“Aha . . . Koran baru sudah datang”, kataku dalam hati melihat surat kabar pagi terbitan hari ini tergeletak di dekat pintu pagar . Kuambil surat kabar itu . Langsung aku duduk di kursi di teras sambil membacanya . Sebagai mahasiswa fakultas ekonomi aku sangat menyukai berita-berita tentang perekonomian Indonesia termasuk krisis ekonomi berkepanjangan yang tengah melanda Indonesia . Kubolak-balik halaman-halaman surat kabar . Mataku tertumbuk pada sebuah iklan satu kolom yang cukup mencolok .
“Dicari, gadis berusia 17 sampai 25 tahun . Wajah dan penampilan menarik . Bertubuh ramping . Tinggi minimal 165 cm dengan berat yang sesuai . Dapat bergaya . Berminat untuk menjadi foto model . Peminat diharapkan datang sendiri ke **** (edited) Agency, Jl . Cempaka Putih **** (edited), Jakarta Pusat .”
“aku bisa diterima apa nggak ya?” aku bertanya dalam hati . Memang sih, kupikir-pikir aku memenuhi syarat-syarat yang diminta . Usiaku baru menginjak 20 tahun . Tubuhku ramping dengan tinggi 170 cm, seimbang dengan ukuran dadaku yang di atas rata-rata wanita seusiaku . Wajahku cantik . Teman-temanku bilang aku perpaduan antara Desy Ratnasari dan Maudy Ayunda . Tapi menurutku sih mereka terlalu memujiku berlebih-lebihan .
Ah, coba-coba saja aku melamar . Siapa tahu aku diterima jadi foto model . Kan lumayan buat menambah penghasilan . aku masuk ke dalam rumah, ke kamarku . “Pakai baju apa ya enaknya?” batinku . Ah ini saja . Kukenakan blus biru muda dan celana panjang jeans belel yang cukup ketat yang baru saja beberapa hari yang silam kubeli di Cihampelas, Bandung .
Mobil Feroza yang kukendarai memasuki jalan yang disebut dalam iklan . Ah, mana ya nomor **** (edited)? Nah ini dia . Rumahnya sih cukup mentereng . Di halamannya terpampang papan nama “**** (edited) Agency Photo Studio & Modelling . Menerima anggota baru .” Wah benar ini tempatnya . Kuparkir mobilku di pinggir jalan . Di sana sudah banyak bertengger mobil-mobil lain . aku masuk ke dalam . Astaga! Di dalam sudah banyak cewek-cewek cantik . Pasti mereka juga adalah pelamar sepertiku . Sejenak mereka memandangku ketika aku masuk . Mungkin mereka kagum melihat kecantikan wajahku dan kemolekan tubuhku . Kucari tempat duduk yang kosong setelah sebelumnya mendaftarkan diriku di meja pendaftaran .
Gila, hampir semua tempat duduk terisi . Nah, itu dia ada satu yang kosong di sebelah seorang cewek yang cantik sekali, keturunan Indo . Wajahnya mirip Cindy Crawford . Kelihatannya ia sebaya denganku . Tapi astaga, ia memakai baju yang berdada rendah alias “you can see,” dan rok jeans mini yang cukup ketat, sehingga menampakkan pangkal payudaranya yang berukuran cukup besar . Ia nampak memandangku dan tersenyum . Melihatnya aku menjadi minder . Wah, sainganku ini top sekali . Apakah mungkin aku terpilih menjadi foto model di sini? Satu persatu para pelamar dipanggil ke ruang pengetesan, sampai si Indo di sampingku tadi dipanggil juga . Semua pelamar yang sudah dites keluar lewat pintu lain . Akhirnya namaku dipanggil juga .
“Hanny K**** (edited) dipersilakan masuk ke dalam .”
aku pun masuk ke dalam dan disambut oleh seorang pria bertubuh agak gemuk .
“Kenalkan aku Adolf, direktur sekaligus pemilik agensi ini . Siapa nama kamu tadi? Oh ya, Hanny, nama yang bagus, sebagus orangnya . Sekarang giliran kamu dites . Coba kamu berdiri di sana .”
aku pun menurut saja dan menuju tempat yang ditunjuk oleh Adolf, di bawah lampu sorot yang cukup terang dan di depan sebuah kamera foto .
“Coba kamu lihat-lihat contoh-contoh foto ini . Pilih lima gaya di antaranya . aku akan mengetes apakah kamu bisa bergaya . Jangan malu-malu, don’t be shy!” kata Adolf sembari memberiku sebuah album foto . aku melihat foto-foto di dalamnya . Ah ini sih seperti gaya foto model di majalah-majalah! Mudah amat! Lalu aku memilih lima gaya yang menurutku bagus . Setelah itu, jepret sana, jepret sini, lima gaya sudah aku berpose dan dipotret . Tapi Adolf belum mempersilakan aku keluar ruangan . Dia kelihatannya seperti berpikir sejenak .
“Nah, sekarang, Han . Coba kamu buka kancing-kancing bagian atas blus kamu . Nggak usah malu . Biasa-biasa aja lah!”
Kupikir tak apa-apa lah kali ini . Kubuka beberapa kancing atas blusku sehingga terlihat BH yang kupakai . Mata Adolf sekilas berubah saat melihat pangkal payudaraku yang montok . Lalu aku dipotret lagi dengan pose-pose yang sensual .
“Nah, begitu kan yahud . Sekarang coba buka baju kamu semuanya .”
Wah! Ini sih mulai kelewatan!
“Ayolah, jangan malu-malu!”
Sebenarnya dalam hati aku menolak . Akan tetapi biarlah, karena aku sejak kecil selalu mengidam-idamkan ingin menjadi foto model .
Dengan perlahan-lahan kutanggalkan blus dan celana panjangku . Mata Adolf tanpa berkedip memandangi tubuh mulusku yang hanya ditutupi oleh BH dan celana dalam . aku sedikit menggigil kedinginan hanya berpakaian dalam di ruangan yang ber-AC ini . Namun Adolf tidak mengindahkannya . Ia malah menyuruhku menanggalkan busana yang masih tersisa di tubuhku . Ah, gila ini! Tapi cueklah, hanya berdua ini! Lalu dengan membelakangi Adolf, kulepas BH-ku . Kusilangkan tanganku di dada menutupi payudaraku .
“Han, masak kamu balik badan begitu . Bagaimana aku bisa mengetesmu .”
aku membalikkan tubuh menghadap Adolf . Adolf menyuruhku menurunkan tangan yang menutupi payudaraku . Adolf terpana menyaksikan payudaraku yang montok dan berisi dengan puting susunya yang tinggi menantang berwarna kecoklatan segar, tanpa tertutup oleh selembar benang pun . aku menjadi risih pada pandangan matanya . Adolf menyuruhku melepas celana dalamku . Ia semakin melotot melihat bagian kemaluanku yang ditumbuhi oleh rambut-rambut halus yang masih tipis . Sekilas kulihat kemaluan di balik celana panjangnya menegang .
“Nah, sekarang kamu diam di situ . Akan kuukur tubuhmu, apakah memenuhi syarat”, kata Adolf sambil mengambil meteran untuk menjahit . Pertama kali dia mengukur ukuran vital dadaku . Ia melingkarkan meterannya melalui payudaraku . Dengan sengaja tangan Adolf menyentil puting susuku sebelah kanan sehingga membuatku meringis kesakitan . Tapi aku diam merengut saja .
“Kamu beruntung memiliki payudara yang indah seperti ini”, kata Adolf sambil mencolek belahan payudaraku .
“Nah, sudah selesai sekarang .” aku merasa lega . Akhirnya selesailah pelecehan seksual yang terpaksa kuterima ini .
“Jadi saya sudah boleh keluar?” tanyaku .
“Eit! Siapa bilang kamu sudah boleh keluar?! Nanti dulu, manis!”
Wah, kacau! Apa gerangan yang ia inginkan lagi?
“Susan!” Adolf memanggil seseorang .
Seorang gadis cantik keluar dari ruangan lain, telanjang bulat . Ya ampun, ternyata ia adalah cewek Indo yang tadi duduk di sampingku di ruang tunggu . Payudaranya yang montok bergantung indah di dadanya, seimbang dengan pinggulnya yang montok pula . aku bertanya-tanya apa arti dari semua ini .
“Nah, sekarang coba kamu lihat, Hanny . Susan ini adalah satu-satunya pelamar yang berhasil terpilih . Mengapa? Sebab ia cocok dengan profil foto model yang saya inginkan untuk proyek kalender bugil yang akan saya edarkan di luar negeri . Kalo kamu ingin berhasil seperti Susan, kamu harus berani seperti dia, Han”, kata Adolf sambil menunjuk ke arah gadis cantik yang bugil itu . Astaga! Batinku . aku harus dipotret bugil . Bagaimana pandangan orang-orang terhadapku nanti apabila foto-foto telanjangku sampai dilihat orang-orang banyak?! Tapi kan cuma diedarkan di luar negeri?!
“Baiklah, tapi kali ini aja ya”, aku menyanggupinya . Akhirnya aku dipotret dalam beberapa pose . Pose yang pertama, aku disuruh berbaring tertelentang dengan pose memanjang di atas ranjang, dengan membuka pahaku lebar-lebar, sehingga menampakkan kemaluanku dengan jelas . Pose kedua, aku duduk mengangkang di tepi ranjang sementara Susan menjilati liang kemaluanku . Pose ketiga, aku dalam keadaan berdiri, sedangkan Susan dengan lidahnya yang mahir mempermainkan puting susuku . Pose keempat, aku masih berdiri, sementara Susan berdiri di belakangku dan berbuat seolah-oleh kami berdua sedang bersenggama . Susan berperan sebagai seorang pria yang sedang menghujamkan batang kemaluannya ke dalam liang kewanitaanku, sedangkan tangannya meremas-remas kedua belah payudaraku yang indah . Dan aku diminta memejamkan mataku, seakan-akan aku sedang terbuai oleh kenikmatan yang tiada taranya . Semua itu adalah pose-pose yang membangkitkan nafsu birahi bagi kaum pria namun amat memuakkan bagi diriku .
Tiba-tiba kurasakan kedua belah payudaraku diremas-remas dengan lebih keras, bahkan lebih kasar . aku meronta-ronta kesakitan . aku menoleh ke belakang . Astaga! Ternyata yang di belakangku sudah bukan Susan lagi, melainkan Adolf yang sekarang tengah mempermainkan payudaraku dengan seenaknya! Entah Susan sudah ke mana perginya .
“Jangan, Pak! Jangan!” aku memberontak-berontak sebisa-bisanya . Tapi semua itu tidak ada hasilnya . Tangan Adolf lebih kuat mendekapku kencang-kencang sampai aku hampir tidak bisa bernafas .
“Kamu memang benar-benar cantik, Hanny”, kata Adolf sambil mencium tengkukku sementara tangannya masih terus merambah kedua bukit yang membusung di dadaku .
Tiba-tiba dengan kasar, Adolf mendorongku, sehingga aku jatuh tertelentang di sofa . Melihat tubuh mulusku yang sudah tergeletak pasrah di depannya, nafas Adolf memburu bagai dikejar setan . Matanya melotot seperti mau meloncat keluar melihat keindahan tubuh di depannya . Kututup payudaraku dengan tanganku, tapi Adolf menepiskannya . Betapa belahan payudaraku sangat lembut dan merangsang ketika mulut Adolf mulai menjamahnya . Payudaraku yang putih bersih itu memang menggiurkan . Mulut Adolf dengan buas menjilat dan melumat bagian puncak payudaraku, lalu mengisap puting susuku bergantian, sehingga aku menggelinjang kegelian . Nafasku ikut memburu kala tangan Adolf mulai merayap ke selangkanganku, meraba-raba pahaku dari pangkal sampai lutut . Lalu betisku yang mulus itu .
aku hampir-hampir tak bisa bernafas lagi ketika mulut Adolf terus mengisap dan menyedot puting susuku . aku meronta-ronta . Tapi Adolf terus mendesak dan melumat puting susuku yang runcing kemerahan itu . Seumur hidupku, belum pernah aku diperlakukan sedemikian lupa oleh lelaki manapun, dan kini aku harus menyerahkan diriku pada Adolf .
Adolf mencoba mendorong batang kemaluannya masuk ke dalam liang senggamaku yang sempit . Ia sudah tak kuat lagi membendung nafsunya yang memuncak ketika batang kemaluannya bergesekan dengan liang kewanitaanku yang merah terbuka . Batang kemaluan Adolf akhirnya menghujam seluruhnya ke dalam liang kenikmatanku . aku menjerit ketika liang kewanitaanku diterobos oleh batang kemaluan Adolf yang tegang dan panjang . Betapa perih ketika “kepala meriam” itu terus masuk ke dalam liang kewanitaanku, yang belum pernah sekalipun merasakan jamahan laki-laki .
aku mencoba memberontak sekuat tenaga lagi . Tapi apa daya, Adolf lebih kuat . Lagipula aku sudah lemas, tenagaku sudah hampir habis . Terpaksa aku hanya dapat menerima dengan pasrah digagahi oleh Adolf . Dan akhirnya, aku merasa tak kuat lagi . Setelah itu aku tak ingat apa-apa lagi . aku tak sadarkan diri .
Saat aku siuman, aku menyadari diriku masih tergeletak telanjang bulat di sofa dengan cairan-cairan kenikmatan yang ditembakkan dari batang kemaluan Adolf berhamburan di sekujur perut dan dadaku . Sementara kulihat ruangan itu telah kosong . Segera kukenakan pakaianku kembali dan bergegas ke luar ruangan . Kukebut Feroza-ku pulang ke rumah dan bersumpah tak akan pernah kembali lagi ke tempat terkutuk itu!
END
“Aha . . . Koran baru sudah datang”, kataku dalam hati melihat surat kabar pagi terbitan hari ini tergeletak di dekat pintu pagar . Kuambil surat kabar itu . Langsung aku duduk di kursi di teras sambil membacanya . Sebagai mahasiswa fakultas ekonomi aku sangat menyukai berita-berita tentang perekonomian Indonesia termasuk krisis ekonomi berkepanjangan yang tengah melanda Indonesia . Kubolak-balik halaman-halaman surat kabar . Mataku tertumbuk pada sebuah iklan satu kolom yang cukup mencolok .
“Dicari, gadis berusia 17 sampai 25 tahun . Wajah dan penampilan menarik . Bertubuh ramping . Tinggi minimal 165 cm dengan berat yang sesuai . Dapat bergaya . Berminat untuk menjadi foto model . Peminat diharapkan datang sendiri ke **** (edited) Agency, Jl . Cempaka Putih **** (edited), Jakarta Pusat .”
“aku bisa diterima apa nggak ya?” aku bertanya dalam hati . Memang sih, kupikir-pikir aku memenuhi syarat-syarat yang diminta . Usiaku baru menginjak 20 tahun . Tubuhku ramping dengan tinggi 170 cm, seimbang dengan ukuran dadaku yang di atas rata-rata wanita seusiaku . Wajahku cantik . Teman-temanku bilang aku perpaduan antara Desy Ratnasari dan Maudy Ayunda . Tapi menurutku sih mereka terlalu memujiku berlebih-lebihan .
Ah, coba-coba saja aku melamar . Siapa tahu aku diterima jadi foto model . Kan lumayan buat menambah penghasilan . aku masuk ke dalam rumah, ke kamarku . “Pakai baju apa ya enaknya?” batinku . Ah ini saja . Kukenakan blus biru muda dan celana panjang jeans belel yang cukup ketat yang baru saja beberapa hari yang silam kubeli di Cihampelas, Bandung .
Mobil Feroza yang kukendarai memasuki jalan yang disebut dalam iklan . Ah, mana ya nomor **** (edited)? Nah ini dia . Rumahnya sih cukup mentereng . Di halamannya terpampang papan nama “**** (edited) Agency Photo Studio & Modelling . Menerima anggota baru .” Wah benar ini tempatnya . Kuparkir mobilku di pinggir jalan . Di sana sudah banyak bertengger mobil-mobil lain . aku masuk ke dalam . Astaga! Di dalam sudah banyak cewek-cewek cantik . Pasti mereka juga adalah pelamar sepertiku . Sejenak mereka memandangku ketika aku masuk . Mungkin mereka kagum melihat kecantikan wajahku dan kemolekan tubuhku . Kucari tempat duduk yang kosong setelah sebelumnya mendaftarkan diriku di meja pendaftaran .
Gila, hampir semua tempat duduk terisi . Nah, itu dia ada satu yang kosong di sebelah seorang cewek yang cantik sekali, keturunan Indo . Wajahnya mirip Cindy Crawford . Kelihatannya ia sebaya denganku . Tapi astaga, ia memakai baju yang berdada rendah alias “you can see,” dan rok jeans mini yang cukup ketat, sehingga menampakkan pangkal payudaranya yang berukuran cukup besar . Ia nampak memandangku dan tersenyum . Melihatnya aku menjadi minder . Wah, sainganku ini top sekali . Apakah mungkin aku terpilih menjadi foto model di sini? Satu persatu para pelamar dipanggil ke ruang pengetesan, sampai si Indo di sampingku tadi dipanggil juga . Semua pelamar yang sudah dites keluar lewat pintu lain . Akhirnya namaku dipanggil juga .
“Hanny K**** (edited) dipersilakan masuk ke dalam .”
aku pun masuk ke dalam dan disambut oleh seorang pria bertubuh agak gemuk .
“Kenalkan aku Adolf, direktur sekaligus pemilik agensi ini . Siapa nama kamu tadi? Oh ya, Hanny, nama yang bagus, sebagus orangnya . Sekarang giliran kamu dites . Coba kamu berdiri di sana .”
aku pun menurut saja dan menuju tempat yang ditunjuk oleh Adolf, di bawah lampu sorot yang cukup terang dan di depan sebuah kamera foto .
“Coba kamu lihat-lihat contoh-contoh foto ini . Pilih lima gaya di antaranya . aku akan mengetes apakah kamu bisa bergaya . Jangan malu-malu, don’t be shy!” kata Adolf sembari memberiku sebuah album foto . aku melihat foto-foto di dalamnya . Ah ini sih seperti gaya foto model di majalah-majalah! Mudah amat! Lalu aku memilih lima gaya yang menurutku bagus . Setelah itu, jepret sana, jepret sini, lima gaya sudah aku berpose dan dipotret . Tapi Adolf belum mempersilakan aku keluar ruangan . Dia kelihatannya seperti berpikir sejenak .
“Nah, sekarang, Han . Coba kamu buka kancing-kancing bagian atas blus kamu . Nggak usah malu . Biasa-biasa aja lah!”
Kupikir tak apa-apa lah kali ini . Kubuka beberapa kancing atas blusku sehingga terlihat BH yang kupakai . Mata Adolf sekilas berubah saat melihat pangkal payudaraku yang montok . Lalu aku dipotret lagi dengan pose-pose yang sensual .
“Nah, begitu kan yahud . Sekarang coba buka baju kamu semuanya .”
Wah! Ini sih mulai kelewatan!
“Ayolah, jangan malu-malu!”
Sebenarnya dalam hati aku menolak . Akan tetapi biarlah, karena aku sejak kecil selalu mengidam-idamkan ingin menjadi foto model .
Dengan perlahan-lahan kutanggalkan blus dan celana panjangku . Mata Adolf tanpa berkedip memandangi tubuh mulusku yang hanya ditutupi oleh BH dan celana dalam . aku sedikit menggigil kedinginan hanya berpakaian dalam di ruangan yang ber-AC ini . Namun Adolf tidak mengindahkannya . Ia malah menyuruhku menanggalkan busana yang masih tersisa di tubuhku . Ah, gila ini! Tapi cueklah, hanya berdua ini! Lalu dengan membelakangi Adolf, kulepas BH-ku . Kusilangkan tanganku di dada menutupi payudaraku .
“Han, masak kamu balik badan begitu . Bagaimana aku bisa mengetesmu .”
aku membalikkan tubuh menghadap Adolf . Adolf menyuruhku menurunkan tangan yang menutupi payudaraku . Adolf terpana menyaksikan payudaraku yang montok dan berisi dengan puting susunya yang tinggi menantang berwarna kecoklatan segar, tanpa tertutup oleh selembar benang pun . aku menjadi risih pada pandangan matanya . Adolf menyuruhku melepas celana dalamku . Ia semakin melotot melihat bagian kemaluanku yang ditumbuhi oleh rambut-rambut halus yang masih tipis . Sekilas kulihat kemaluan di balik celana panjangnya menegang .
“Nah, sekarang kamu diam di situ . Akan kuukur tubuhmu, apakah memenuhi syarat”, kata Adolf sambil mengambil meteran untuk menjahit . Pertama kali dia mengukur ukuran vital dadaku . Ia melingkarkan meterannya melalui payudaraku . Dengan sengaja tangan Adolf menyentil puting susuku sebelah kanan sehingga membuatku meringis kesakitan . Tapi aku diam merengut saja .
“Kamu beruntung memiliki payudara yang indah seperti ini”, kata Adolf sambil mencolek belahan payudaraku .
“Nah, sudah selesai sekarang .” aku merasa lega . Akhirnya selesailah pelecehan seksual yang terpaksa kuterima ini .
“Jadi saya sudah boleh keluar?” tanyaku .
“Eit! Siapa bilang kamu sudah boleh keluar?! Nanti dulu, manis!”
Wah, kacau! Apa gerangan yang ia inginkan lagi?
“Susan!” Adolf memanggil seseorang .
Seorang gadis cantik keluar dari ruangan lain, telanjang bulat . Ya ampun, ternyata ia adalah cewek Indo yang tadi duduk di sampingku di ruang tunggu . Payudaranya yang montok bergantung indah di dadanya, seimbang dengan pinggulnya yang montok pula . aku bertanya-tanya apa arti dari semua ini .
“Nah, sekarang coba kamu lihat, Hanny . Susan ini adalah satu-satunya pelamar yang berhasil terpilih . Mengapa? Sebab ia cocok dengan profil foto model yang saya inginkan untuk proyek kalender bugil yang akan saya edarkan di luar negeri . Kalo kamu ingin berhasil seperti Susan, kamu harus berani seperti dia, Han”, kata Adolf sambil menunjuk ke arah gadis cantik yang bugil itu . Astaga! Batinku . aku harus dipotret bugil . Bagaimana pandangan orang-orang terhadapku nanti apabila foto-foto telanjangku sampai dilihat orang-orang banyak?! Tapi kan cuma diedarkan di luar negeri?!
“Baiklah, tapi kali ini aja ya”, aku menyanggupinya . Akhirnya aku dipotret dalam beberapa pose . Pose yang pertama, aku disuruh berbaring tertelentang dengan pose memanjang di atas ranjang, dengan membuka pahaku lebar-lebar, sehingga menampakkan kemaluanku dengan jelas . Pose kedua, aku duduk mengangkang di tepi ranjang sementara Susan menjilati liang kemaluanku . Pose ketiga, aku dalam keadaan berdiri, sedangkan Susan dengan lidahnya yang mahir mempermainkan puting susuku . Pose keempat, aku masih berdiri, sementara Susan berdiri di belakangku dan berbuat seolah-oleh kami berdua sedang bersenggama . Susan berperan sebagai seorang pria yang sedang menghujamkan batang kemaluannya ke dalam liang kewanitaanku, sedangkan tangannya meremas-remas kedua belah payudaraku yang indah . Dan aku diminta memejamkan mataku, seakan-akan aku sedang terbuai oleh kenikmatan yang tiada taranya . Semua itu adalah pose-pose yang membangkitkan nafsu birahi bagi kaum pria namun amat memuakkan bagi diriku .
Tiba-tiba kurasakan kedua belah payudaraku diremas-remas dengan lebih keras, bahkan lebih kasar . aku meronta-ronta kesakitan . aku menoleh ke belakang . Astaga! Ternyata yang di belakangku sudah bukan Susan lagi, melainkan Adolf yang sekarang tengah mempermainkan payudaraku dengan seenaknya! Entah Susan sudah ke mana perginya .
“Jangan, Pak! Jangan!” aku memberontak-berontak sebisa-bisanya . Tapi semua itu tidak ada hasilnya . Tangan Adolf lebih kuat mendekapku kencang-kencang sampai aku hampir tidak bisa bernafas .
“Kamu memang benar-benar cantik, Hanny”, kata Adolf sambil mencium tengkukku sementara tangannya masih terus merambah kedua bukit yang membusung di dadaku .
Tiba-tiba dengan kasar, Adolf mendorongku, sehingga aku jatuh tertelentang di sofa . Melihat tubuh mulusku yang sudah tergeletak pasrah di depannya, nafas Adolf memburu bagai dikejar setan . Matanya melotot seperti mau meloncat keluar melihat keindahan tubuh di depannya . Kututup payudaraku dengan tanganku, tapi Adolf menepiskannya . Betapa belahan payudaraku sangat lembut dan merangsang ketika mulut Adolf mulai menjamahnya . Payudaraku yang putih bersih itu memang menggiurkan . Mulut Adolf dengan buas menjilat dan melumat bagian puncak payudaraku, lalu mengisap puting susuku bergantian, sehingga aku menggelinjang kegelian . Nafasku ikut memburu kala tangan Adolf mulai merayap ke selangkanganku, meraba-raba pahaku dari pangkal sampai lutut . Lalu betisku yang mulus itu .
aku hampir-hampir tak bisa bernafas lagi ketika mulut Adolf terus mengisap dan menyedot puting susuku . aku meronta-ronta . Tapi Adolf terus mendesak dan melumat puting susuku yang runcing kemerahan itu . Seumur hidupku, belum pernah aku diperlakukan sedemikian lupa oleh lelaki manapun, dan kini aku harus menyerahkan diriku pada Adolf .
Adolf mencoba mendorong batang kemaluannya masuk ke dalam liang senggamaku yang sempit . Ia sudah tak kuat lagi membendung nafsunya yang memuncak ketika batang kemaluannya bergesekan dengan liang kewanitaanku yang merah terbuka . Batang kemaluan Adolf akhirnya menghujam seluruhnya ke dalam liang kenikmatanku . aku menjerit ketika liang kewanitaanku diterobos oleh batang kemaluan Adolf yang tegang dan panjang . Betapa perih ketika “kepala meriam” itu terus masuk ke dalam liang kewanitaanku, yang belum pernah sekalipun merasakan jamahan laki-laki .
aku mencoba memberontak sekuat tenaga lagi . Tapi apa daya, Adolf lebih kuat . Lagipula aku sudah lemas, tenagaku sudah hampir habis . Terpaksa aku hanya dapat menerima dengan pasrah digagahi oleh Adolf . Dan akhirnya, aku merasa tak kuat lagi . Setelah itu aku tak ingat apa-apa lagi . aku tak sadarkan diri .
Saat aku siuman, aku menyadari diriku masih tergeletak telanjang bulat di sofa dengan cairan-cairan kenikmatan yang ditembakkan dari batang kemaluan Adolf berhamburan di sekujur perut dan dadaku . Sementara kulihat ruangan itu telah kosong . Segera kukenakan pakaianku kembali dan bergegas ke luar ruangan . Kukebut Feroza-ku pulang ke rumah dan bersumpah tak akan pernah kembali lagi ke tempat terkutuk itu!
END
No comments:
Post a Comment