Paginya ternyata bi Ratna juga bangun agak kesiangan, kecapekan juga. Benarnya Deni mau ngebetot lagi, sayang ada si Ucil. Bibinya setelah selesai sarapan, minta diantar ke kota, mau beli pil KB, buat jaga – jaga katanya, walau pakai alat KB, tetap lebih baik berjaga. Di puskesmas di balai warga sebenarnya ada dan bisa beli pil KB, tapi nggak mungkin bibinya membeli di sana, bisa geger dunia persilatan…eh salah…maksudnya bisa geger warga kampung sini, kalau bibinya yang menjanda melenggang santai ke Puskesmas untuk membeli pil KB.
Akhirnya mereka berangkat, si Ucil diajak juga tentunya, bocah itu juga tak’kan paham apa yang akan dibeli ibunya. Agak siangan mereka sudah sampai, bibinya segera ke kebun seperti biasa. Ucil mengajak Deni ke rumah abahnya, ya sudah Deni mau saja.
Hampir 2 minggu Deni melakukan hubungan sex sama bi Ratna, sudah bisa dibilang mahir dan mampu memuaskan bibinya. Hari ini Ucil tak di rumah, dijemput abahnya, diajak kondangan ke saudara di bandung, pulangnya besok sore.
Dari pagi Deni ikut bibinya ke kebun, tapi baru sebentaran di sana sudah terus colek – colek bibinya minta pulang. Nggak tahan mau nyodok lagi. Hari ini bi Ratna memakai kaos dan celana selutut.Akhirnya bi Ratna nyengir memaklumi kemauan keponakannya yang lagi doyan – doyannya, belum siang mereka sudah pulang. Bibinya masuk ke rumah, menuju kamar.
Deni yang sudah ngaceng berat, segera memasukkan motor ke dalam rumah, menutup pintu asal rapat tanpa menyadari belum terkunci, dengan semangat 45 segera ke kamar bibinya. Bi ratna baru juga membuka baju kaosnya, hanya menyisakan BH, Deni sudah menomploknya merebahkannya ke kasur. Bibinya tertawa kecil…
”Sabar atuh Den, semalam kan sudah sampai 3 kali, masa sekarang belum tengah hari sudah minta lagi….doyan amat sih ponakan bibi ini.”
”Namanya juga anak muda masih semangat. Lagian memang bi ratna sangat menggoda sih.”
Deni segera memendamkan wajahnya di antara belahan tetek bi Ratna, menciuminya, wangi dan harum, aroma wangi tubuh dan sabun bercampur satu dan memabukkan. Tangannya segera meremasi BH bibinya, tak lama, sebentar saja, tangannya tak sabaran segera melucuti paksa Bh bibinya. Kini ia asik mengulum dan memainkan pentil bibinya, menghisapnya kuat – kuat.
Bibi Ratna sampai kelojotan. Keponakannya ini benar – benar murid yang pandai, sebentar saja sudah mahir mengetahui juga lihai memainkan titik – titik sensitifnya. Mampu secara kreatif mengembangkan potensinya. Tangan bi Ratna menyusup ke balik celana pendek Deni, mulai meremas – remas kont01 Deni.
Dengan cepat akhirnya keduanya kini sudah tak berbusana lagi, Deni masih di atas menindih bibinya, mengangkat lengan bibinya, menciumi dan menjilati rimbunan keteknya, enak dan harum. Bibinya masih asik mengocok kont01nya, karena sudah tak tahan, Deni menurunkan pantatnya sedikit dan…blesss…kont01nya menerobos m3mek bibinya. Kini Deni sudah tak culun lagi, sudah pandai menjaga tempo.
Ia mulai memompa dengan semangat, kaki bibinya terkangkang lebar, Deni menyodokkan kont01nya, kuat dan bertenaga serta sedalam mungkin. Tetek bibinya bergoyang nafsuin. Gemas banget Deni melihatnya, ia dekatkan mulutnya, menghisap pentil itu kuat, sodokannya makin kuat, hampir 3 menit lewatt, masih tetap menghisap kedua pentil tetek bibinya secara kuat dan bergantian juga menyodok dengan cepat dan konstant, efeknya bibinya mendesah kuat dan penuh gairah…
”Aaahh…..Ssssshhh…..lagiii ii….”
”Huahhhh….ooohhhh……Wooow www…”
”Yessss……”
Tubuh bi Ratna menggeliat dan mengejang kuat, menyemburkan cairan orgasmenya, sebenarnya Ratna juga heran di awalnya, dulu sama suaminya yang bejat, sulit sekali ia orgasme, tapi sama keponakannya ini, sangat mudah dan sering, mungkin karena ia sendiri enjoy dan menikmati semangat Deni yang penuh gairah tanpa surut. Deni tak memperdulikan bibinya yang masih lemas, makin mantap menyodokkan kont01nya, mata bi Ratna merem – melek menrima gempuran sodokan kont01 Deni, tangannya memeluk erat pundak Deni.
Sementara kedua insan ini masih seru memacu birahi, Bi Lasmi melongok melalui hordeng yang sedikit terbuka di pintu depan, motornya ada, kenapa dari tadi tak ada yang menjawab, masa si Ratna sama Deni jam segini sudah tidur siang. Penasaran ia memutar gagang pintu…tuh ceroboh sekali tak dikunci, mana ada motor, nanti digondol maling lagi. Perlahan ia masuk dan menutup pintu, menguncinya.
Memandang sekeliling…sepi amat sih. Oh ya, si Ucil kan ikut si Abah, tadi pagi Ratna sempat ngomong waktu ketemu di kebun. Ah paling adiknya lagi tiduran di kamarnya. Yakin dengan perkiraannya, Lasmi segera menuju kamar adiknya, sambil berseru..
”Rat, teteh minta kecap dulu dong, nanggung lagi masak, tadi ke warungnya si Ros, tapi tutup, lagi belanja ke pasar, makanya minta sedikit ke…APA…?”
Lasmi membelalak, saat menyingkap gordeng yang menutup kamar adiknya, ia mendapati pemandangan yang tak pernah ia duga atau bayangkan. Keponakannya Deni sedang menindih adiknya Ratna, keduanya tanpa busana. Matanya terbelalak memandangi keduanya bergantian.
Ratna dan Deni diam membatu, kont01 Deni masih menancap di m3mek bibinya. Terkejut sekali tentunya, situasi amat memojokkan mereka, mau ngomong apapun posisi mereka sangat nyata sedang melakukan hubungan yang terlarang. Rasanya mulut mereka terkunci rapat sulit menjelaskan. Setelah lama terombang – ambing dalam kesunyian yang menegangkan, rasa keterkejutan sudah berkurang, pikiran mulai mengalir kembali…
”Eh…teteh…eh…a..anu…”
”Bi…eng bi Las…Lasmi, De..Deni bi….bisa jelas…jelaskan…i…ini sa..salah Deni.”
Lasmi masih terkejut, dalam pikirannya, ampun Ratna, banyak lelaki yang mengejar kamu, mau memperistri kamu, tapi kenapa kamu malah memilih ngewek sama…ke…keponakan kita, Deni ? Harus ada penjelasan yang masuk akal, karena saat Lasmi memergokinya, walau sesaat saja, jelas keduanya melakukannya dengan sukarela, tak ada pihak yang terpaksa.
Dia duduk di pinggir ranjang, masih terkejut, semuanya diam, akhirnya Lasmi bisa menguasai diri. Ratna sudah mendahului bicara. Saking tegangnya, Deni sampai lupa mencabut kont01nya.
”Teh…nanti Ratna pasti jelaskan, ada alasan yang membuat Ratna melakukan hal ini.”
”Rasanya tak perlu kamu jelaskan. Teteh bisa membaca pikiranmu. Selama ini teteh dan teh Santi sudah mengerti kalau kamu memang trauma sama perkawinan, tapi juga butuh pelampiasan…Cuma kenapa sama si Deni..?”
”Awalnya tak pernah terencanakan, terjadi begitu saja dan tak bisa dihindarkan….”
Lasmi diam saja, saat itu deni baru sadar masih posisi menancap, ia mencabut kont01nya, bergulir ke samping bi Ratna. Mata Lasmi sempat memandang kont01 Deni, dan sama seperti Ratna dulu kala pertama kali melihat kont01 Deni, Lasmi juga terkesiap. Sebenarnya Lasmi juga belakangan ini selalu uring – uringan, iyalah…suaminya yang pelaut, kalau melaut waktunya selalu lama,kalau berlabuh cuma sebentar, tentu saja ia kurang terpuaskan. Mana terakhir ia ngewek hampir setengah tahun yang lalu, suaminya juga masih lama pulangnya.
Matanya memandang kont01 Deni dengan raut kepingin. Tak heran kalau ratna sampai mau melakukannya sama keponakannya ini pikir Lasmi. Dia mulai bergairah dan merasakan denyutan pada m3meknya. Kalau tadinya hal ini hanya menjadi rahasia Ratna dan Deni berdua…kini sudah saatnya menjadi rahasia mereka bertiga. Tapi keduanya harus dihukum dulu. Ratna dan Deni masih tegang menunggu reaksi Lasmi selanjutnya, makin tegang melihat Lasmi yang sedang serius berpikir. Untunglah Lasmi kembali berbicara…
”Kalian…selesaikan apa yang sedang kalian perbuat…”
”HAH…?” Ratna dan Deni mengucapkan keheranan mereka berbarengan, melongo bingung menatap Lasmi minta penjelasan lebih lanjut.
”Kenapa ? kalian dengarkan. Lanjutkan saja apa yang sedang kalian perbuat.”
”Ta..tapi teh…nggak mungkinlah…di di depan teteh.”
”Mungkin saja, kenapa malu ? Untuk apa ? Melakukannya sama keponakanmu kamu bisa nggak malu, apa bedanya sekarang ?”
”Ti…tidak…Ratna nggak mau. Ini lain soal.”
Deni hanya diam saja, bingung dan nggak tahu harus ngomong apa. Akhirnya Lasmi menggetokkan palu terakhir, final….
”Baik…kalau begitu bersiaplah…teteh akan membicarakan hal ini ke Santi…ya tetehmu Ratna, dan juga ibumu,Deni. Dan teteh yakin kalau Santi tak akan senang dan bisa menerima hal ini. Bagaimana…?”
Deni sangat terkejut. Gila…mampus deh…..wah nggak bisa begini, ia akhirnya membuka suara.
”Sudah bi Ratna, kita teruskan saja. Daripada berabe.”
”Ta..tapi Den…i…itu…”
”Sudah…tenang saja, ayo, santai saja.”
”Kamu dengarkan Rat, Deni benar, daripada berabe. Lagipula teteh sudah berbaik hati mau membiarkan kalian menuntaskan ngewek kalian yang terputus menddak tadi.”
Akhirnya Ratna siap melanjutkan, canggung rasanya. Deni walau tadi terkejut, tapi kont01nya masih ngaceng, maklum tadi dalam posisi tempur dan terangsang berat. Ratna kembali berbaring, melebarkan kakinya dengan agak ragu. Deni sudah di atasnya, beda dengan ratna, Deni tak ada keraguan, kalau bi Lasmi bilang teruskan dan ia tak akan mengadukan hal ini ke ibunya, ya sudah, teruskan saja.
Blesss….kont01nya dengan cepat sudah menerobos, mulai memompa. Deni sih tetap semangat, cuma Ratna sudah kehilangan selera. Jadilah ini pergumulan satu arah. Kont01 Deni menyodok dengan mantap. Mulutnya juga mulai menciumi dan menghisapi pentil bi Ratna. Nafsunya sudah kembali normal, seakan jeda yang menegangkan barusan tak pernah terjadi.
Lasmi duduk menyaksikan, duduk manis di pinggir ranjang, dekat kaki pasangan yang sedang bergelut itu, sedikit demi sedikit gairahnya naik, menyaksikan kont01 keponakannya yang gede itu menerobos m3mek Ratna, memompanya keluar masuk membuat m3mek Lasmi mulai basah, tangannya perlahan menyingkap kainnya, kini asik mengelus CD-nya yang tebal, perlahan lalu makin cepat, akhirnya tangannya enyusup ke balik Cd-nya, mulai asik mengelus belahan m3meknya. Merasa kurang nyaman, ia lepskan CD-nya. Melepas kainnya.
Lasmi di usianya yang ke 40 juga masih menggairahkan. Bodynya memang sedikit lebih montok dan berisi, tapi tetap tperutnya juga rata, nyaris tanpa timbunan lemak yang berarti. Kakinya mulai ia kangkangkan, m3meknya juga sama seperti saudaranya, ditumbuhi jembut yang lebat samapi ke belahan pantatnya, tangannya mulai mengelus belahan m3meknya yang sudah basah, segera saja belahan itu mekar, menampakkan lobang m3meknya yang merah. Jarinya masih asik hanya mengelus. Ratna dan Deni masih belum sadar dengan yang sedang dilakukan Lasmi.
Lama – lama karena sodokan kont01 Deni, Ratna mulai On lagi, desahannya mulai terdengar kembali. Deni menjilati lehernya, memompa kont01nya kuat – kuat, terasa sangat mentok di m3meknya, jilatan Deni juga sangat merangsangnya. Bi Ratna menggelinjang kegelian, rasa nikmat makin menjalar ke seluruh tubuhnya. Geli dijilati, enak disodok di bagian m3mek. Tanganya memeluk pundak Deni kuat…
”Awww….Den….geliiiiii ”
”Oooohhhh….Owwwww…..Sshhh. ..”
”Dikiiiitttt…….laaaggiiiii ….Aaaaahhhh….”
Tanpa ampun bi Ratna kembali jebol, Deni jadi makin bergairah, senang karena bi Ratna kembali menikmati pergumulan mereka. Deni sebenarnya mau ganti posisi, tapi malas, ada bi Lasmi…mendingan cepat tuntaskan saja yang sekarang.
Lasmi mulai menyodokkan jarinya ke lobang m3meknya, dikocoknya dengan cepat, tangan yang lain mulai memainkan dan mengelus it1lnya yang besar dan menonjol, memainkannya dengan ujung jari jempol dan telunjuk, cepat dan konstant, menahan desahannya agar tak terdengar.
Baca Juga : Perawan Ku Diambil Adiku Sendiri Saat Aku Tidur
Baca Juga : 7 Fakta dan cerita unik tentang Bercinta
Makin naik gairahnya…Aaahh…Ssshhh…. enak…rasa nikmat yang sangat, ditambah melihat adegan yang terjadi di depan matanya. Saat ia melihat dan mendengar Ratna mendesah kuat terakhir tadi, nafsunya jadi naik. Makin cepat jemarinya beraksi….Ooooohhhhhhh….ia menekan bibirnya kuat, menahan agar suara desahannya saat orgasme tak terdengar.
Ratna mengangkangkan kakinya selebar mungkin, sudah kepalang enak, sebodoh amatlah sama teh Lasmi,eh di mana dia….ia agak mengangkat bahunya…lho….lho….ngapai n teh Lasmi, ke mana kain dan Cd-nya…lagian dia kok lagi mainin m3meknya pakai jarinya sendiri. Seketika otak Ratna seperti diterangi cahaya terang…sialan…pikirnya..te h Lasmi ngerjain aku sama Deni. Saat itu teh Lasmi sedang asik bermasturbasi, matanya terpejam. Ratna menarik kepala Deni, mendekatkan kuping Deni ke mulutnya, ia segera membisikkan sesuatu, Deni masih tetap memompakan kont01nya. Deni mengangguk.
Lasmi sudah lupa dengan Ratna dan Deni, ia asik bermasturbasi sambil terpejam, hal yang biasa ia lakukan di rumahnya sendiri, kalau sudah bergairah dan orgasme,ia makin asik menikmati pemainan jarinya. Tiba – tiba ia merasakan tubuhnya seperti ditarik merebahkannya. Siapa….Deni yang menariknya…walau kuat tapi tetap lembut. Ratna nampak sedang mengaso berbaring memulihkan tenaga.
Dengan cepat Deni segera beraksi, mulutnya langsung menyasar daerah selangkangan bi Lasmi, tanpa sungkan lagi mulutnya dengan ganas menciumi m3mek bi Lasmi, aromanya enak. Bi Lasmi yang sadar kalau sekarang gilirannya telah tiba, mengangkangkan kakinya. Lobang m3meknya menganga jelas. Deni segera menjilatnya dengan rakus, Lasmi mendesah Lidah Deni segera menjilati it1lnya yang besar, menggoyangkannya dengan cepat membuat bi lasminya kelojotan.
Melihat lobang m3mek bi Lasmi yang sangat merangsang, Deni segera mempersiapkan jari telunjuk dan jari tengahnya, menyodok lobang m3mek itu dengan cepat, Lasmi kelabakan. Sementara Deni menggarap m3meknya, Lasmi dengan cepat melepas kaos dan BHnya, keteknya juga rimbun, dan teteknya jauh lebih besar dari tetek Ratna. Tentu Deni belum sadar, masih sibuk bergerilya di bawah sana. Bi Lasmi meremas teteknya dengan tangannya sendiri
Ratna melihat Deni sedang gantian mengerjai bi Lasmi…dasar teteh…padahal kepengen, pakai acara nakutin segala. Gairah Ratna mulai naik lagi. Ia mendekat ke arah tetehnya. Memang kalau gelombang seks sudah memancar, kadang pengertian yang paling mustahilpun akan timbul, tanpa perlu diucapkan lagi, pelakunya bisa memahami niat dan kemauan yang lain. Ratna mulai meremas tetek Lasmi.
Lasmi diam saja tak protest, tangan Ratna mulai memilin pentilnya yang sudah mengacung, dia sudah sering melihat tetehnya ganti baju, tapi tetap saat ini ia megagumi betapa besar dan kenyalnya tetek tetehnya. Mulutnya mulai menghisap pentil teh Lasmi.menjilati dan menggoyangnya dengan lidahnya. Lasmi makin kelojotan, tangannya menarik lembut pantat Ratna, mengarahkannya m3mek ratna ke mulutnya, dia belum pernah menjilat m3mek perempuan, tapi tak sulit, tinggal melakukan seperti yang dilakukan suaminya dan kini Deni pada m3meknya sendiri.
Lidah Lasmi mulai menyapu m3mek Ratna, m3mek Ratna kemerahan karena baru disodok Deni, juga belahannya dalam posisi mekar. Lidahnya mulai menjilati it1l Ratna. Awalnya canggung, tapi makin lama makin terbiasa, buktinya Ratna di tengah kesibukannya menghisap pentil Lasm mulai mendesah.
Deni terlalu konsent bermain dengan m3mek bi Lasmi, tak menyadari bi Ratna telah bergabung, saat ia mendongakkan kepalanya sedikit…ya…ampuun….ini.. .ini….terlalu hot buat dirinya. Gilaaaa…tetek bi Lasmi….kont01nya berdenyut, ngaceng dengan keras sekali. Makin ganas menyerang m3mek bi Lasmi. Lidahnya makin cepat menggoyang it1lnya demikian sodokan jarinya. Lasmi menggoyang pantatnya, desahannya tertahan keasikannya menjilati m3mek Ratna.
Akhirnya bi Lasmi tak tahan, pantatnya terangkat, badannya mengejang….awww…orgasme yang dashyat baru saja menghantamnya.
Deni segera berhenti memainkan mulut dan lidahnya. Karena posisi bi Lasmi agak di pinggir ranjang, Deni menarik pelan kaki bi Lasmi, menjuntaikannya menggantung di pinggir tempat tidur. Deni turun berdiri di pinggir tempat tidur….blesss kont01nya menerobos m3mek bi Lasmi. Bi Lasmi bergetar, tubuhnya serasa luluh lantak saat kont01 keponakannya menghujam tadi…gilaaaa….penuh dan terasa sesak di m3meknya.
Deni segera memulai pompaannya, ia condongkan badannya, mulai meremas tetek bi Lasmi, mainan baru bagi Deni. Buseeet….kalah deh bi Ratna, Deni membatin. Ia meremasnya kuat – kuat, pentilnya gede sekali. Gemas Deni memilinnya. Karena Deni mulai sibuk memainkan tetek bi Lasmi, Bi Ratna mengalah, berhenti menghisap tetek teh Lasmi. Kini bibirnya berganti haluan mencium bibir Deni. Deni makin cepat saja menyodok m3mek bi Lasmi, membuat bi Lasmi mengimbangi dengan ikut menggoyangkan pantatnya.
Lasmi makin asik saja menjilati it1l adiknya, Ratna, bahkan jari tengahnya sudah sedari tadi menyodok lobang m3mek Ratna. Lidahnya menggoyangkan dan menghisap pelan it1l adiknya itu. Ratna yang posisinya agak nungging karena mecondongakan tubuhnya untuk kemudian asik berciuman dengan Deni mulai kewalahan. Pinggulnya bergoyang liar, mengejang…lalu orgasme.
Setelah Ratna orgasme, Lasmi menghentikan kegiatannya, konsentrasi pada sodokan Deni yang makin lama makin enak. Ratna berhenti mencium Deni, terkapar berbaring, kecapekan. Kini Deni melawan Lasmi. Deni langsung menghisap pentil bi Lasmi, mantap banget, sangat kuat ia menghisapnya, bi Lasmi sampai mendesah kuat, belum lagi sodokan keponakannya itu makin bertenaga, ia mendesah, mengangkat lengannya ke atas, menikmati serbuan nikmat. Deni terpesona memandang rimbunan ketek bi lasmi, mulai menciumnya dengan ganas sambil menjilatinya bergantian, pompaan kont01nya sudah sangat cepat.Bi lasmi makin kewalahan…
”Aaahh…..Pelaaaaannn….diki iitttt…”
”Ooooh….janggaaaannnn dipelaniiiinnnn…..”
”Ughhhh….ampuuunnnn…..Awww ……”
Bi Lasmi pun menggelepar penuh kenikmatan…ternyata keponakannya sungguh hebat. Deni mulai menciumnya dengan ganas dan panas, bi Lasmi tanpa sungkan meladeni, lidah mereka saling beradu, tapi tekhnik Deni belum maksimal, ciuman bi Lasmi jelas lebih tinggi tekhniknya, ia menyedot lidah deni membuat Deni serasa melayang, nyaris lepas kendali, untung tak lama kemudian bibinya melepas ciumannya, Deni samapai megap – megap….Awas ya…pikir Deni, ia bertekad membalas, sodokannya kini sudah amat sangat cepat,membuat bi Lasmi merasakan sensasi yang tertinggi, belum pernah m3meknya disodok dengan secepat dan seganas ini, apalagi kont01 Deni sangat memenuhi m3meknya.
Ada yang merenggangkan kaki Deni, deni melirik, ternyata bi Ratna yang sudah merasa segra kembali berjongkok di bawah selangkangan Deni yang sedang berdiri sambil menyodok bi Lasmi. Bi ratna mulai menghisap dan menyedot biji pelernya, tentu saja menyesuaikan dengan ritme gerakan pompaan dan sodokan kont01 Deni. Sintiiiingg…..enaknya tak terkira, sambil tetap asik menyodok bi Lasmi, bijinya diemut sama bi Ratna, Deni merasa dirinya menjadi manusia paling berbahagia di bumi saat ini.
Tapi ketahanan Deni juga ada batasnya, seiring sodokannya yang makin kuat, ia merasakan denyut nikmat pada kont01nya, ia hujamkan sedalam mungkin kont01nya. Bi Lasmi nampaknya sadar Deni ma ngecret segera berucap…di dalam saja…di dalam saja. Bi lasmi bergetar saat pejunya menyemprot kuat…..selesai…dan melelahkan. Bi ratna masih asik menghisap biji pelernya, membuat dengkul deni makin lemas. Deni segera mencabut kont01nya.
Bi ratna dengan rakus segera memburu kont01 Deni, menjilati sisa peju yang menempel. Setelah Bi Ratna menuntaskan jilatannya yang terakhir Deni segera menghempaskan diri ke atas kasur. Sangat lelah saat ini. Hanya bisa berdiam diri. Bi ratna juga bergabung tiduran di atas ranjang. 3 orang tanpa busana tergeletak lemas penuh kepuasan. Deni masih diam saja, menengarkan bi ratna dan bi Lasmi yang mulai bercakap…
”Ih teh Lasmi jahat, nakut – nakuti saja, padahal juga mau…dasar.”
”Awalnya sih nggak begitu. Tapi kont01 Deni sangat menggoda, akhirnya aku terangsang.”
”Terus bagaimana komenter teh Lasmi.”
”Ya puaslah, tapi….”
”Tapi apa teh…?”
”Belum puas banget…Rat, malam ini Deni menginap di rumah teteh saja ya.”
”Huh maunya…nggak, teh Santi kan menitipkan Deni menginap di sini.”
”Ya…jangan begitu dong…suami teteh masih lama berlayarnya..”
Mana rela Ratna membiarkan jagoannya dibajak sama tetehnya. Lagian tadi teh Lasmi sudh tega menakuti mereka. Akhirnya Ratna berkompromi.
”Teteh saja yang nginap, Ucil kan lagi pergi sama abah.”
”Ya sudah, tapi nanti banyakkan teteh ya, kan kamu sudah puas, sedang teteh baru hari ini.”
”Terserah teteh saja.”
”Iya…teteh mau ngerasain keponakan teteh sendirian, mungkin masih bisa maksimal lagi kemampuannya.”
Deni yang menjadi object hanya diam, selain masih lelah, juga ia sedang berpikir…gilaaaa….beruntun g banget dirinya hari ini. Bi Lasmi jelas – jelas masih cantik dan juga nafsuin, ia bisa ngewek bi Lami tanpa terduga….sangat beruntung. Akhirnya semua membersihkan diri, nggak melanjutkan lagi, walau jarak rumah di sini renggang – renggang, teta nggak enak sama tetangga, siang – siang rumah terkunci rapat. Akhirnya bi Lasmi pulang, mau pinjam kecap…malah dapat saos putih kental……..
Malamnya bi Lasmi menginap, sore – sore sudah datang. Rumahnya paling dititipin sama tetangga yang juga ikut bekerja d kebun. Bi Lasmi ikut makan di sini, setealah makan, mereka bersantai. Deni asik menghisap rokok di dekat pintu sambil ngopi, baru SMS mamanya, sekedar say hello dan mengabarkan kalau ia betah di kampung.
Kalau mamanya masih kurang suka ia merokok, beda sama bibi – bibinya, di kampung sini mah sudah wajar saja. Bahkan bi Lasmi sesekali merokok, seperti sekarang. Bi Lasmi asik ngobrol sama bi Ratna sambil menonton TV. Keduanya memakai busana kesukaan Deni, kain dan kutang model kampung.
Lumayan seru obrolan mereka. Tak lama bi Ratna ke kamar mandi, keluar lagi, masuk kamar seprti mengambil sesuatu di lemari, lalu kembali ke kamar mandi. Agak berapa lama ia keluar, menghampiri tetehnya, sambil nyengir campur sedikit BeTe bi Ratna berbicara…
”Wah..sepertinya teh Lasmi memang beruntung, aku baru dapat tamu bulanan. Nasib…”
”Ya..mau gimana lagi Rat.”
”Tapi sudahlah…teteh nggak usah pulang sudah terlanjur, nginap saja.”
”Iya…takut amat si Deni dibawa kabur sama teteh hehehe.”
”Nggak kok teh. Ya sudah, hitung – hitung teteh mengejar ketinggalan teteh.”
Bibi lasmi terkekeh geli, setelah puas tertawa, ia berbicara kepada Deni yang masih asik bertengger di pintu, kayak burung saja bertengger hehehe.
”Den sudah dengar kan, nanti malam tidur sama bi Lasmi ya.”
Deni hanya mengangguk saja, baginya tak masalah, baik bi Ratna maupun bi Lasmi sama – sama yahud kok, ada kelebihan tersendiri. Bahkan kini ia bisa memuaskan diri bermain berdua sama bi Lasmi, kalau tadi siang kan keroyokan, nanti malam bisa puas ngewek berduaan. Keduanya masih asik menonton TV, sambil ngobrol, Deni tak mendengar apa obrolan mereka, tapi yang pasti mereka nampak gembira, cekikikan terus. Deni menyalakan sebatang rokok lagi. Sambil menghirup kopi, santai, mengumpulkan energi.
Akhirnya jam 7 Deni menaruh gelas kopinya yang sudah habis, menutup dan mengunci pintu, sambil memeriksa jendela. Seelah semua diperiksa dia duduk bergabung menonton TV, bi Lasmi lagi ke WC, jadi Deni mengambil tempatnya di sofa panjang, kini Deni duduk berdampingan sama bi Ratna. Ketika bi Lasmi kembali, ia duduk di sofa kecil. Mereka menonton TV, sesekali mengobrol ringan. Jam 8-an Deni mulai merasakan bergairah kembali, acara TV juga tak menarik. Ia berucap…
”Bi Lasmi..eh anu…Deni mau netek dulu ya sama bi Ratna, habis sudah kebiasaan, nggak enapa kan ?”
”Sama bi lasmi juga bisa kan, tapi sudahlah, sesukamu.”
”Ya..bi Ratna…eng..boleh kan.”
” Dasar deh si Deni, tadi nanya dulu ke bi Ratna, baru ngomong ke bi Lasmi, tapi kamu cuma bisa netek saja ya…ayo sini.”
Deni mendekat, memojokkan bi Ratna, kini bi Ratna posisi kepala bi Ratna bersandar di atas pinggiran sofa. Deni menurunkan kutangnya, segera asik menetek dan menghisapi pentil bi Ratna. Deni membandingkan, saat sedang datang bulan pentil bibinya kelihatannya lebih membesar. Juga nantinya Deni baru tahu waktu bibinya memberitahu, kalau wanita lagi datang bulan sebenarnya nafsunya justru meningkat.
Tapi ya itu, tetap nggak bisa disodok, hanya orang yang tak sabaran saja yang nekad menyodok orang lagi palang hehehe. Deni sangat menikmati menetek di teteknya bi Ratna, ia menghisapnya kuat, sambil sesekali menggoyangkan pentil itu dengan lidahnya. Bi ratna mendesah. Jadi tambah ngaceng kont01 Deni, Deni menurunkan tangannya segera mengelus tonjolan di balik celananya itu.
Lagi enak – enaknya mengelus kont01nya sendiri, ada tangan halus menepikan tangannya, lalu menurunkan celananya…oh Bi Lasmi rupanya tak sabar ingin berpartisipasi. Celananya sudah lepas, kini kont01nya mengacung bebas. Deni membiarkan bi Lasmi erbuat semaunya pada kontonya, masih asik menetek. Tangan deni mengangkat lengan bi Ratna, mulai menciumi dan menjilati keteknya, nyaman sekali rasanya.
Kont01nya terasa dibelai, biji pelernya dipijat – pijat cukup lama, enak…membuat Deni merasa rileks dan nyaman, sementara tangan satunya bertugas juga, batang kont01nya dikocok perlahan oleh bi Lasmi. Jempolnya mengelus lembut kepala kont01 Deni mengusapnya dengan penuh perasaan. Sesekali jempol bi Lasmi memainkan lobang pipisnya. Setelah agak lama menggenggam, mengelus dan mengocok dengan tangannya, bi Lasmi mulai memakai jurus lidahnya.
Satu tangannya masih tetap memijat – mijit biji peler Deni. Lidah bi Lasmi mulai menjilati kepala kont01nya, ringan saja, bahkan hanya ujung lidahnya yang beraksi, tapi rasanya sangat nikmat menjalar ke seluruh tubuh Deni. Amboiii….kayaknya bi Lasmi lebih piawai buat urusan Oral pikir Deni. Lidah bi Lasmi mulai bergerak lagi, menjilati batang kont01 dan juga biji pelernya, menggelitik urat – urat pada batang kont01nya, Deni samapai merem melek dibuatnya, entahlah, gerakannya santai namun sensasi yang diberikan sangat besar.
Akhirnya mulut bi Lasmi mulai menelan kont01nya, perlahan dari kepala kont01, sampai batangnya, akhirnya amblas seluruhnya…ampuuun…..mulut Bi Lasmi terlihat sesak disumpal kont01nya batin Deni dalam hati. Deni jadi nggak konsen neteknya, sesekali melirik. Mulutnya mulai mengulum, meghisap dan mengemuti kont01nya, mulai mengocoknya, lagi – lagi dengan santai, nyaris tanpa semangat, tapi anehnya kok enak ya terasa bagi Deni. Oh rupanya walau sambil mengulum ujung lidahnya tetap aktif bergerak menjilati. Deni menggoyangkan pantatnya keenakan.
Lalu kembali bi Lasmi menelan kont01nya samapi pangkalnya, mendiamkan sebentar, dan kemudian mengemut dan menghisapnya kuat, Deni merasakan lemas sekli, saking nikmatnya. Hisapan Deni pada pentil bi Ratna makin kuat saja seiring rasa kenikmatan yang ia rasakan pada kont01nya. Akhirnya bi Lasmi mulai mengulum dengan cepat, tanpa jeda…entah berapa lama, akhirnya Deni merasakan klimaks, tanpa permisi pejunya muncrat membasahi mulut bi Lasmi.
Deni melepas hisapannya pada pentil bi Ratna, mendesah puaaassss…. Bi Lasmi memainkan pejunya sebentar lalu menelannya samapi habis, belum cukup, dijilatinya sisa peju di ujung kont01 Deni. Gila…dihisap sampai ngecret pikir Deni…mantap juga bi Lasmi.
Bi Lasmi beristirahat sebentar, meminum air di gelas yang ada di meja. Bi Ratna yang sadar kali ini bukan dia pemeran utama wanitanya, merapikan kutangnya, permisi masuk kamar, capek mau tidur. Deni mengambil remote, mematikan TV, masih duduk di sofa, ia segera membuka kaosnya. Bi Lasmi juga mulai melucuti busananya, kini juga bugi…gil…gil….kont01 Deni segera saja mengeras, Bi Lasmi menatapnya dngan antusias. Bi Lasmi duduk di samping Deni. Dasr nggak sabarn Deni langsung saja tancap gas, mulai meremas – remas teteknya Bi Lasmi tertawa melihat ketidaksabaran keponakannya ini.
”Den sabar dulu, ke kamar saja ya, lebih enak.”
”Ayo..ayo bi.”
Bibinya bangun, Deni mengikuti dari belakan masih saja meremas tetek bi Lasmi yang memang sangat besar, kencang dan menantang.
Sesampainya di kamar bi Lasmi malah ngobrol dulu.
”Den, tadi bi Ratna cerita ke bi Lasmi, katanya kamu belum lama ya diajarin sama dia…hebat juga kamu, cepat pandai ya, si Ratna juga pintar ngajarnya….”
”Iya…iya..ih bi Lasmi ngobrol melulu…”
”Hehehe…sabar dong, nah kalau bi Ratna bisa ngajarin kamu, nanti bi Lasmi juga berharap bisa menambahkan pelajaran lagi deh, biar kamu makin pintar.”
”Iya…iya…ayo deh dimulai pelajarannya.”
”Ih kamu ini, pemanasan dulu kek, maunya langsung nyodok saja…”
Mana mikirin pemanasan sih, dari tadi sudah panas bi, batin Deni.Deni segera menidurkan bibinya, bersiap menindihnya, bi Lasmi malah mendorongnya, membuat Deni berbaring sejajar dengannya, posisi bi Lasmi di depannya. Bi Lasmi memiringkan tubuhnya, mengangkat satu kakinya ke atas, tangannya meraih kont01 Deni, diarahkan ke lobang m3meknya…blesss. Deni segera memompakan kont01nya, sodokannya masih agak santai. M3mek bi Lasmi terasa nyaman, sama nyamannya dengan m3mek bi Ratna.
Bi Lasmi menaikkan satu tangannya ke atas, meraih bagian belakang kepala keponakannya itu, didorongnya kepala Deni, bi Lasmi agak memiringkan kepalanya, mulutnya mulai mencium bibir Deni, mulanya santai, lalu makin panas, dan seperti tadi siang, kembali menyedot lidah Deni, kembali membuat Deni kehilanga kendali, sodokannya makin cepat. Bibinya melepaskan ciumannya…ayo Den coba kamu sedot lidah bibi saat berciuman.
Bibinya kembali menciumnya, menautkan dan beradu lidah dengan Deni, Deni berusaha menyedot – nyedot lidahnya, sulit juga…lagi…lagi, akhirnya berhasil, dan ketika Deni menyedot, bibinya balas menyedot…mantaaappp, enak banget rasanya berciuman dengan gaya ini, lidah serasa saling membetot.
Deni melepaskan ciumannya, pandangannya segera menuju ketek bi Lasmi, jarinya segera saja asik mengelus dan memainkan bulu ketek bi Lasmi, pompaan kont01nya sudah stabil. Tapi bi Lasmi segera membimbing tangan Deni ke selangkangannya, menaruhnya di atas tilnya, kalau ini Deni paham, segera saja ia memainkan it1l bi Lasmi yang menonjol, sodokan kontonya juga mulai ia percepat, gemas, mulutnya menciumi ketek lebat bibinya. Jemarinya mengurut – ngurut it1l bibinya dengan cepat, sodokannya makin kuat dan dalam…tetek bibinya bergoyang – goyang.
”Terussss…Den…Pintar. …”
”Arghhhh…..Uhhhhh….Awww… ”
”Yesss…Yesss….Ssshhhh …”
Bibinya mengejang, orgasme. Deni makin beringas, bi Lasmi yang baru keluar jelas kelojotan digenjot Deni habis – habisan, matanya kini merem melek.Sodokan kont01 Deni yang gede, it1lnya yang dimainin, belum lagi kini deni menambahnya dengan menghisap pentilnya, kuat sekali.
Aaahhh…..suaminya kalah jauh sama keponakannya yang pemula ini. Mulut bi Lasmi mendesah terus. Saat melihat pantat bi Lasmi yang montok, Deni jadi mau nyodok m3mek bi Lasmi dari belakang, seperti di film bokep yang sering ia tonton. Deni berhenti menyodok, bi Lasmi mengambil nafas sejenak, Deni mencabut kont01nya..
”Nungging dong bi…”
”Siapa takut…ayo…”
Bibinya segera nungging, tangannya bertumpu pada kepala tempat tidur. Montok benar pantatnya pikir Deni. Ia segera meyodokkan kont01nya ke lobang m3mek bibinya, gila pakai posisi begini, lobang m3mek bibinya terasa lebih nikmat, terasa lebih sempit dan mencengkram. Deni memompakan kont01nya, matanya asik melihat saat kont01nya menerobos keluar masuk, gemas ia tepok pantat bi Lasmi perlahan, bi Lasmi tertawa kecil.
Deni mulai mempercepat pompaannya, plok…plok…plok….bunyi kont01nya saat keluar masuk m3mek bibinya yang sudah basah menambah kenikmatan tersendiri. Belum lagi desahan bi Lasmi. Deni pasangogigi paling tinggi, tanpa pengumuman, ia menyodok dengan cepat sekali dan bertenaga, kedua tangannya memegang pinggiran pantat bi Lasmi, bi Lasmi kelojotan dan mendesah sejadi- jadinya…gimana nggak keenakan, kalau m3meknya disodok dengan penuh semangat begini.
Pantatnya juga bergoyang mengimbangi rasa nikmat. Deni terus memperthankan kecepatan pompaan kont01nya, hampir 4 menitan sejak ia mulai mempercepat sodokannya…makin terasa denyutan pada kont01nya, bibinya orgasme kembali, dan sedetik kemudian kont01 Deni memuncratkan pejunya. Keduanya terdiam lemas, akhirnya Deni mencabut kont01nya, berbaring dulu memulihkan tenaga, demikian pula bi Lasmi.
”Walah…untung banget bii tadi siang mergoki kamu sama bi Ratna, akhirnya bibi bisa ikutan ngerasain enaknya kont01 kamu.”
”Samalah Bi. Deni juga senang bisa nyodok m3mek bibi.”
”Ya sudah istirahat dulu, sebentar lagi kita sambung.”
Dan akhirnya karena bi Ratna sedang halangan, selama 4 hari ke depan Deni diboyong bi Lasmi untuk menginap di rumahnya, bahkan nambah satu hari. Bi Ratna yang sebal karena bi Lasmi curang nambah jatah Deni nginap sehari lagi itu, segera memboyong Den kembali ke rumahnya.Pendeknya sisa liburan ini benar – benar menyenangkan dan membahagiakan mereka bertiga.
Deni nampak termenung, ia bukannya tak sadar liburannya akan berakhir. Senin besok ia harus kembali sekolah. Dan sekarang hari Sabtu. Sengaja ia tak menjawab telepon ibunya atau membalas SMS ibunya. Ia tak mau pulang. Tapi pagi ini ia mau tak mau harus menjawab telepon mamanya..
”Aduh anak ibu tak ingat pulang ya..? Ditelepon tak menjawab, SMS tak dibalas.”
”Ingat bu…besok Minggu pagi Deni pulang.”
”Sayang ayahmu sibuk tak bisa jemput. Ibu juga repot. Oh ya, ibu sudah urus daftar ulang sekolahmu.”
”Iya..bu. Sudah dulu ya bu. Besok pagi Deni pulang.”
”Den…Den…nanti dulu dong, ibu kan masih kangen lama tak ketemu kamu. Kamu sakit ya, kok lemas banget.”
”Nggak bu..sudah ya…bye.”
Deni mematikan HP-nya mencari bibinya. Mengabarkan ia akan pulang. Malamnya Bi Lasmi sengaja dan niat banget buat nginap. Sore – sore si Ucil sudah tidur, jadilah sepanjang sore sampai tengah malam, Deni, bi Ratna dan bi Lasmi mengadakan acara pesta perpisahan yang panas.
Paginya Deni pamit pulang, sedih hatinya. Ia mencium pipi kedua bibinya, nggak enak cium bibir ada Ucil. Si Ucil juga nampak sedih. Mereka mengantar kepulangan Deni. Menunggu angkot yang ke terminal. Deni berharap angkotnya tak akan pernah lewat, tapi tak lama angkot lewat, Deni naik melambaikan tangan….sedih sekali hatinya.
Ratna duduk termenung, agak anaeh rasanya setelah sebulan lebih terakhir ini ia menghabiskan waktu bersama keponakanya tersayang, Deni, kini rumahnya sepi kembali. Hanya ia dan anaknya Ucil. Ratna diam saja melamun memikirkan Deni.
No comments:
Post a Comment