapa dari memungut sisa panen kentang di ladang yang berlokasi di lereng Gunung Papandayan. Ibunda Aji yang bernama Ihat harus bekerja keras menghidupi ketiga anaknya sendirian. Aji yang menjadi anak sulung dari 3 bersaudara tak mau berpangku tangan.
“Dari kelas 4 saya bantu mama sampai sekarang. Saya kasihan lihat mama karena bapak saya sudah peduli lagi,” ucap Aji. Suami Ihat meninggalkan dirinya beserta ketiga orang anaknya tanpa kabar. Ihat yang tidak ingin terpuruk dalam kesedihan, mencoba keberuntungan di kota. Namun ada saja kendala yang membuatnya harus kembali ke desa.
“Ya saya harus gimana lagi. Kalau gak ada uang kan gak bisa jualan, jadi saya bekerja sebagai asisten rumah tangga. Apa saja yang penting kebutuhan saya dan keluarga tercukupi,” ucap Ihat.
Aji tidak selalu mendapat uang dari mengumpulkan sisa panen kentang sehingga dia juga mencoba berjualan mainan. “Pernah waktu mama kerja di Garut, saya merasa susah karena adik saya, Alfi sakit. Sakitnya biasa cuma masuk angin. Saya susah mau beli obat, dari mana uangnya. Lalu saya main kelereng setelah dapat banyak saya jual. Uangnya saya belikan obat,” ungkap Aji.
Sebagai putra sulung, Aji berusaha menggantikan peran ayah bagi kedua adiknya. Menjadi teladan sekaligus teman bermain bagi mereka. Jauh di dalam benak Aji, tersimpan rasa rindu yang dalam dan keinginan bertemu lagi dengan ayahnya. “Saya juga mau ketemu lagi dengan bapak. Terakhir ketemu bapak kelas 4. Kepikiran kenapa bapak tidak mau urus saya lagi. Memangnya saya ada salah apa?” Air mata Aji pun mengalir di wajahnya. Perasaan sesak terlihat jelas di wajah Aji.
Penghasilan Ihat yang tidak menentu membuat dia harus mencari cara untuk meminimalisir pengeluaran salah satunya dengan menjadikan tanaman keciwis sebagai menu santapan di rumah. Sedangkan beras didapat dari beras raskin. Namun kadang mereka juga harus makan dengan garam. Dalam keadaan yang serba kekurangan, Ihat tetap berharap anak-anaknya nanti mendapat kehidupan yang lebih baik dan pendidikan yang tinggi. Ihat juga berharap dapat tinggal di rumah yang lebih layak.
Baca Juga : Perawan Ku Diambil Adiku Sendiri Saat Aku Tidur
Baca Juga : 7 Fakta dan cerita unik tentang Bercinta
Karena kemampuan ekonomi orangtua yang terbatas memicu Aji untuk menjadi yang terbaik. Aji juga menjadi anak yang mempunyai akhlak baik, “Kalau cita-cita saya ingin jadi ustad. Sebab dunia tidak lama, akhiratlah yang kekal.” Aji yakin bahwa dengan iman sajalah setiap orang dapat menjalani hidup yang penuh liku. Sebagai putra sulung, Aji tidak merasa terbeban menjaga kedua adiknya karena dia merasa sudah menjadi kewajibannya sebagai pengganti ayahnya. Sebagai murid berprestasi di kelas dan sering menjuarai perlombaan pidato dan adzan, Aji senang berbagi ilmu kepada kedua adiknya.
No comments:
Post a Comment