Kami Punya Basis Kultural dan Ideologis - Cewek Hot - Cewek Panas - Cewek Indonesia - Cewek Abg Plus - Pijit Plus

Breaking

Home Top Ad


Post Top Ad

Responsive Ads Here

Monday, September 17, 2018

Kami Punya Basis Kultural dan Ideologis


Kami Punya Basis Kultural dan Ideologis


 http://detikabg.blogspot.com/



Tinggal beberapa hari lagi masing-masing pasangan bakal calon presiden dan wakil presiden sudah harus memberikan daftar lengkap susunan tim pemenangan mereka. Tapi, hingga Senin, 17 September 2018, partai koalisi pendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno belum juga menyerahkan daftar tim pemenangan mereka.


Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional, Eddy Soeparno, mengatakan, koalisi mereka sangat berhati-hati menempatkan orang-orang di dalam struktur. "Kita ingin tim ini nanti benar-benar menggambarkan dan merepresentasikan apa yang menjadi program kerja kita," ujarnya kepada VIVA.

Menurut politikus yang juga pebisnis ini, tim yang matang sangat dibutuhkan untuk memenangkan pasangan Prabowo-Sandi. Ia juga mengakui, Sandiaga Uno sebagai sosok ideal untuk mengisi jabatan sebagai cawapres.


Sebab, Sandi adalah pengusaha sukses, milenial, disenangi tokoh urban, dan juga digemari emak-emak. "Itu penting, sebab kaum ibu adalah penentu dalam keluarga. Pilihan dalam keluarga bisa diatur oleh ibu," ujarnya.

Pria yang pernah bergelut dalam dunia perbankan selama 20 tahun itu berkenan menerima wawancara dengan VIVA, pada pekan lalu. Tak hanya berbincang soal Prabowo-Sandi, Eddy Soeparno juga berbagi tentang Partai Amanat Nasional saat ini.


PAN tengah serius membidik massa milenial. Jumlah massa yang besar dan kritis membuat PAN tertarik ikut memperebutkan mereka.

Lalu, apa strategi PAN untuk merebut hati kelompok milenial? Bagaimana kondisi PAN yang diprediksi sulit lolos parliamentary treshold, dan bagaimana bayang-bayang Amien Rais di tubuh PAN? Berikut petikan wawancara dengan Eddy Soeparno:

Bagaimana persiapan PAN menghadapi Pileg dan Pilpres 2019?

Pertama mengenai pileg, pileg itu menjadi salah satu yang sangat esensial bagi kami, karena pileg adalah masa depan partai. Eksistensi partai, kehadiran partai di tengah masyarakat itu akan terasa apabila kita mendapatkan kursi yang signifikan di parlemen, baik itu di DPR RI, maupun DPR tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Jadi bagi kami, dan saya kira bagi seluruh partai yang ada, memang menjadi target penting untuk memenangkan capres mereka masing-masing, tetapi bagaimanapun kita harus memikirkan masa depan dan eksistensi partai. Dan itu bisa dicapai pada saat kita memenangkan pertarungan di pemilu legislatif.

PAN dinilai agak berat untuk bisa tembus batas parliamentary treshold pada Pileg 2019. Menurut Anda?

Iya, sekarang kalau kita lihat dari berbagai hasil survei yang ada, PAN dalam hal ini selalu di bawah treshold. Tetapi kalau kita lirik dari pemilu periode sebelum-sebelumnya tahun 2009, 2014, kondisinya juga tidak terlalu banyak berbeda, kita selalu berada di treshold. Tetapi kenyataannya pada saat pemilu selesai kita berada jauh di atas apa yang pernah disampaikan lembaga survei-lembaga survei itu.

Kenapa bisa demikian?

Karena kekuatan PAN itu ada di caleg-calegnya, dan PAN itu kalau caleg-calegnya bergerak itu baru kelihatan, itu nanti trennya bahwa ada kenaikan elektabilitas partainya. Karena caleg-caleg itu lah yang mewarnai kegiatan partai, termasuk mereka baru mulai melakukan sosialisasi dengan menyentuh konstituennya. Oleh karena itu kita pun akan berharap dalam survei-survei ke depan baru lah kelihatan itu nanti ada peningkatan elektabilitas. Dan saya kira itu hal yang wajar saja. Saya percaya penuh, PAN memiliki basis konstituen yang kuat sekali yang tidak berubah dari periode ke periode.

Artinya, Anda yakin PAN mampu melewati ambang batas parliamentary treshold itu karena PAN memiliki basis kultural?

Iya, kita memang memiliki basis kultural. Tetapi tidak hanya itu, kita juga punya basis baru, yaitu basis ideologis. Pemilih basis ideologis yang sempat berpindah ke partai lain, tetapi pasca 411, 212 di mana PAN terlihat sebagai partai yang konsisten sebagai partai yang memperjuangkan ulama, memperjuangkan umat, nah ini pemilih-pemilih ideologis kita kembali lagi ke PAN. Nah, ini yang menurut kami, selain basis kultural yang telah kami miliki, basis ideologis ini yang akan kembali dan memperkuat perolehan suara kita di 2019 nanti.

PAN pernah berjaya di tahun 1999. Tapi saat ini, perolehan suara PAN di tingkat provinsi dan kabupaten/kota terus mengalami penurunan. Apa strategi khusus PAN untuk kembali berjaya?

Pertama, mungkin saya koreksi dulu, bahwa penurunan itu hanya dari jumlah kursi di DPR, tetapi itu juga tidak mutlak turunnya, ada naik ada turunnya. Nah, akan tetapi secara konsisten PAN itu selalu nomor lima, tidak pernah berubah setiap periode pemilu. Jadi kalau dilihat dari posisi kita di DPR RI, kita tidak pernah ada penurunan. Oleh karena itu kami selalu menempatkan pimpinan di DPR RI yang mewakili PAN.

Tetapi, ini yang perlu kami sampaikan, memang di tahun 1999, kita pernah mengalami kejayaan, karena PAN itu kan identik dengan Pak Amien Rais selaku petinggi partai. Dan ke depannya juga tetap konsisten masyarakat tetap mengasosiasikan PAN itu dengan Pak Amien Rais. Sementara pemilih kuat Pak Amien Rais kan boleh dibilang tidak berkembang banyak. Sehingga memang kita tidak bisa lepas dengan personifikasi pendiri, penggagas, ataupun tokoh sentral PAN. Dengan kemudian tentunya melakukan upaya menarik konstituen dengan cara-cara berbeda, salah satunya dengan kerja-kerja nyata kita dengan menunjukkan keberpihakan kita kepada konstituen di daerah pemilihan masing-masing caleg-caleg kita masing-masing.

Bagaimana cara mengingatkannya?

Caleg-caleg kita harus kembali mengingatkan kepada masyarakat. Satu, partai kita adalah partai intelektual, kedua, partai moderat. Moderat ini maksudnya adalah Islam modern, Islam moderat ya. Ketiga, sebagai partai milenial. Oleh karena itu kita sekarang bisa melihat, pengurus partai PAN itu sekarang muda-muda. Dan 35-40 persen pemilih muda itu yang akan mewarnai Pemilu 2019. Jadi itu yang sekarang kita kedepankan, sebagai kiat kita untuk mendulang suara di 2019.

Berapa jumlah caleg PAN yang akan bertarung di Pemilu 2019?

Kita semuanya penuh untuk DPR RI, 575 caleg untuk 80 dapil.

PAN juga menyasar kelompok milenial, dan semua partai melakukannya. Apa strategi PAN untuk merebut suara milenial?

Begini, tentu untuk memperebutkan suara kaum milenial, kita juga harus bisa berkomunikasi dengan cara kaum milenial. Karena memang caranya juga berbeda, medium komunikasinya juga berbeda, sehingga memang kita harus beradaptasi dengan cara seperti itu. Supaya apa yang kita sampaikan relevan dengan kaum milenial.

Nah, kita juga sedang melakukan pendekatan dengan isu-isu yang bukan abstrak, isu-isu yang bukan isu-isu besar dan yang sulit dicerna. Isu-isu kita adalah isu-isu yang mikro, yang rinci, yang juga relevan untuk pemilih kita. Pemilih ini juga termasuk pemilih milenial. Misalkan, bagaimana kita menciptakan wirausaha-wirausaha di bidang e-commerce. Bagaimana kita mengembangkan usaha atau kebutuhan kaum muda untuk mereka memiliki tempat untuk berkreasi, apakah itu ruang terbuka untuk berkreasi, ataukah membuka ruang untuk pelatihan-pelatihan, nah itu yang kita lakukan untuk mendapatkan suara atau dukungan dari milenial.

Sekretaris Jenderal DPP Partai Amanat Nasional (PAN), Eddy Soeparno

Karena kami tahu, selain pemilih milenial itu diperebutkan, mereka itu sangat kritis, dan sangat menggunakan nalar dan logika. Tidak bisa milenial itu diiming-imingi amplop dan sembako. Itulah makanya pemilih milenial itu lebih rasional. Mereka itu bisa melihat ‘apa yang sudah dilakukan sama kita, dan mereka itu bisa menilai apakah yang dilakukan itu benar-benar hal yang logis, masuk akal atau sekadar lips service dan janji-janji saja’.

Berapa persen caleg PAN yang masuk kategori caleg muda atau milenial?

Oh, kalau sekarang sangat besar. Kita boleh bilang 40 persen, bahkan mungkin lebih dari itu, mereka adalah caleg-caleg milenial atau caleg-caleg muda, caleg-caleg yang boleh dibilang mereperesentasikan kaum yang di bawah 40 tahun. Saya pikir hampir 50 persen itu caleg muda di kita.

Caleg muda lebih dominan, karena semata menyasar milenial?

Tidak hanya karena target sasaran generasi milenial saja, tapi memang dalam pola rekrutmen caleg, kami menghendaki dalam perekrutan caleg itu berdasarkan kemampuan dan mobilitas yang bersangkutan. Jadi dia harus mampu dan memiliki mobilitas yang tinggi, daya juang yang tinggi juga. Pertama mungkin dari fisik dan stamina, kemudian tentu dari masalah kompetensi atau latar belakang pendidikan, latar belakang pekerjaan, atau profesi atau pengalaman yang dimiliki. Ketiga, tentu harus memiliki komitmen. Komitmen itu penting buat kita, soalnya untuk sekadar menyandang status caleg itu banyak yang bisa didapatkan, tetapi untuk berkomitmen turun ke bawah, sosialisasi, blusukan, dan lain lain itu sangat membutuhkan komitmen, tidak hanya komitmen waktu, tenaga, tetapi juga komitmen dalam bentuk pengorbanan, pengorbanan materi terutama.

Apa target PAN di Pileg 2019?

Iya, kita kan selama ini konsisten di nomor lima ya. Tentu kita ingin “naik kelas” dalam hal itu, yaitu masuk dalam tiga besar, atau paling tidak memperoleh jumlah kursi peringkat keempat. Itu merupakan progres bagi kami. Karena kalau kita menempati nomor lima, memang hasilnya baik, tetapi hasil itu sesuai dengan apa yang sudah kita dapatkan dari pemilu-pemilu sebelumnya. Jadi kalau kita bicara progres, tentu progres positif, tentu kita ingin naik kelas. Dari segi perolehan kursi di DPR RI kami targetkan paling tidak bisa masuk atau dapatkan double digit minimal 48 kursi, karena kemarin kan 48 kursi kita. Pileg ini yang kita targetkan sekitar 65 atau lebih.

Apakah ada strategi khusus yang harus dilakukan oleh para caleg PAN untuk mendapatkan hasil atau target itu?

Tentu strategi khususnya relatif sederhana. PAN itu bukan partai yang dimiliki oleh pemodal, PAN itu bukan partai yang memiliki jaringan media, yang kita miliki adalah tenaga dari para caleg-caleg kita. Jadi yang kita sampaikan ke para caleg, kalau caleg-caleg dari partai lain itu mereka mulai bekerja dari jam 9 pagi kembali ke rumah jam 5 sore, caleg-caleg PAN itu kerjanya itu harus lebih dari itu, harus dari bakda Subuh, ya kembalinya bakda Magrib. Jadi harus lebih militan, harus lebih dua kali lipat atau lebih sering kerjanya dari caleg lain.

Kalau caleg-caleg dari partai lain itu ketika mendengar azan mereka salat di kantor, di posko atau apa, kita harus pastikan caleg-caleg kita itu ketika mendengar azan mereka harus salat di masjid, sekalian sosialisasi. Kan boleh dibilang di situ sudah terkumpul massa tanpa kita harus menghadirkan massa itu sendiri. Jadi itu yang terpenting untuk dilakukan, dan itu yang saya sampaikan kepada caleg-caleg kita.

Di mulai dari yang kecil-kecil, Subuh dan Magrib salat di masjid. Terus kemudian, ada orang sakit, ada orang pernikahan, sunatan, kematian, datangi, karena itu titik-titik di mana berkumpulnya masyarakat, dan masyarakat merasa disapa. Ketika sedang berduka ada datang, kita menyampaikan rasa keprihatinan, tidak usah bawa apa-apa, tak usah bawa oleh-oleh atau hadiah, ya syukur-syukur ada takziyahnya gitu ya. Tetapi dengan kita datangi saja, masyarakat itu disapa, mereka sudah senang.

Baru-baru ini masyarakat merasa kecewa dengan kasus 41 anggota legislatif di Malang yang terlibat kasus korupsi berjamaah. Bagaimana pola rekrutmen PAN untuk  menciptakan parlemen yang bersih dari korupsi dan suap?

Kalau komitmen secara tertulis tidak ada. Tetapi bagi kita, kebijakan kita adalah begitu seseorang sudah terindikasi atau dinyatakan sebagai tersangka dalam kasus korupsi, apalagi itu menyangkut KPK, langsung kita non-aktifkan. Dan setelah itu langsung kita berhentikan, setelah kasus itu sudah ditingkatkan ke pengadilan, setelah yang bersangkutan sudah menjadi terdakwa. Dan diberhentikan secara tidak hormat. Dan itu berlaku secara rata di PAN, tidak ada pilih-pilih orang atau kader, tidak ada yang diprioritaskan, tidak ada yang diberikan dispensasi apa pun dari kita, tidak ada.

Terkait dengan pilpres, Anda dipercaya sebagai wakil ketua Tim Pemenangan pasangan Prabowo-Sandi. Mengapa koalisi memilih Djoko Santoso sebagai ketua Ttm, padahal nama ketum PAN sempat disebut?

Memang pada saat kita mengawali pembicaraan terkait pembentukan tim pemenangan, ada sejumlah nama yang memang diusulkan secara random kepada pasangan calon untuk dijadikan ketua tim pemenangan. Ada Sudirman Said, ada Gatot Nurmantyo, kita mengusulkan Pak Zulkifli Hasan, PKS sempat mengusulkan Mardani Ali Sera, Demokrat waktu itu masih belum mengusulkan. Tetapi, semua usulan itu ditampung oleh pasangan calon, meskipun pada akhirnya pasangan capres-cawapres kita menghendaki Pak Djoko Santoso, ya kami terima.

Karena menurut kami, pertimbangan kami adalah siapa pun yang menjadi ketua Tim Pemenangan, dia harus punya akses langsung untuk komunikasi dan berinteraksi langsung dengan calon presiden dan calon wakil presiden, kapan saja dan di mana saja. dan Pak Djoko Santoso sebagai orang kepercayaan dari Pak Prabowo, termasuk juga sebagai kader Partai Gerindra tentu memiliki akses itu, sehingga menurut kami dengan mempertimbangkan hal itu tentu saja kami terima, dan menurut saya itu wajar saja.

Mengapa terkesan agak lambat dalam menyusun tim pemenangan dibandingkan kubu sebelah. Apa yang terjadi?

Mungkin itu saya koreksi, bahwa kita tidak lambat. Tetapi kita sangat teliti dalam memfinalisasi tim pemenangan ini. Bahkan dalam pertemuan rutin koalisi kita yaitu pada hari Senin dan Kamis yang lalu, cawapres kita menyampaikan, kita tidak usah terburu-buru untuk menyampaikan draf susunan dari tim pemenangan tersebut. Karena yang kita kehendaki memang dari awal adalah begitu tim yang kita kehendaki sudah final, itu tidak akan berubah lagi ketika kita mendaftarkan ke KPU nanti. Kita tidak menghendaki itu dipublikasi terlalu dini, tiba-tiba ada yang menyatakan, “Wah kok saya tidak pernah dikomunikasikan nih, tidak ada yang pernah ngomong sama saya di tim pemenangan ini, tarik nama saya,” gitu loh, atau “saya tidak cocok di departemen ini, saya maunya di badan yang lain”.

Nah, kita tidak mau seperti itu. Jadi betul-betul dengan teliti, kita hubungi satu per satu, seluruh pihak yang ada namanya di dalam tim atau draf susunan tim pemenangan itu kita akan kumpulkan, kita akan ajak bicara, kita akan sampaikan peran dan fungsi masing-masing, sekaligus kita mintakan komitmen mereka untuk berada di tim pemenangan itu. Jadi, tidak ada sekadar numpang nama saja.

Sekarang apakah sudah selesai semua susunan tim pemenangan Prabowo-Sandi?

Tim pemenangan boleh saya katakan mungkin sekitar 90 persen lebih selesai, sudah terisi. Boleh dikatakan sudah memenuhi kebutuhan yang ada di masing-masing badan. Yang perlu kita lakukan adalah komunikasi secara menyeluruh, antara paslon dengan seluruh anggota dari tim pemenangan. Sehingga mereka juga merasa tahu secara detail apa yang menjadi tugasnya, termasuk juga ada baiknya sebelum bekerja mereka sudah mendapatkan instruksi langsung dari pasangan calon.

Sekretaris Jenderal DPP Partai Amanat Nasional (PAN), Eddy Soeparno

Waktu bagi koalisi Anda tinggal sebentar lagi untuk menyelesaikan susunan tim pemenangan. Sebenarnya apa kendalanya? Benarkah ada kendala komunikasi lintas partai pengusung Prabowo-Sandi?

Tidak, sebenarnya ini seperti penentuan capres-cawapres saja, itu kan juga pengumumannya menjelang batas akhir waktu yang ditetapkan oleh KPU juga kan, saya kira hal ini juga sama gitu ya, dan yang menghendaki kita agar buru-buru menyerahkan dan mengumumkan nama-nama tim pemenangan itu kan juga biasanya pihak luar, wabil khusus teman-teman media. Jadi kami sebaiknya bergerak berdasarkan irama dan kehendak kita, karena kita tahu yang bergerak nantinya adalah tim yang betul-betul menggambarkan dan merepresentasikan apa yang menjadi program kerja dari pasangan calon kita.

Jadi misalnya di Dewan Pakar, oh ternyata yang mau kita dorong adalah ekonomi kerakyatan. Nah, di Dewan Pakar itu memang terlihat tuh orang-orang yang memang pakar di bidang ekonomi yang berbasis kerakyatan. Jadi hal tersebut yang memang harus kita sempurnakan, sehingga apa yang menjadi visi misi atau program dari pasangan calon itu direperesentasikan oleh pihak-pihak yang menjadi anggota tim pemenangan.

Berapa total anggota tim pemenangan Prabowo-Sandi?

Cukup banyak. Karena kalau badan-badan saja sih tidak terlalu banyak, tetapi di badan-badan itu diisi oleh masing-masing perwakilan dari partai politik, yang banyak itu jurkamnas. Jurkamnas itu memang sebanyak-banyaknya, karena kami ingin memberikan peran bagi seluruh kader partai untuk bisa menyuarakan dan menyosialisasikan pasangan capres-cawapres kita di mana pun mereka berada. Artinya, tidak harus mutlak mereka harus masuk ke dalam tim secara langsung yang memiliki tupoksi teknis, tetapi sebagai jurkamnas mereka bisa ikut dalam komunikasi, sosialisasi, blusukan misalnya di dapilnya masing-masing caleg. Bahkan dalam kampanye-kampanye akbar Pak Prabowo-Sandi itu bisa.

Karena bagi PAN, caleg itu bertugas menjadi pembina wilayah bagi pemenangan Prabowo-Sandi di wilayahnya masing-masing. Jadi misalnya saya sebagai caleg, Dapil saya kan Jawa Barat III (Cianjur-Kota Bogor), nah itu saya bertanggung jawab untuk pemenangan di situ. Begitu juga dengan caleg dari PKS, Gerindra, caleg Demokrat, kita berempat itu punya tugas untuk memenangkan Prabowo-Sandi di dapil kita.

PAN tidak jadi mencalonkan capres dan cawapresnya dalam Pemilu 2019, tapi justru mencalonkan Prabowo-Sandi yang berasal dari Gerindra. Apakah dengan memasang dua calon ini PAN yakin dapat menjadi momentum untuk mendulang suara di Pileg 2019?

Saya melihat bahwa pemilihan Prabowo-Sandi yang memang bernuansa pro-keumatan, apalagi partai-partainya adalah partai-partai yang konsisten berada di belakang kegiatan ulama, umat, seperti gerakan 212, 411. Dari situ saja sudah mendapatkan dorongan atau limpahan suara dari pemilih muslim. Itu pertama.

Kedua, Pak Prabowo dengan Gerindranya tentu mendapatkan coattail effect ya, tetapi pembicaraan kita dengan para partai-partai pengusung dan kesepakatan kita dengan Pak Sandi, dia nanti akan mengundurkan diri dari Gerindra dan menjadi cawapres independen, yang akan nanti bebas dibawa dalam sosialisasi bersama partai-partai pengusung. Nah, di situ kita berharap nanti dapat mendapatkan coattail effect dari Pak Sandi.

Posisi Pak Sandi sekarang ini sudah mengundurkan diri sebagai kader Gerindra juga?

Oh belum, saya pikir itu belum. Kan ini juga masih belum penetapan oleh KPU. Begitu sudah ditetapkan sebagai cawapres beliau mundur.

Apa strategi yang akan digunakan koalisi untuk memenangkan pasangan Prabowo-Sandi?

Kita ingin berkampanye isu-isu riil yang menyentuh langsung masyarakat. Fokus yang diutamakan adalah masalah ekonomi, dimulai dari hal-hal sederhana seperti kebutuhan sehari-hari yang harganya melonjak. Tidak adanya daya beli dari masyarakat, apalagi nanti kalau BBM jadi dinaikkan, daya beli masyarakat pasti akan bertambah merosot. Kemudian masalah lapangan kerja. Kemudian, selain masalah ekonomi adalah masalah pendidikan dan kesehatan. Dan di situ lah kita akan fokus pada isu-isu yang akan kita sampaikan kepada masyarakat nanti.

Jadi kita tidak akan berdebat mengenai data, mengenai angka-angka, kita sampaikan saja apa yang menjadi kondisi riil di lapangan, misalnya Ibu Mariah di Kebon Kacang yang merasakan biasanya belanja 20 ribu rupiah sehari bisa dapat banyak bahan-bahan kebutuhan dapur, sekarang dengan uang segitu dapatnya sedikit. Kemudian ibu-ibu yang mengeluh karena suaminya saat ini bekerjanya serabutan. Jadi hal-hal seperti itu yang akan kita sampaikan.

Apakah juga akan menggunakan isu agama seperti halnya di Pilkada DKI 2017?

Kita tidak akan menggunakan isu etnis, kita tidak akan menggunakan isu-isu sektarian ke depannya. Karena menurut kami pemilu dan pilpres ini adalah ajang demokrasi yang mencerahkan dan mencerdaskan masyarakat. Dan kita tidak ingin adanya pembelahan yang lebih dalam lagi di masyarakat. Oleh karena itu kita tidak akan menggunakan isu politik identitas di dalam pemenangan pilpres maupun pemilu legislatif, sehingga bisa saya pastikan bahwa yang akan digunakan adalah isu-isu yang benar-benar riil dirasakan oleh masyarakat.

Gerakan #2019GantiPresiden terus meluas. Bagaimana menurut Anda?

Gerakan #2019GantiPresiden tidak beda dengan gerakan #Jokowi2Periode, itu adalah gimik yang diajukan oleh masyarakat untuk mengekspresikan ekspresinya. Dan itu masih dianggap berada di dalam koridor dan ruang demokrasi. Itu bisa kita lihat sebagai bagian dari ekspresi masyarakat bukan dalam bentuk unjuk rasa, tapi ini lebih kepada giat politik. Jadi menurut saya, sepanjang itu masih dalam rambu-rambu hukum dan di dalam ruang demokrasi, dan diizinkan oleh hukum, saya kira hal tersebut sesungguhnya tidak perlu diperdebatkan, apalagi dihalang-halangi.

Apakah koalisi partai akan menggunakan isu #2019GantiPresiden sebagai salah satu strategi untuk memenangkan pasangan Prabowo-Sandi?

Gerakan #2019GantiPresiden adalah gerakan di luar tim pemenangan. Jauh sebelum tim pemenangan terbentuk, gerakan #2019GantiPresiden itu sudah ada lama sekali. Jadi itu menurut saya gerakan spontanitas saja dari elemen masyarakat.

Sekretaris Jenderal DPP Partai Amanat Nasional (PAN), Eddy Soeparno

Dalam proses perjalanannya, aksi gerakan #2019GantiPresiden banyak ditolak di daerah. Bagaimana Anda menanggapi ini, apakah akan dilanjutkan atau dihentikan?

Begini, sepanjang seluruh ketentuan hukum sudah dilaksanakan, seperti sudah memperoleh izin, tidak merusak fasilitas umum, atau tidak merusak lingkungan pada saat unjuk rasa, tidak anarki, apalagi kalau sampai di dalam kampanyenya itu mendukung seseorang atau menuding seseorang dengan berkata buruk, berkata negatif, saya kira itu sah-sah saja. Karena ini adalah bagian dari demokrasi yang memberikan ruang bagi masyarakat untuk mengekspresikan pendapat, jadi menurut saya itu sah-sah saja. Dan kalau ternyata ada pengadangan, apalagi persekusi, menurut saya itu harus segera ditanggapi oleh aparat penegak hukum untuk segera menyikapi.





Dalam kampanyenya, Sandiaga Uno berusaha menaruh perhatian pada emak-emak. Apakah menurut Anda pengaruh emak-emak itu cukup kuat?

Oh iya dong, sangat kuat dong, karena emak-emak itu kan pertama, pemilih perempuan yang memiliki loyalitas tinggi. Kedua, yang bisa memengaruhi pilihan itu ya ibu di rumah. Jadi menurut saya emak-emak itu adalah kategori pemilih yang sangat bisa kita andalkan ke depannya.

Berdasarkan hasil survei, elektabilitas pasangan Jokowi-Ma’ruf selalu lebih tinggi dibanding Prabowo-Sandi. Strategi apa yang akan dilakukan untuk meningkatkan elektabilitas pasangan Prabowo-Sandi?

Ada lah strateginya nanti, tak bisa kita sampaikan sekarang. Itu kan strategi kita, itu rahasia dapur kita yang tidak mungkin kita sampaikan. Tapi kembali lagi, isu-isu yang akan kita gunakan adalah isu-isu yang riil di lapangan, dan isu-isu adalah isu-isu yang memang menyentuh masyarakat secara langsung sehingga menjadi relevan bagi mereka.

Apa alasan Pak Zulkifli Hasan mundur dari rencana pencalonan cawapres mendampingi Prabowo?

Kita pertimbangkan kepentingan yang lebih besar bahwa Pak Prabowo itu memerlukan pendamping yang memiliki latar belakang di bidang ekonomi. Dan latar belakang Pak Sandi sebagai seorang pengusaha, sebagai orang yang berkecimpung di sektor riil itu akan sangat membantu Pak Prabowo.

Menurut Anda, seberapa kuat ketokohan Sandiaga Uno untuk mendongkrak elektabilitas Prabowo?

Kuat menurut saya. Kuat dan Pak Sandi ini mempunyai kemampuan untuk menjaring konstituen yang belum sempat dijaring sama Pak Prabowo. Karena apa? Pak Sandi itu tokoh muda, milenial, disenangi oleh emak-emak, disenangi oleh pemilih urban, disenangi oleh pemilih kelas dunia usaha, UMKM, jadi bonusnya banyak Pak Sandi itu. Jadi menurut saya, Pak Sandiaga Uno itu sangat bisa melengkapi Pak Prabowo. Apalagi Pak Prabowo kan latar belakangnya militer, mungkin dianggap kaku, tegas atau apa. Nah, Pak Sandi justru sangat low profile, sangat rileks.

Apa yang Anda harapkan dalam pelaksanaan pemilu mendatang?




Kita berharap pemilu tidak menjadi ajang debat yang melahirkan retorika-retorika yang negatif, destruktif, tetapi justru kita membutuhkan narasi-narasi yang konstruktif. Karena biar bagaimanapun, masyarakat itu menghendaki pemimpinnya sekarang ini sebagai seorang panutan, adalah mereka-mereka yang bisa memberikan rasa teduh, mendidik, dan dapat menjadi teladan, itu yang dibutuhkan masyarakat saat ini.

Terkait dengan netralitas aparat penegak hukum TNI/Polri, ASN, dan penyelenggara pemilu?

Itu wajib. Menurut saya netralitas penyelenggara (pemilu) itu wajib. Kalau perlu kita undang pengamat-pengamat dari luar negeri yang bisa memantau pelaksanaan pemilu. Sehingga pemantau-pemantau itu nantinya bisa mengambil Indonesia sebagai model perkembangan demokrasi yang baik, bukan memantau mencurigai apa-apa, tapi memantau pelaksanaan pesta demokrasi di Indonesia ini. 


No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here