Cerita Sex Terbaru Kenikmatan Memek Pengantin Baru – Aku baru saja menikah dan sudah masuk bulan ke dua. Seperti kata orang, yang namanya pengantin baru tentu masih hot-hot nya ranjang dan itu memang benar adanya dan ranjang kami tak pernah rapi bila kami ada di rumah. Aku seorang guru dan ketika itu aku sudah memiliki gaji yang cukup untuk membeli rumah. Walau rumah kami sederhana tapi tak pernah sepi dengan desahan kami berdua. Rumah kami pun masih berdekatan dengan rumah mertua serta saudara-saudara istri, hanya terpisah beberapa rumah dan jalan kaki saja sudah sampai. Seperti yang sudah kukatakan tadi, bahwa yang namanya pengantin baru tentu saja masih hot-hot nya dan juga istriku juga tampaknya sangat menikmatinya. istriku tak pernah mengeluh apapun tentang hasratku kecuali dia bilang bahwa aku terkadang membuatnya kewalahan. Hehehehe …
entah itu benar atau tidak yang jelas namanya saja pengantin baru. dalam semalam minimal 2 ronde, sedangkan jika hari libur bisa sampai 3 – 4 ronde atau lebih. Kadang istriku sampai geleng-geleng kepala, tapi tetap saja dia meladeniku. Ketika kutanya kenapa dia mau juga, dia bilang “Siapa sih yang nolak kalau dikasih enak sama suaminya sendiri?”. Hari itu hari Minggu pagi dan memang masih sekitar jam 5 pagi, tapi seperti biasa aku dan istriku masih tidur berpelukan dalam keadaaan telanjang karena semalam kami habiskan 2 ronde di ranjang ini. Aku terbangun saat mendengar azan Subuh. Dulu ketika masih bujang aku mungkin segera berwudhu sholat Subuh, tapi ketika sudah jadi pengantin kurang afdol kalau belum melakukan “olahraga di kasur” sebelum mandi dan sholat subuh. Jadi kubangunkan istriku dengan ciuman-ciuman di lehernya sambil tanganku meremas dan memilin putingnya yang saat itu tidur kupeluk dari belakang. Batangku yang sudah keras seperti biasanya ketika pagi haripun sudah menempel di pantatnya. Istriku bangun sambil tersenyum menatapku.
“Pagi sayang, kedinginan ya?” kata istriku menggeliat mesra.
“Iya, makanya angetin dulu dong baru nanti kita mandi terus sholat”.
Istriku tidak menjawab. Tangannya langsung meremas-remas halus penisku sambil memagut dan mengulum bibirku. Meskipun baru bangun tidur, tapi aroma nafasnya tetap saja enak. Mungkin karena lagi nafsu ya, hehehehe …
Beberapa menit setelah saling meremas dan mencumbu, istriku pun mulai terangsang lagi. Ia bangkit dan langsung melahap batang kemaluanku dengan posisi menyamping, sementara aku terus saja asyik meremas-remas payudaranya yang kencang.
Setelah puas mengulum, istriku kembali berbaring yang artinya ia sudah siap “dihajar” lagi dengan “tongkat kejantananku”. Ia mengangkang lebar dan kemudan menuntun batangku tepat ke dalam “miliknya” yang terasa sudah cukup basah.
Enaknya bercinta di pagi hari, tenaga kami masih sama-sama segar. Tak heran jika kami melakukannya dengan semangat. Pagi itu kami tak melakukan banyak gaya. Setelah posisi telentang, istriku kuminta untuk berbaring membelakangiku agar aku bisa menyodoknya dari belakang sambil berbaring pula dan memeluknya erat-erat.
Dan seperti hari-hari sebelumnya, kami pun saling menghangatkan untuk modal mandi pagi yang dingin. Memang jika kami lakukan di saat pagi hari terkesan buru-buru, tapi yang penting aku dan istriku sama-sama klimaks. Mungkin itu yang di sebut quickie pagi hari.
Setelah mandi kami berdua lalu sholat Subuh berjamaah yang kulanjutkan dengan menonton berita pagi, sementara istriku menyiapkan sarapan. Aku santai pagi ini karena ini kan hari Minggu. Ketika nasi goreng buatan istriku sudah siap santap, aku dan istriku sudah duduk pangku-pangkuan di kursi makan sambil makan nasi goreng dengan piring besar untuk kami berdua. Kadang kami suap-suapan. Hehehe … Jangan iri ya, maklum pengantin baru.
Ketika nasi goreng sudah habis, istriku meletakkan piring di meja makan. Bukannya beranjak berdiri, istriku malah mulai nakal dengan menggoyang-goyangkan pantatnya yang bergesakan dengan batang kemaluanku.
Karena kami masih sama-sama muda, senggol dikit langsung sama-sama “greng”. Tanganku pun tak bisa tinggal diam merespon godaan istriku. Kuremas payudaranya sambil melepaskan baju dan BH-nya. Kemudian istriku berdiri sebentar untuk menelanjangiku sebelum ia melorot celana dalamnya.
“Cuci mulut dulu ah …”, kata istriku sebelum melumat batangku dengan mulutnya.
Aku hanya duduk di kursi makan menikmati aksi istriku sambil mengusap-usap rambutnya yang masih basah. Tak lama kemudian dia langsung duduk di pangkuanku sambil mengesek-gesekan kemaluannya ke batangku yang sudah mengeras agar lebih basah. Ketika dirasanya cukup istriku pun langsung menancapkan batangku, disusul dengan goyangan naik turun. Kami pun melayang dalam nikmatnya persetubuhan.
Istriku membenamkan dalam-dalam batang kemaluanku disertai erangan panjang saat ia mencapai orgasme. Ia kemudian beranjak dari pangkuanku dan mengambil posisi menungging dengan kedua tangannya berpegangan di meja. Singkat cerita, ronde kedua hari ini pun selesai dengan bersarangnya spermaku di dalam rahim istriku sambil berharap sukses membuahinya dan hamil.
“Yah, mandi lagi deh …” celoteh istriku ketika selesai.
“Yuk mandi berdua” ajakku.
“Nggak ah … Entar malah gak mandi-mandi kayak kemaren-kemaren”, tukasnya yang kujawab dengan menepuk gemas pantatnya yang ranum.
Setelah mandi untuk kedua kalinya, seperti biasa pagi itu kami mengunjungi mertuaku untuk berkumpul dengan sanak famili di situ. Sorenya aku dan istriku berpamitan pergi ke pasar untuk membeli beberapa keperluan dapur, setelah itu pulang.
Selesai mandi kami nonton TV sebentar dan kemudian sholat Maghrib berjamaah. Begitu selesai sholat tiba-tiba mati lampu. Sambil menunggu istriku memberesi perlengkapan sholatnya, aku duduk-duduk di teras untuk menikmati suasana sore.
Tak lama kemudian istriku menyusul. Karena di teras hanya ada satu tempat duduk, kuminta istriku duduk di pangkuanku. Istriku tak menolak karena teras rumah kami agak tertutup tanaman dan pagar tembok setinggi lutut. Kami ngobrol sambil menunggu lampu menyala lagi. Untungnya listrik mati setelah kami selesai makan malam dan sholat Magrib. Jadi tinggal menunggu Isya dan melanjutkan aktifitas di ranjang.
Istriku yang awalnya duduk manis di pangkuanku mulai lagi memancing birahiku dengan menggoyang-goyangkan pantatnya seperti tadi pagi. Tantangannya kutanggapi dengan memiringkan tubuhnya hingga menyamping, lalu kuremas dada ranumnya sambil memagut lehernya yang jenjang dan wangi. Tak puas dengan meremas payudara, tanganku pun beralih sasaran ke balik dasternya.
Seperti biasa, istriku tak memakai celana dalam kalau sudah sore begini sebagai wujud kesiapannya melayaniku setiap waktu. Kemaluan istriku kuusap-usap lembut dan sesekali kucolek dengan ujung jariku, seperti main gitar gitulah. Istriku merespon dengan semakin merenggangkan kakinya.
“Di dalam aja yuk?” pinta istriku. Rupanya ia sudah “on”.
“Di sini ajalah, nyoba di teras. Lagian gak keliatan teras kita dari luar. Mana gelap banget lagi”, rayuku.
Istriku menoleh ke jalan untuk meyakinkan dirinya kalau ucapanku. Ia kemudian berdiri sebentar untuk menaikkan roknya yang berarti ia setuju. Aku pun melorot celanaku hingga ke lutut dan serta-merta batangku batangku mencuat dengan tegaknya. Istriku kembali memposisikan dirinya di pangkuanku, merengkuh batangku dan kemudian menggesek-gesekan di lubangnya sesaat.
Sambil ia melakukan itu kuremas-kuremas pantatnya dengan gemas. Sesaat kemudian istriku mulai mengarahkan batangku untuk masuk ke dalam “miliknya”. Yang kusuka dari gaya ini adalah batangku serasa begitu dalam masuk ke liang kemaluan istriku tercinta dan ia bilang kalau batangku terasa menusuksampai keperut. Entah karena posisi ini atau batangku yang kata istriku panjang, kira-kira satu jengkal tangannya.
Setelah menancap, istriku mulai bergoyang naik turun secara perlahan. Terkadang diputar-putarnya pinggulnya atau dimaju-mundurkan pantatnya, sehingga membuatku merasa nikmat sekali. Batangku serasa seperti sendok yang mengaduk-aduk mangkok. Istriku makin lama makin piawai melayaniku. Itu semua berkat pembelajaran kami dari film-film porno yang kami tonton di internet maupun VCD.
Apalagi istriku terbuka tentang masalah sex dan akupun juga begitu. Efek goyangan istriku semakin nikmat menembus tulang sumsum dan membuatku hampir mencapai klimaks ketika kudengar suara ayah mertua yang bercakap-cakap dengan seorang keponakanku.
Aku gelagapan dan mencoba mencabut batangku, tapi istriku menahannya dan tetap berada di pangkuanku. Sepertinya ia juga hampir klimaks dan enggan berhenti. Untungnya ayah mertua dan keponakanku duduk di tangga teras di depan kami dan lebih banyak mengarahkan pandangannya ke jalan.
Selain itu juga gelap sekali, sehingga hilang kekhawatiranku kalau mereka melihat “keasyikan” kami. Sesekali aku dan istriku nimbrung obrolan ayah mertua dan keponakanku.
Istriku berusaha tak bergoyang sama sekali, karena mungkin khawatir menimbulkan suara. Aku kemudian berinisiatif untuk memanggut-manggutkan batangku di dalam lubang istriku dan ternyata disambut dengan “empot-empotan” lubang istriku. Jadi persis kayak latihan kegel bersama tapi karena tidak bergerak-gerak dan suasananya tak memungkinkan, orgasme kami pun jadi tertunda. Ternyata asyik juga melakukan itu. Batang kemaluanku seperti memanjang-memendek dan lubang istriku kembang-kempis berdenyut-denyut seolah menarik-narik ke dalam.
Baca Juga : Perawan Ku Diambil Adiku Sendiri Saat Aku Tidur
Baca Juga : 7 Fakta dan cerita unik tentang Bercinta
Agak lama kami seperti itu, mungkin sekitar 15 menit-an, hingga akhirnya aku dan istriku sama-sama orgasme. Mungkin karena tertahan beberapa saat, orgasme kami berdua sangat kuat dan begitu lama, sampai-sampai aku dan istriku gemeteran, bahkan nyaris kelojotan/ kejang. Ayah mertuaku yang saat itu menoleh ke arah kami jadi heran.
“Kenapa kamu?”, tanyanya.
“Ih…anginnya dingin di sini, Yah. … Gak kuat nahan dinginnya. Aku masuk kedalam ya, Yah”, kata istriku sambil beranjak dari pangkuanku.
Ia berjalan dengan agak merapatkan kedua kakinya. Maksudnya agar spermaku tak berceceran di lantai. Begitu masuk ke dalam ia langsung ngibrit ke kamar mandi, sementara aku menaikkan kembali celana pendekku.
Malam itu sungguh keberuntungan kami. Beberapa saat setelah kubenahi celanaku, lampu menyala lagi. Aku pun melanjutkan obrolan dengan ayah mertua dan keponakanku. Begitu mereka berpamitan pulang, aku keramas lagi dan bersiap untuk sholat Isya.
Kurasa cukup disini dulu ceritanya. Kapan-kapan kuceritakan pengalaman-pengalaman lainnya yang tak kalah seru.
No comments:
Post a Comment