Aku seorang laki-laki berumur 29 tahun dan sudah berkeluarga dengan satu anak. Saat ini aku tinggal di daerah pinggiran Jakarta dan berdekatan dengan kakak sepupu perempuanku.
Kakak sepupu perempuanku itu namanya Lastri, aku biasa memanggilnya Mbak Lastri. Usainya sekitar 35 tahun dan sudah mempunyai 3 anak. Mbak Lastri mempunyai badan sedikit besar tapi enak dilihat, kulitnya hitam manis dengan rambutnya yang dipotong pendek. Mbak Lastri orangnya sangat terbuka, kami sering mengobrol tentang hal-hal sex.
Sebenarnya sudah dari dulu aku sangat terobsesi untuk bisa menikmati tubuh Mbak Lastri meskipun dia terhitung masih saudara dekat, tapi entah kenapa keinginan itu tak bisa aku bendung bahkan kian hari semakin besar saja. Tapi semuanya itu hanya sebatas khayalan saja karena untuk berterus terang, pada saat itu aku rasakan sangat tak mungkin.
Sebenarnya keluarga Mbak Lastri pada saat itu sedang mengalami masalah karena suaminya ternyata kawin lagi dan telah mempunyai anak, suaminya pun sangat jarang ada dirumah,hal itu aku ketahui dari Mbak Lastri sendiri ketika dia mampir ketempat kerjaku untuk sekedar mengobrol.
Aku sangat suka cara berpakaian Mbak Lastri, dia selalu memakai pakaian yang ngepas di badan hingga lekuk-lekuk tubuhnya sedikit tergambar, bentuk pantat dan payudaranya yang menonjol membuatku semakin tergila-gila.
Suatu ketika waktu Mbak Lastri datang ketempatku, aku sedang sendiri karena satu anak buahku sedang nagih sedangkan yang dua pergi ke proyek. Saat itu aku sedang iseng main komputer.
“Sendirian aja Cen, yang lain pada kemana?” Tanyanya sambil melangkah masuk lalu duduk tak begitu jauh dari tempatku.
“Iya nih Mbak, yang lain lagi pada keluar. Dari rumah apa dari mana Mbak?” Jawabku sambil melihatnya.
Saat itu Mbak Lastri memakai baju semi kaos yang agak ketat sedangkan celana bahannya menempel ketat.
“Dari rumah, sengaja kesini, pusing dirumah melulu, lagi ngapain Cen?” Matanya memandang ke arah layar monitor komputer yang memainkan video clip musik, padahal sebelumnya aku sedang menonton BF.
“Lagi iseng aja Mbak,” Aku melirik padanya, dan terlihat teteknya membusung karena dia duduk dengan menyandarkan punggungnya di kursi.
“Eh Cen kalau komputer bisa nggak buat nyetel film vcd?” Mbak Lastri bertanya.
“Ya bisa dong, apalagi film BF, bisa banget. Eh.. Mbak Lastri udah pernah belum nonton BF,” Kuberanikan diri memancing pembicaraan yang agak ngeres.
“Ya pernah dong, kemarin aku baru nonton di rumah Bu Bambang, dia punya banyak lho vcd BF, kadang-kadang aku pinjem buat distel di rumah, tapi aku kurang begitu suka yang dibuat-buatnya keterlaluan, aku sukanya yang apa adanya,” Jawabnya.
Ternyata Mbak Lastri doyan juga nonton BF, ini kesempatan buatku, untungnya aku punya banyak file porno di komputerku hasil dari ngedownload dari internet.
“Terus kalau habis nonton Mbak Lastri kepengen gituan gimana?, kan suami Mbak Lastri sekarang jarang di rumah,”
“Ya pusing lah terus uring-uringan apalagi kalau inget suamiku lagi ngelonin yang lain makin panas aja, paling-paling ya usaha sendiri aja,”
“Usaha sendiri gimana Mbak?” Tanyaku pura-pura nggak ngerti.
“Ya usaha sendirilah dari pada nggak ada pelampiasan. Ah kamu pura-pura nggak tahu. Eh Cen kamu punya nggak film gituan,”
Ahirnya tanpa kutawari Mbak Lastri malah meminta, ini yang aku tunggu-tunggu, nonton film porno bareng Mbak Lastri pasti asik, adapun akhirnya bagaimana aku tak memikirkannya yang penting tahap awal terlalui.
“Banyak Mbak, Mbak Lastri mau yang kaya gimana?” Aku menantangnya.
“Kalau ada sih yang pemainnya orang biasa-biasa aja yang bukan bintang film porno” Kata Mbak Lastri seperti menawar.
“Wah kayaknya selera kita sama Mbak, justru yang yang biasa-biasa aja yang banyak, soalnya saya juga nggak suka yang terlalu dibikin-bikin,” Kataku mengiyakan keinginannya.
Kemudian ku buka file film pornoku, aku pilih yang ku anggap bagus lalu ku jalankan di komputer. Terlihat di layar seorang wanita seumuran Mbak Lastri dengan bentuk tubuh yang sepertinya juga sama sedang merayu lelaki muda. Setelah beberapa saat, dan film yang kustel semakin hot ku lihat Mbak Lastri begitu menikmati.
Mbak Lastri menarik kursi yang didudukinnya agar lebih dekat ke layar monitor, yang berarti tubuh Mbak Lastri juga semakin mendekat pada tubuhku bahkan nyaris bersinggungan. Aku semakin menikmati keadaan yang terjadi meskipun saat itu aku tetap menunggu situasi ideal seperti yang aku impikan selama ini.
“Nah film seperti ini yang Mbak Lastri Suka, eh.. Cen gedein dikit dong volumenya, nggak enak kalau nggak denger suaranya,” Pinta Mbak Lastri.
Aku menuruti keinginannya yang padahal keinginanku juga, semakin asyik rasanya kalau mendengar wanita mendesah-desah menikmati persetubuhan. Diluar hujan mulai turun hingga menambah semakin erotisnya saat itu.
“Mbak Lastri, saya sudah nggak tahan nih,” Akhirnya aku beranikan diri untuk memulai.
Mbak Lastri tak menjawab hanya kulihat dia menarik nafas resah matanya tak lepas dari adegan yang terjadi di layar monitor.
“Enak kayaknya yah kalo lagi begituan aku diperlakukan seperti itu. Suami Mbak Lastri sih nggak pernah deh kayak gitu, biasanya langsung tancap aja, sebentar lalu udahan, tinggal aku yang pusing sendiri,” Mbak Lastri berkata ngedumel, badannya selalu bergerak-gerak resah tak mau diam, mungkin hal itu berarti Mbak Lastri sudah terkontaminasi hal-hal erotis seperti juga yang kualami akibat dari adegan-adegan penuh nafsu yang kami tonton.
Sampai pada akhirnya tanganku kujamahkan pada tangannya, kuremas pelan sambil menunggu reaksinya. Setelah aku tahu tidak ada penolakan, lalu tangannya kubimbing ke arah pangkal pahaku dan kuletakan diatas kemaluanku dengan posisi telapak tangan Mbak Lastri menghadap kebawah dalam keadaan seperti akan mencengkram kemaluanku berharap Mbak Lastri melakukannya sendiri. Karena tidak tahan, tanpa menunggu lagi akhirnya kuremas-remaskan tangan Mbak Lastri pada kontolku.
Tapi apa yang terjadi selanjutnya, Mbak Lastri malah memasukan sendiri tangannya kedalam celanaku dan meraih isinya lalu meremas dan sesekali mengocok batang kontolku, ku rasakan juga ibu jarinya kadang-kadang mengelus-elus kepala kontolku terasa agak geli tapi semakin menambah tinggi libidoku.
Dalam situasi seperti itu aku tak mau tinggal diam, ku tarik tubuh Mbak Lastri agar semakin dekat hingga seperti berpelukan dengan posisi tubuh Mbak Lastri agak miring didepan tubuhku, tanganku mulai meremas-remas teteknya dari luar bajunya. Setelah puas dari luar, kumasukan kebalik bajunya dan meremasnya meskipun masih tertutup BH.
Akhirnya tanganku menelusup ke balik BH nya, kurasakan sesuatu yang empuk dan kenyal terpegang. Aku meremasnya dengan agak geregetan, kuremas-remas teteknya bergantian kiri dan kanan tak lupa pentilnya kupelintir-pelintir.
Nafas Mbak Lastri ku dengar semakin menderu sedangkan tangannya tetap meremas-remas kontolku, tapi kontolku sekarang sudah berada di luar karena Mbak Lastri telah melepas kancing dan menurunkan seleting celanaku.
“Cen kalau ada orang gimana?” Mbak Lastri bertanya dengan terdengar agak khawatir.
“Tenang aja Mbak anak-anak paling cepet sore nanti baru pulang, udah gitu kan lagi hujan,” Aku coba menentramkannya.
“Kita pindah ke kamar aja yuk!” Mbak Lastri akhirnya mengajaku untuk pindah ke kamar yang terletak di ruangan sebelah, tempatku beristirahat kalau siang sedangkan kalau malam dipakai untuk tidur anak-anak.
“Ayo..!,” Aku mengiyakan, lalu berdiri dan mengancingkan celanaku.
Mbak Lastri berjalan duluan menuju kamar sedang aku mematikan film yang masih berlangsung dimana beberapa saat tadi sudah tidak menarik lagi karena ada yang sesuatu yang lebih menarik yang aku lakukan bersama Mbak Lastri. Tak kumatikan kompoter lalu kususul Mbak Lastri ke kamar.
Sampai di kamar kulihat Mbak Lastri sudah berbaring di atas kasur masih dengan bajunya. Kututup pintu lalu berjalan mendekatinya dan langsung ku peluk tubuhnya.
Kucium bibirnya sambil lidahku kumasukan kedalam mulutnya lalu dihisapnya, kemudian gantian lidahnya ku hisap-hisap. Ciumanku kini kuarahkan kelehernya, kuciumi lehernya dan kupingnya tercium wangi farfum yang menguap dari tubunya.
“Ah.. Sshh..,” Mbak Lastri mendesis-desis ketika tangan kananku kumasukan kedalam celananya, lalu kuelus-elus belahan diantara pahanya yang kurasakan berbulu tapi tidak terlalu banyak. Jari tanganku menjepit-jepit dan mencubit-cubit kelentitnya kemudian kumasukan jariku kedalam lubang senggamanya kuputar-putar dengan gerakan maju mundur.
Kulihat Mbak Lastri semakin gelisah menahan nafsunya yang semakin tinggi terkadang keluar keluahan dari mulutnya seperti orang kesakitan tapi aku yakin itu karena kenikmatan yang sedang dirasakannya.
“Ah.. Cen Mbak Lastri suka nggak tahan kalau di pegang itunya aahh.. Mbak Lastri buka aja celananya ya!” Kata Mbak Lastri sambil membuka celana dengan cara mengangkat pantanya lalu menurunkan celananya, aku membantunya dengan menarik nya sampai terlepas dari kakinya, dan tampaklah sepasang kaki gempal dengan celana dalam warna merah mudanya yang masih melekat, menutupi setangkup daerah paling sensitifnya.
Ku elus-elus kedua kaki Mbak Lastri lalu kuciumi pahanya bergantian menuju ke atas ke arah selangkangannya. Tanganku berpindah-pindah antara mengelus paha mulusnya dan meremas kedua bongkahan pantatnya kenyal.
Ciumanku semakin mendekati memeknya yang masih ditutupi celana dalam. Sampai di pangkal pahanya lidahku kusapu-sapukan mengelilingi daerah sekitar kemaluannya, kuciumi permukaan memeknya dari atas celana dalamnya, kemudian pelan-pelan kutarik CD nya dari arah belakang, sedangkan bibir dan lidahku tetap menciumi daerah sekitar selangkangannya.
Setelah CD Mbak Lastri terlepas, tampaklah belahan memeknya yang dihiasi bulu-bulu yang tidak telalu tebal. Kupandangi sebentar, kuarahkan bibirku ke kemaluannya kuciumi dan kusapu-sapukan lidahku, sedangkan kelentitnya ku kenyot-kenyot dan kujepit dengan bibirku. Hidungku mencium aroma kemaluan Mbak Lastri yang unik membuatku semakin bernafsu.
Baca Juga : Perawan Ku Diambil Adiku Sendiri Saat Aku Tidur
Baca Juga : 7 Fakta dan cerita unik tentang Bercinta
“Memek Mbak Lastri wangi pake apa Mbak?” Tanyaku pada Mbak Lastri.
Mbak Lastri tak menjawab hanya desahan yang keluar dari mulutnya.
“Aahh.. Terus.. Ahh,” Mbak Lastri mencercercau dan bergerak-gerak sedikit liar, terkadang pantatnya dinaikan keatas hingga kepalaku ikut terangkat, tangannya meremas-remas rambutku, terkadang menekan kepalaku ke arah kemaluannya.
Lidahku kini kutusuk-tusukkan kedalam memeknya yang sudah berlendir hingga semakin basah bercampur dengan air liurku. Jari tanganku mengelus-elus lubang duburnya lalu kumasukan juga ke dalam vaginanya, kuputar-putar jariku dalam memek Mbak Lastri lalu kugerakkan maju mundur. Terkadang kelentitnya kutarik dan kukenyot-kenyot.
“Enak nggak Mbak?” Tanyaku sambil wajahku tengadah untuk melihat wajahnya.
Mata Mbak Lastri sedikit merem dan bibir bawahnya sedikit digigit.
“Heueuh enak banget Cen, Mbak Lastri belum pernah diginiin sama suami Mbak Lastri aahh..” Jawab Mbak Lastri.
Sambil terus menciumi vaginanya yang harum tanganku menulusup kebalik bajunya, kuangkat BH nya keatas teteknya. Kupegang dan kuremas-remas teteknya dan kupilin-pilin pentilnya bergantian.
“Cen buka dong bajunya!” Pinta Mbak Lastri padaku.
Kuhentikan kegiatanku, kulepas semua yang menempel di tubuhku, sementara itu Mbak Lastri juga melepas baju dan BH nya, dan sekarang aku dan Mbak Lastri sudah sama-sama bugil. Kupeluk lagi Mbak Lastri kuciumi bibirnya, kuremas-remas teteknya, kupermainkan vaginanya dengan cara memilin-milin kelentitnya dan memasukan dan memutar-mutarkan jariku didalamnya. Sementara itu tangan Mbak Lastri memegang, mengelus-elus dan terkadang mengocok kontolku yang sudah tegang.
Kini Mbak Lastri yang aktif bergerak diatas tubuhku sedangkan aku hanya telentang meresapi kenikmatan. Bibir dan lidahnya menciumi dan menjilati terkadang digigi-gigitnya puting susuku, lalu turun ke bawah dan akhirnya kontolku ku dijadikan mainan.
Mbak Lastri mengocok kemaluanku dengan cara memasuk dan mengeluarkan oleh mulutnya, lidahnya mengulas-ulas kepala kontolku. Biji pelirkupun tak luput dikenyot-kenyotnya, sedangkan tanganku meremas-remas rambutnya.
“Mbak gedean mana punya saya sama punya suami Mbak Lastri?” Tanyaku ingin tahu.
“Gedean punya kamu sedikit,” Jawab Mbak Lastri sambil tetep mempermainkan kemaluanku.
Kemudian Mbak Lastri bangkit dan mengangkang di atas tubuhku.
“Mbak Lastri di atas yah..!” Pintanya.
“Memangnya kenapa kalau di atas, Mbak?” Tanyaku.
“Soalnya kalau di atas puas, kan yang banyak bergerak yang diatas makanya Mbak Lastri bisa cepet sampai,” Mbak Lastri menjelaskan.
Mbak Lastri mengatur posisinya dengan meletakan pantanya diatas kemaluanku. Kedua kakinya dilipat sejajar pahaku lalu tangannya menuntun kontolku dan meletakan kepala kontolku di antara bibir memeknya dan persis ditengah lobang vaginanya.
Setelah dirasa pas perlahan-lahan Mbak Lastri menekan pantatnya hingga kontolku terbenam ke dalam vaginanya, setelah sampai dasar nya pantatnya diayunkan naik turun dengan simultan. Tetek Mbak Lastri ikut terayun-ayun karena gerakan naik turunnya.
Tetek Mbak Lastri sudah agak kendor tapi masih terlihat indah dengan ukuran yang sesuai dengan tubuhnya, tanganku meremas-remasnya terkadang ku angkat badanku agar aku dapat mengulum putingnya dan menjilati buah dadanya.
“Oh enak banget.. Aahh..,” Mbak Lastri mengerang-ngerang.
Kuimbangi gerakan Mbak Lastri dengan mengangkat pantat apabila pantat Mbak Lastri menekan pantatnya hingga rasanya kemaluanku menyentuh dasar vaginanya. Terkadang tubuh Mbak Lastri tidur diatasku sambil tetap beggerakan pantanta.
Mulutnya tak henti berdesis pelan. Setelah beberapa saat gerakan Mbak Lastri semakin cepat dan tangannya mencengkram dadaku.
“Ahh.. Mbak Lastri mau sampai sshh.. Aahh,” Rupanya Mbak Lastri sudah mau klimaks. Aku semakin semangat meremas-remas dan memilin-milin putingnya, sedangkan tanganku yang satunya menowel dan mencubiti kelentitnya. Dan Akhirnya,
“Aahh..!” Mbak Lastri melenguh kenikmatan.
Tubuhnya mengejang diatas tubuhku dengan bibirnya melekat erat pada bibirku, kemudian perlahan-lahan tubuhnya melemah sampai akhirnya terdiam di atas tubuhku. Sedang kontolku masih tertancap di vaginanya. Kurasakan memeknya penuh cairan.
“Gimana Mbak..? Kita main lagi yah?” Aku mengajaknya untuk kembali bercinta karena aku belum apa-apa.
“Nanti sebentar Mbak Lastri masih cape,” Jawabnya.
Lalu setelah Mbak Lastri sedikit segar kami mulai bercinta lagi.
“Mbak, nungging ya Mbak!”
Aku meminta Mbak Lastri untuk bercinta dalam posisi dimana aku di belakangnya tapi tidak benar-benar nungging.
Mbak Lastri tidur telungkup dengan pantat sedikit mendongak dengan di ganjal bantal. Dalam posisi ini selain kenikmatan dengan terbenamnya kontol ke dalam vagina juga pantat montok Mbak Lastri bisa puas aku nikmati.
Ku arahkan kontolku ke vaginanya, setelah pas kudorong pelan sampai mentok, lalu kuangkat, kemudian kuayunkan pantatku maju mundur. Saat itu posisi tubuhku berada di atas tubuh Mbak Lastri dari arah belakang. Sambil memaju-mundurkan pantatku wajahku menciumi rambut Mbak Lastri dan tanganku meremas-remas teteknya dari belakang. Terkadang jari tanganku mencolok-colok dan mengulas-ulas lubang anusnya. Setelah beberapa saat aku merasa sudah akan klimaks, kuminta Mbak Epi berbalik untuk memakai gaya konvensional.
“Mbak, balik dong saya mau sampai nih,” Pintaku.
“Iya Mbak Lastri juga mau sampai juga nih.” Jawabnya.
Lalu Mbak Lastri membalikan badannya kakinya mengangkang. Langsung saja kumasukan kontolku ke dalam memeknya dan menggerak-gerakan pantatku kali ini dengan agak kasar.
“Aahh.. Ahh.. Kita keluarin bareng ya Cen,” Kata Mbak Lastri sambil mendesah-desah.
“Mbak Lastri pilin-pilinin puting susu saya dong!” Aku memintanya.
Karena kenikmatan yang kudapat akan semakin maksimal apabila puting susuku dipilin-pilin.
Mbak Lastri memilin-milin putingku dan tanganku pun meremas-remas teteknya. Bibirku dan bibir Mbak Lastri saling berpagutan sambil saling sedot lidah, hingga akhirnya kurasakan sesuatu mendesak untuk di keluarkan yang di sertai kenikmatan tiada tara. Aku melihat Mbak Lastri juga mengalami hal yang sama dengan ku.
“Mbak Lastri saya mau keluar..,” Kataku.
“Mbak Lastri juga mau keluar nih ,” Mbak Lastri menjawab.
Dan ahirnya sambil kuhujamkan kontolku dengan keras kedalam memek Mbak Lastri, spermaku keluar membasahi vagina Mbak Lastri. Mbak Lastri juga sama denganku, kami saling berpagutan menuntaskan kenikmatan bersama-sama.
Kami terdiam beberapa saat menikmati sisa kenikmatan, tubuhku masih berada di atas tubuh Mbak Lastri, perlahan ku gulingkan tubuhku ke samping Mbak Lastri. Ada rasa ngilu pada kontolku ketika terlepas dari memek Mbak Lastri.
“Mbak Lastri puas banget Cen, sudah lama banget Mbak Lastri nggak ngerasain yang seperti tadi.,” Mbak Lastri mengungkapkan kepuasannya.
“Saya juga Mbak, dan kalau nanti-nanti Mbak Lastri kepengen lagi saya selalu siap,” Aku menimpalinnya sambil tanganku meraba-raba teteknya.
“Eh, udah yu, nanti keburu ada yang datang,” Kata Mbak Lastri, dia bangkit dari tidur lalu meraih pakaiannya, mengenakannya lalu keluar menuju kamar mandi. Akupun berdiri, mengenakan pakaian lalu berjalan menuju kantorku, tak lama kemudian Mbak Lastri menyusul gantian aku yang ke kamar mandi.
Kami membicarakan tentang hal-hal lain beberapa saat, lalu anak buahku datang, Mbak Lastri pamit pulang. Setelah kejadian itu, kami tak pernah membahasnya meskipun Mbak Lastri tetap rutin datang ke kantorku.
Sesungguhnya aku sangat ingin mengulanginya lagi tapi ada rasa segan untuk mengutarakannya ke Mbak Lastri, aku pikir lebih baik menunggu saja. Baik Aku maupun Mbak Lastri tak pernah menunjukan bahwa kami pernah bercinta, semua berlalu seperti terjadi apa-apa.
Sampai suatu malam, suami Mbak Lastri datang ke rumahku untuk meminta tolong memperbaiki komputernya yang baru dibeli tidak bisa di operasikan mungkin karena dimainin anak-anaknya.
Lalu kami pergi ke rumahnya, ku chek komputernya dan ku bilang bahwa besok pagi saja memperbaikinya karena harus diinstal ulang dan membutuhkan waktu agak lama, kebetulan besok aku tidak begitu sibuk. Waktu itu Mbak Lastri memakai daster, membuat aku horny. Mbak Lastri lalu nimbrung ngobrol beberapa saat kemudian aku pulang.
Besok paginya sekitar jam 7, setelah pamit dengan istiruku aku ke rumah Mbak Lastri. Sesampainya di sana aku bertemu dengan suaminya Mbak Lastri yang sudah bersiap-siap berangkat kerja, Mbak Lastri sedang mandi ketika itu sedangkan anak-anaknya sudah berangkat sekolah diantar pembantunya.
Setelah ngobrol beberapa saat suaminya lalu berangkat kerja dan aku langsung meperbaiki komputernya. Mbak Lastri kemudian keluar dari kamarnya, rambutnya masi terlihat basah, menghampiriku lalu berbasa-basi sebentar lalu pergi ke ruangan lain, aku kembali konsentrasi ke komputer. Sebetulnya saat itu aku sangat berharap kejadian dulu bersama Mbak Lastri dapat terulang kembali, tapi aku nggak berani untuk memulai.
Proses instal sedang komputer sedang berlangsung dan aku menunggunya sambil sesekali melihat layar TV. Tiba-tiba terdengar suara Mbak Lastri memanggil dari ruang tamu.
“Cen, kesini deh.”
“Ada apa Mbak?’ Sahutku, kemudian berjalan ke arah ruang tamu. Ku lihat Mbak Lastri sedang duduk di sofa sambil membaca majalah, dia memakai kaus dan kain membalut bagian bawah tubuhnya, lalu aku menghampirinya.
“Komputernya sudah selesai belum?,” Dia bertanya.
“Belum masih lama Mbak, kenapa Mbak?”
“Sini deh!” Dia memintaku duduk di sampingnya. Lalu aku duduk di sampingnya tercium wangi sabun dari tubuhnya.
“Mbak Lastri kepengen nih1” Akhirnya waktunya datang juga, aku faham keinginan Mbak Lastri untuk bercinta.
“Disini?, nanti kalau pembantu Mbak Lastri pulang gimana?”
“Nggak, dia pulangnya jam 10,”
Setelah mendengar jawabannya langsung ku peluk tubuh Mbak Lastri, ku cium bibirnya dan kami saling berpagutan, sedang tanganku kumasukan ke dalam bajunya dan ternyata Mbak Lastri tidak memakai BH. Kuremas-remas teteknya. Tangan Mbak Lastri masuk ke dalam celanaku dan mempermainkan kontolku.
“Mbak, kaosnya di lepas ya!,” Pintaku.
Mbak Lastri langsung melepas kausnya sedang kan aku, kuturunkan celanaku sebatas paha hingga kontolku yang mulai tegang keluar. Aku tidak berani melepas pakaian.
“Mbak nungging dong” Aku memintanya.
“Nungging gimana? Dia bertanya untuk memastikan posisinya.
Aku atur posisi badan Mbak Lastri, lututnya menempel di lantai sedangkan badannya di atas sofa. Setelah posisinya kurasa enak, ku angkat kain yang menutupi bagian bawah tubuhnya dan ternyata dia juga tidak memakai CD.
Mulai kuarahkan ke lobang memeknya, ku tekan pantatku lalu ku ayun. Sambil mengayunkan pantat, kuciumi tengkuk dan rambutnya, sedang tanganku dua-duanya meremas teteknya. Dari mulutnya ku dengar desis perlahan.
“Cen Mbak Lastri di atas yah!’ Dia meminta mengubah posisi. Aku lalu duduk bersandar di atas Sofa, tubuh Mbak Lastri naik ke atas tubuhku, tangannya membimbing kontolku ke arah lubang memeknya.
Di gerakannya pantatnya naik turun dan kuimbangi dengan gerakan pantatku menekan keatas apabila pantatnya menekan ke bawah.
Bibir Mbak Lastri melumat dengan rakus bibirku, sedangkan tanganku meremas-remas bongkahan pantatnya. Terkadang kuciumi teteknya dan kukenyot-kenyot pentilnya, kepalanya menengadah keatas.
Beberapa saat kemudian,
“Mbak Lastri mau keluar aahh!!” Dia berbisik ketelingaku sambil menggerakan pantatnya semakin cepat.
Aku pun merasakan hal yang sama lalu kuminta Mbak Lastri untuk memilin-milin pentil susuku. Aku semakin bergairah mengimbangi gerakan yang di lakukan Mbak Lastri. Kuciumi lagi teteknya sambil di remas-remas.
Akhirnya, saatnya tiba, Mbak Lastri menekan memeknya sedemikian rupa dan akupun menekan pantatku sampai kontolku serasa mentok. Tubuhku dan Tubuh Mbak Lastri berpelukan erat dengan mulut saling berpagutan. Spermaku keluar membanjiri memeknya. Sampai beberapa saat kami tetap saling berpelukan menikmati sisa kenikmatan.
No comments:
Post a Comment