Cerita ini berdasarkan kisah nyata sahabat ku - Cewek Hot - Cewek Panas - Cewek Indonesia - Cewek Abg Plus - Pijit Plus

Breaking

Home Top Ad


Post Top Ad

Responsive Ads Here

Saturday, August 4, 2018

Cerita ini berdasarkan kisah nyata sahabat ku

Cerita ini berdasarkan kisah nyata sahabat ku

http://detikabg.blogspot.com/




Adrian melajukan mobilnya menuju ke kantor. Setelah memarkirkan mobilnya Adrian segera menuju keruanganya. Sesekali Adrian tersenyum pada karyawan yang menyapanya.
Saat sudah berada di pintu ruangannya Rino menghentikan langkah Adrian.
"Ad berhenti dulu.." ucap Rino yang berlari menuju ke arah Adrian. Adrian memutar bola matanya malas saat melihat Sahabat laknat memanggilnya.
"Apaan sih, kerjaan gue masih banyak, gue enggak ada waktu ngeladeni curut kayak Lo.." Rino berdecak kesal.
"Bangsat Lo, gue juga males sebenarnya ketemu Lo.." ucapnya tak kalah sinis.
"Berani Lo sama gue. Gue potong juga gaji Lo..." Adrian memelototi Rino. Rino hanya nyengir lebar.
"Jangan dipotong dong gaji gue, Lo enggak kasian apa sama gue ,nanti gue makan apa.? Terus kreditan mobil gue gimana..? Emak gue nanti gimana..? Mas..." Adrian berdecak kesal.
"Bawel banget sih Lo, cepet mau ngapain..?" Tanya adrian kesal karena sahabatnya begitu cerewet seperti perempuan.
"Hehe, gue cuma mau kasih tau kucing tetangga gue mati " Adrian menggeram marah.
"Cuma itu doang..?" Rino mengangguk dengan wajah yang dipolos-poloskan.
"Lo itu demem banget ya ngerusak mood gue, apa urusannya kucing tetangga Lo sama gue, sumpah gue pengen banget ngerusak wajah Lo yang jelek banget itu.."Adrian mengepalkan tangannya dan ditujukan kepada Rino. Rino menahan tawanya, entah kenapa dia sangat senang sekali mengganggu sahabatnya ini.
"Selow bos selow, masak gitu aja marah, kayak orang enggak Dikasih jatah sama bininya aja.."Adrian melotot, dia mengerti apa yang dimaksud Rino. Rino yang merasa akan dapat amukan langsung lari dari hadapan Adrian.
Adrian mengelus dadanya mencoba sabar terhadap sahabatnya tersebut.
"Ya Allah kenapa engkau memberikan sahabat yang edan bin laknat itu kepada hamba.." ucap adrian.
Setelah tenang Adrian melangkahkan kakinya menuju keruanganya.
Dia melihat bingkai foto yang berada di mejanya, foto dirinya dengan Zahra Waktu pernikahan. Adrian tersenyum mengingat dulu dia Sangat tidak menyukai Zahra dan sekarang Adrian mungkin sudah jatuh sejatuh-jatuhnya kepada zahra.
Mungkin benar kata orang benci itu singkatan dari 'benar-benar cinta', dan Adrian merasakan hal itu.
*******
Laki-laki dengan tubuh atletis dan wajah yang sangat tampan itu melangkahkan kakinya menuju restoran mewah, setelah masuk kedalam restoran tersebut mata tajamnya mengedar mencari meja no 13.
Setelah menemukan, kakinya melangkahkah menuju seorang wanita yang sudah menunggunya.
"Lo Rina..?" Tanyanya saat sudah sampai di meja tersebut, dia memperhatikan wanita yang memakai baju sangat seksi dengan alis keatas.
"Iya, Lo Alexander Andrea Abraham kan..?" Tanya Rina. Alex mengangguk dan duduk dihadapan Rina.
"Ngapain lo ngajak gue ketemuan..?" Tanya rina. Alex tersenyum dia menatap mantan kekasih Adrian suami dari pacarnya. Mengapa pacarnya..? Karena Alex maupun Zahra belum pernah bilang putus.
"Gue pacar Zahra.." Rina melongo tidak percaya.
"Ngaco banget sih Lo, Zahra udah punya suami tau dan suaminya adalah.." belum sempat Rina menyelesaikan ucapannya sudah dipotong oleh Alex.
"Mantan pacar Lo kan..? Dia mutusin Lo karena Lo hanya manfaatin dia sebagai bank berjalan buat Lo. Dan juga Lo Belum bisa move on dari dia kan..?" Rina membelalakkan matanya bagaimana bisa laki-laki ini mengetahui semuanya batinnya. "Gue kesini cuma mau ngasih penawaran buat Lo..?" Rina tertarik dengan pembicaraan ini.
"Penawaran apa..?"
"Gue mau kita kerja sama buat Misahin Adrian dan Zahra, karena zahra milik gue dan selamanya akan menjadi milik gue.." ucap Alex tegas.
Senyuman iblis terbit di bibir merah Rina, jika dia menerima ini dia tidak berusaha sendirian melainkan ada pihak yang membantunya.
"Gimana..?" Tanpa Fikir panjang Rina mengangguk.
"Oke gue terima penawaran Lo.." Alex tersenyum senang.
"Apa rencana pertama..?" Tanya Rina.
Alex menjelaskan apa yang akan mereka lakukan sekarang. Rina mengangguk antusias.
"Oke, gue suka ide Lo..." Mereka berdua layak jika dikatakan pasangan iblis Karena hati mereka sudah keras tidak mau menerima kenyataan.
********
Waktu menunjukkan pukul 13:00, tadi setelah Makan siang dan sholat Adrian memutuskan untuk kembali keruanganya dan menelfon Zahra. Adrian membuka ponselnya dan terpampang wajah Zahra yang sedang memeluk boneka panda.
Adrian mendekatkan ponselnya ditelinga saat sudah diangkat oleh Zahra.
"Assalamu'alaikum kak..?" Salam Zahra dari seberang sana. Adrian tersenyum mendengar suara lembut Zahra.
"Waalaikum salam Humaira, kakak enggak ganggu kamu kan..?"
"Enggak kok kak, ini lagi jamkos.." Adrian mengangguk
"Kakak udah makan belum..? Udah sholat kan..?" Tanya zahra.
"Alhamdulillah udah sholat dan udah makan, kamu udah makan belum..?"
"Udah kok kak, tadi ditraktir sama Vina soalnya vina kalah taruhan sama nada..." Adrian terkekeh mendengar cerita Zahra.
"Ya udah kakak tutup dulu ya, kakak mau kerja lagi. Kamu belajar yang pinter agar anak-anak kita pinter-pinter nantinya.." Zahra yang berada di sebrang sana Pipinya langsung memerah karena malu.
"Kakak apaan sih.." ucap Zahra malu-malu.
Adrian yang menyadari bahwa Zahra sedang malu terkekeh pelan.
"Pasti pipi kamu lagi merah ya.." goda Adrian, Zahra refleks memegang pipinya.
"Cie cie yang lagi malu-malu.."Zahra tambah malu untung saja dia berada di toilet jika tidak mungkin teman-temannya akan bertanya-tanya mengapa pipinya memerah.
"Kerja sana kerja..."
"Lho kok gitu..?"
"Kenapa..?"
"Kok kamu nyuruh kakak kerja padahal kan masih kangen.." ucap Adrian dengan nada Sok imutnya. Zahra mendengus bukanya dia tadi yang ingin kerja Sekarang disuruh kerja malah bilang masih kangen, batinya.
"His tadikan kakak yang mau tutup telfonnya..." Ucap Zahra kesal, dia mengerucutkan bibirnya.
"Hahaha pasti kamu sekarang lagi monyongin bibir kamu kan..." Zahra membelalakkan matanya. Dia mengedarkan pandangannya siapa tahu Adrian ada didekatnya.
"Kok kakak tahu, kakak dimana sekarang..?" Tanya Zahra serius.
"Kakak ada di kantor.."
"Tapi kakak kok tahu..?"Adrian tertawa.
"Udah berapa lama sih kita bersama..?" Tanya Adrian, Zahra berfikir sebentar menghitung kira-kira berapa lama dia bersama Adrian.
"Hmm kira-kira sekitar 3 bulan.."
"3 bulan kan..? Kakak udah tahu kali bagaimana sifat kamu kalau lagi kesal atau ngambek.." Zahra disebrang sana tersenyum karena adrian mengetahui tentang dirinya.
"Kakak so sweet banget sih.." Adrian terkekeh.
"Siapa dulu Adrian, ya udah ya Humaira kakak kerja dulu buat istri tercinta kakak. Oh ya jangan lupa nanti kakak jemput jangan kemana-mana..." "Iya.."
"Ya udah assalamualaikum Humairahnya kakak, love you..."
"Waalaikum salam, love you too kak.." Adrian memutuskan sambungan teleponnya, Rino yang sedari tadi memperhatikan adrian dari Ambang pintu tersenyum senang karena Adrian bisa mencintai Zahra gadis Soleha dan baik hati.
Rino melangkahkan kakinya menuju Adrian yang sedang duduk di sofa, Adrian belum menyadari kehadiran Rino dia tetap fokus pada ponselnya yang melihatkan foto Zahra. Rino hanya diam memperhatikan Adrian setelah sekian lama dia menunggu tetapi Adrian tak sadar-sadar juga akhirnya dia membuka suara
"Ya elah mentang-mentang udah punya yang halal temennya dilupain, Lo jahat banget sih ad gue dari tadi udah disini tapi Lo ngacangin gue, dedek enggak bisa di giniin bang.." Adrian tersentak kaget saat mendengar alunan suara alay dari sahabatnya.
"Eh kutil onta, ngagetin gue aja Lo.." ucapnya sambil menjitak kepala Rino. Rino mengusap kepalanya.
"Ini namanya KDRK.." Adrian mengernyitkan dahinya.
"KDRK, bukanya KDRT..?" Rino menjitak kepala Adrian. Adrian mendengus kesal.
"Kekerasan dalam rumah tangga..? Maksudnya Lo sama gue membina rumah tangga gitu..? Ogah banget gue.." ucap Rino jijik.
"Kalau setau gue Hanya KDRT enggak ada tuh yang namanya KDRK.."
"KDRK itu kekerasan dalam ruang kantor.." ucap Rino Santai.
"Lho kok bisa..?" Entah Adrian bodoh atau Rino yang bodoh.
"Ya bisa lah, kan ini ada di kantor bukan didalam rumah ye kan...?" Adrian menjitak kepala Rino.
"Enggak ada yang namanya KDRK yang ada itu KDRT ogeb.." Rino tertawa.
"Ogeb ogeb gini Lo tetep sayang kan sama gue..?" Adrian bergidik jijik saat melihat rino menaik turunkan alisnya.
"His jijik gue sama Lo, jangan-jangan Lo maho lagi, Sono jauh-jauh dari gue.." Adrian mengibaskan tangannya agar Rino menjauh darinya.
"Enak aja Lo, gue juga masih doyan kali sama cewek.." ucapnya kesal.
"Bodo lah, mau Lo maho atau yang lain gue enggak peduli, mendingan sekarang Lo keluar dari ruangan gue, kerjaan gue masih banyak hus hus.." usir Adrian.
"Lo pikir gue kucing Lo usir kayak gitu.." Adrian tertawa.
"Lo itu enggak pantes di samain sama kucing kasian kucingnya disamain sama Lo..." rino melotot, saat ingin membalas ucapan Adrian tiba-tiba pintu ruangan adrian terbuka dan tampaklah seorang resepsionis yang pernah berurusan dengan Zahra.
"Maaf pak saya lancang masuk, soalnya saya lihat didepan pak Rino tidak ada dan juga saya sudah mengetuk pintunya berkali-kali tetapi tidak ada sahutan dari dalam.." Adrian mengangguk mengerti, mungkin ini salahnya karena terlalu asyik bercanda dengan Rino.
"Iya tidak apa-apa, mungkin ini kesalahan saya karena terlalu serius berbicara dengan pak Rino, jadinya saya tidak mendengar suara ketukan pintu.." inilah sifat Adrian dia tidak segan-segan mengakui kesalahannya, walaupun dirinya seorang bos tapi dirinya tidak ingin menjadi pemimpin yang selalu menyalahkan bawahannya.
"Ada apa kamu kesini..?" Sania menyerahkan amplop yang dia bawa.
"Ini pak tadi ada titipan untuk bapak, kalau begitu saya permisi pak.." Adrian mengangguk. Rino yang kepo langsung meraih amplop tersebut.
Adrian mengambil amplop itu dari tangan Rino.
"Apaan sih Lo kepo banget..." Rino menatap kesal kearah Adrian
"Ya elah ad gue kan pengen lihat.."ucapnya dengan tangannya masih berusaha meraih amplop itu, tapi Adrian dengan sigap menjauh dari Rino dan duduk dikursi kebesarannya. "Dasar pelit.." ucapnya, Adrian Tak menghiraukan gerutuan rino, entah kenapa saat dia ingin membuka amplop itu jantungmu berdetak tak normal.
Dengan perlahan adrian membuka amplop tersebut, dia mengeluarkan isi dari amplop. Hatinya panas, jantungnya bergemuruh emosi dan matanya menyiratkan kekecewaan.
Adrian melihat satu persatu foto tersebut.
Foto-foto berisikan Zahra dan seorang laki-laki, didalam foto tersebut mereka sangat mesra.
Tatapan adrian berubah menjadi kosong, Adrian menatap lurus ke depan. Rino menatap adrian, dia menyadari perubahan Adrian setelah membuka amplop tersebut. Rino menghampiri Adrian, Rino mengambil foto-foto yang dia yakini adalah kiriman tadi.
"Ad..?" Panggilnya. Adrian tidak menjawab dia masih menatap depan dengan pandangan kosong.
"Adrian...?" Panggilnya lagi dengan tangan yang menepuk bahu Adrian.
Adrian menatap Rino dan dia menyerahkan surat yang sudah dia baca tadi.
Rino lantas membaca surat itu.
' gue pacar Zahra, dan Zahra adalah milik gue..' rino menatap surat dan foto itu secara bergantian.
Sadar jika Adrian sedang cemburu Rino mencoba menasehati Adrian.
"Kenapa zahra enggak pernah ngomong sama gue kalau dia masih punya pacar..? Apa segitunya gue enggak berhak tahu tentang istri gue sendiri..?" Rino menatap Adrian.
"Gue tahu Lo marah sama Zahra.." Adrian memotong ucapan Rino.
"Gue enggak marah sama dia, gue hanya kecewa sama dia kenapa dia enggak bilang sama gue kalau dia masih berhubungan dengan orang lain. Apa dia enggak anggep gue sebagai suaminya....?"Rino menghela nafas, dalam fikiranya Zahra mungkin punya alasan tersendiri.
"Ad Lo jangan kayak gitu mungkin Zahra.." Adrian muak karena Rino selalu membela zahra.
"Zahra apa hah..? Kenapa sih Lo selalu bela dia..?" Bentak Adrian.
"Gue enggak bela siapapun ad, gue hanya berfikir positif. Mungkin Zahra punya alasan kenapa dia enggak mau ceritain ini ke Lo, dan Lo jangan pernah beranggapan kalau Zahra enggak anggep Lo, kalau dia enggak anggep Lo mungkin dia udah pergi sejak pertama kalian nikah, dan jika dia enggak anggep Lo mungkin Zahra enggak akan diem aja saat Lo sering berlaku kasar kedia.." Adrian diam merenungi apa yang dikatakan Rino.
"Ad pake logika Lo ad, sekarang bukan hanya Rina yang mau rebut lo dari Zahra tetapi ada seseorang yang mau rebut Zahra dari Lo, kalau Lo emang cinta sama dia jaga dia. Ini hanya foto Lo enggak lihat langsung jadi jangan hanya gara-gara foto ini hubungan Lo sama Zahra kacau.." Adrian mengangguk, benar sekarang banyak yang ingin memisahkan mereka jadi dia harus menjaga zahra, batinnya.
"Makasih Rin Lo udah mau nasehatin gue, kalau enggak ada Lo mungkin sekarang hubungan gue sama Zahra akan hancur..."
"Lo enggak perlu berterimakasih sama gue, Lo naikin gaji gue aja gue udah seneng kok.." Adrian menjitak kepala rino.
"Dasar mata duitan.." Rino tak terima dia juga membalas jutaan Adrian.
"Lebih baik mata duitan dari pada mata keranjang kayak Lo.." Adrian mendengus.
"Enggak usah buka kartu kali Rin.." Rino tertawa melihat Adrian yang pasrah, Rino sangat tahu jika Adrian tidak bisa melawan jika dikatai mata keranjang, karena memang itu benar, tapi dulu kalau sekarang udah enggak.
*****
Adrian menjalankan mobilnya menuju sekolah Zahra. Dia berhenti digerbang Karena melihat Zahra yang sudah menunggunya. Adrian turun dan membukakan pintu untuk Zahra.
"Enggak usah kayak gitu kali kak, kan ngerepotin , Zahra juga bisa buka sendiri kok..." Adrian tersenyum lembut.
"Udah masuk Aja.." Zahra masuk kedalam mobil mewah tersebut. Adrian menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Zahra sedari tadi memperhatikan Adrian yang hanya diam. Biasanya saat menjemput Zahra Adrian akan bertanya bagaimana dirinya disekolah tetapi sekarang Adrian hanya diam.
Zahra menggenggam tangan Adrian. Adrian menengok dan tersenyum kepada Zahra. Zahra tahu betul senyum itu senyum yang tampak seperti orang yang sedang memikirkan sesuatu.
"Kakak kenapa..?" Tanya Zahra. Adrian mengehentikan mobilnya karena lampu merah.
"Kakak enggak kenapa-napa kok.." ucap adrian bohong, dia sebenarnya Sedang memikirkan apakah dia akan bertanya kepada Zahra soal tadi siang atau tidak.
"Kakak bohong..." Ucap Zahra.
"Kakak enggak kenapa-kenapa Zahra.." ucap Adrian sedikit membentak. Raut wajah Zahra berubah karena bentakan Adrian. Dia melepas genggamannya dan melihat kearah luar untuk menyembunyikan air matanya.
Adrian hanya diam walaupun dia tahu Zahra sedang menangis.. sebenarnya dia ingin memeluk Zahra tetapi lampu sudah berubah menjadi hijau.
Dalam perjalanan tak ada yang membuka suara, Zahra masih memalingkan wajahnya dan adrian sesekali melihat kearah Zahra. Rasa bersalah hinggap dihatinya Karena telah membentak dan membuat Zahra menangis.
Mereka sudah sampai di rumah. Zahra segera turun Dan masuk kedalam rumah.
Adrian yang Melihat itu semakin merasa bersalah.
Setelah memasukkan mobil kedalam garasi Adrian melangkah menuju kamarnya. Dia membuka kamarnya, tetapi dia tidak melihat Zahra di sana.
Adrian mendengar suara gemericik air dan itu pasti Zahra yang sedang mandi.
Adrian menatap ke depan dia masih memikirkan apakah dia harus memberi tahukan kepada Zahra atau tidak.
Lamunan Adrian buyar karena pintu kamar mandi terbuka dan memperlihatkan Zahra yang sudah memakai baju santai. Adrian memperhatikan wajah Zahra yang sembab, hidungnya pun memerah dan matanya juga memerah, Adrian yakin kalau Zahra habis menangis.
Adrian mendekati Zahra tetapi Zahra memilih untuk meninggalkan Adrian untuk memasak.
Adrian kesal Karena Zahra tidak mengganggapnya. Dia menarik tangan Zahra.
"Jangan kayak anak kecil.." ucap Adrian emosi. Zahra menatap adrian tidak percaya.
"Maaf kalau Zahra kayak anak kecil, maaf Zahra belum bisa jadi dewasa seperti yang kakak mau. Maaf Zahra enggak seperti mantan kakak yang bisa memberi kakak segalanya..." Tanpa sepengetahuan siapapun ternyata Zahra juga menerima amplop yang berisikan foto-foto Adrian dengan Rina disekolah tadi, malah banyak foto yang menunjukkan mereka saat melakukan hubungan suami istri walaupun hanya sebatas bahu. Tetapi Zahra mencoba tenang, dia tidak ingin membuat Masalah ini menjadi rumit.
Zahra melepas genggaman Adrian dan berlalu menuju kedapur.
Adrian menghela nafas kasar, dia mengusap wajahnya kasar. Dia menuju kamar mandi mungkin dengan mandi akan membuat fikiranya tenang.
Setelah selesai mandi Adrian keluar dengan hanya menggunakan handuk sebatas pinggang. Dia melihat kearah ranjang yang sudah ada baju santainya di sana. Dia mengenakan pakaian tersebut.
Setelah selesai dia ingin turun ke bawah menemui istrinya.
Adrian melihat Zahra yang sudah duduk di ruang makan. Adrian menghampirinya Zahra yang sadar menatap Adrian yang sudah duduk disebelahnya. Dia enggan menyapa Adrian. Dengan diam Zahra mengambilkan nasi goreng dan telur untuk adrian. Adrian Hanya diam karena dia tahu Zahra sedang dalam kondisi marah karena dirinya.
Setelah selesai makan Adrian memutuskan untuk memberitahu tentang apa yang dia dapat tadi siang.
Zahra beranjak dari duduknya Adrian pun juga beranjak dia menghalangi jalan zahra.
Tanpa banyak bicara Adrian memeluk Zahra. Zahra hanya diam dia masih kecewa karena Adrian tadi secara tidak langsung mengatai dirinya sebagai anak kecil dan tidak mau jujur pandanya, yah memang dia akui kalau sikap dirinya masih seperti anak kecil tetapi tak seharusnya Adrian berucap seperti itu dia hanya ingin meringankan beban Adrian itu saja."Maaf..." Ucap adrian, Zahra masih enggan membuka suara. Adrian yang tidak mendapat respon melepas pelukannya dan menatap zahra.
"Maafin kakak yang enggak bisa kontrol emosi.." Zahra memukul dada adrian.
"Kakak jahat, Emangnya salah ya kalau Zahra Tanya kakak kenapa..? Emang salah kalau Zahra ingin tahu apa yang ada dipikiran kakak..? Dan maaf kalau Zahra seperti anak kecil, Zahra cuma ingin meringankan beban kakak.." ucap Zahra yang sudah menangis, tangannya masih memukul dada bidang adrian. Adrian menangkap tangan Zahra yang tak berhenti memukulinya.
Dia menatap Zahra yang sedang menangis.





"Kamu enggak salah, kakak yang salah, maafin kakak.." ucap Adrian tulus, dia menatap Zahra penuh kelembutan dan itu mampu membuat Zahra Luluh.
Zahra memeluk Adrian erat dia menangis di dada Adrian. Adrian mengelus rambut sebahu Zahra.
"Sssst udah jangan nangis, maafin kakak tadi udah bentak kamu.." Zahra menggangguk, beberapa saat kemudian Zahra sudah tenang.
"Ada yang mau kakak bicarakan sama kamu.." Zahra mendongak dan menatap Adrian sendu.
"Apa..?" Tanyanya serak.
"Nanti setelah sholat isya' kita bicara.." Zahra mengangguk, dia menenggelamkan wajahnya di dada Adrian.
Adrian mengelus kepala Zahra yang tidak tertutup jilbab. Sungguh dia merasa menjadi laki-laki yang tidak berguna karena telah membuat istrinya menangis.
***
Setelah sholat isya berjamaah, Adrian menyuruh Zahra untuk duduk di kasur. Dia mengambil amplop yang tadi di terima di kantor. Zahra memperhatikan Adrian yang sedang berjalan kearahnya.
Adrian duduk di samping Zahra, dia menyodorkan amplop itu ke Zahra, Zahra mengangkat alisnya tanda bertanya.
"Buka aja.." Zahra menggangguk dan membuka amplop tersebut. Matanya membulat saat melihat isi dari amplop itu. Dia melihat semua foto dirinya dan Alex waktu dulu masih berhubungan.
Dia mengambil surat yang terselip diantara foto tersebut. Zahra menatap adrian, dia tahu Adrian pasti kecewa padanya karena dia tidak memberitahu tentang masa lalunya. Adrian menunduk, seperti yang dikatakan kepada Rino tadi siang dia tidak marah dia hanya kecewa.
"Kenapa kamu enggak bilang sama kakak hmm..?" Tanyanya lembut. Zahra memejamkan matanya.
"Maaf.." lirihnya. Adrian memandang Zahra yang sedang menunduk.
"Kakak tanya kenapa kamu enggak bilang sama kakak kalau dulu kamu pernah pacaran .." Zahra menatap Adrian, dia merasa bersalah karena tak seharusnya dia menyembunyikan ini.
"Maafin zahra.."hanya itu yang keluar dari bibir tipis Zahra. Adrian perpindah duduk di hadapan Zahra dia mengangkat dagu Zahra agar dia bisa menatapnya.
Adrian mencium kedua mata Zahra yang sudah mengeluarkan air mata.
"Kakak maafin kamu, tapi please kamu jangan nangis dan jelasin semuanya kepada kakak tanpa mengeluarkan air mata sedikitpun..." Zahra mengangguk. Dia menyeka air matanya dan menatap Adrian yang berada di depannya.
"Maafin Zahra yang udah nutupi masa lalu Zahra dari kakak, Zahra bukannya enggak percaya sama kakak tapi Zahra pikir itu enggak penting.." ucap Zahra.
"Kenapa kamu bisa sampai putus sama dia, apa karena kakak..?" Zahra menggeleng tegas.
"Enggak ini bukan karena kakak, dia pergi saat Zahra kelas tiga SMP, dia pergi tanpa pamit sama Zahra padahal kita baru jadian beberapa Minggu, dia enggak pernah mengabari Zahra sama sekali, dan waktu Zahra kelas dua SMA kakak memberi tahu kalau dia punya pacar di Inggris, mereka menjalankan hubungan sudah lama, dan ternyata Zahra baru sadar kalau Zahra cuma dipermainkan dan hanya menjadi yang kedua.." ucap zahra. Adrian menatap Istrinya itu.
"Berarti kalian belum putus.."Zahra memejamkan matanya, dan menggeleng pelan.
"Tapi Zahra sudah menganggap dia bukan siapa-siapa Zahra kok.."
"Apa kamu masih mencintainya..?" Zahra tersenyum dan menggeleng tegas.
"Zahra udah enggak ada rasa sama sekali Sama dia kak, zahra hanya cinta sama kakak.." Adrian tersenyum dan membawa zahra kedalam pelukannya.
"Sungguh..?" Tanya Adrian meyakinkan, Zahra mengangguk.
"Kak..?" Panggil Zahra.
"Ada apa..?"
"Aku takut.." Adrian mengernyitkan dahinya.
"Takut kenapa Humaira.."tanya Adrian lembut.
"Kakak dapat itu pasti dari Alex, dan berarti Alex ada di Indonesia, Zahra takut kalau Alex akan berbuat macam-macam sama kakak.." ucap Zahra, Adrian mengelus kepala Zahra dengan penuh kasih sayang. Dia sebenarnya juga takut jika terjadi sesuatu dengan rumah tangganya, tapi dia mencoba untuk tenang agar istrinya juga ikut tenang.
"Jangan takut kakak pasti akan baik-baik saja, kamu enggak usah mikirin yang aneh-aneh.." Zahra mengangguk, Zahra diam memikirkan apa dia juga harus bilang jika dua juga menerima sesuatu.
Zahra melepaskan pelukannya, dia ingin memberitahu Adrian jika dia juga mendapat foto-foto Adrian, Zahra mengambil tas sekolahnya. Dia duduk dihadapan Adrian lagi.
"Aku tadi waktu disekolah juga dapat kiriman foto-foto kak.." adrian menerima amplop yang diberikan Zahra. Dia membuka amplop tersebut dan ternyata isinya adalah foto-foto dirinya dan Rina. Adrian mengepalkan tangannya saat tahu banyak foto dirinya yang sedang berhubungan suami-istri dengan Rina.


Sungguh dia menyesal karena dulu dia mengijinkan Rina berfoto saat sedang melakukan itu, walaupun hanya sebatas bahu tapi dia tetap menyesal.
Zahra yang tahu Adrian sedang emosi menggenggam tangan adrian yang terkepal.
"Kakak enggak usah marah, Zahra percaya kok sama kakak. Itu pasti foto-foto dulu kan jadi kakak enggak usah khawatir Zahra enggak ambil pusing dengan itu kok.." Adrian tersenyum mendengar penuturan istrinya, sungguh dia sangat beruntung mempunyai istri yang pengertian seperti zahra.
"Makasih udah percaya sama kakak.." Adrian memeluk Zahra erat.
"Kakak enggak perlu berterimakasih, Karena dalam hubungan itu membutuhkan suatu kepercayaan kak, aku percaya sama kakak karena aku yakin kalau kakak hanya cinta sama aku bukan yang lain..." Adrian sungguh terharu karena Zahra begitu percaya padanya. Dia berjanji bahwa dia juga akan selalu percaya kepada Zahra.

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here