Mamaku Yang Penuh Nafsu - Cewek Hot - Cewek Panas - Cewek Indonesia - Cewek Abg Plus - Pijit Plus

Breaking

Home Top Ad


Post Top Ad

Responsive Ads Here

Monday, August 5, 2019

Mamaku Yang Penuh Nafsu

Mamaku Yang Penuh Nafsu

Mamaku Yang Penuh Nafsu


Setelah mempunyai seorang anak, aku menemukan vonis dokter andai rahimku bermasalah dan tidak disarankan jika meningkatkan momongan lagi. Mendengar urusan tersebut tentu saja menciptakan diriku kecil hati dan tidak karuan.

Dengan kondisiku yang laksana itu, suamiku juga meminta izin guna menikah lagi dengan perempuan lain sebab dirinya hendak mempunyai anak lagi. Hal itu ia kerjakan saat anakku berusia 1 tahun. Walaupun berat, kesudahannya aku izinkan suamiku guna menikah lagi menilik keterbatasan yang kumiliki ketika ini sebagai seorang wanita.

Sejak pernikahannya, dia jarang kembali ke rumah. Paling sekali dalam seminggu. Kini sesudah usia anakku 15 tahun, suamiku malah tak pernah kembali ke lokasi tinggal lagi. Dia sudah mempunyai 4 orang anak, tepatnya dua pasang dari istri mudanya dan dua anak lagi dari istrinya yang ketiga.Aku mesti puas, mempunyai tiga buah toko yang serahkan atas namaku serta suatu mobil dan suatu taksi selain tidak banyak deposito yang terus kutabung untuk ongkos kuliah anakku Wendi nanti.

Wendi sendiri telah tak perduli pada ayahnya. Malah, bila ayahnya pulang, kelihatan Wendi tak bersahabat dengannya. Aku tak bisa melakukan apa-apa. Semoga saja Wendi tidak berdosa pada ayahnya.

Sudah menjadi kebiasaanku, bila aku tidur melulu memakai daster mini tanpa sehelai kain juga di balik daster miniku. Aku merasakan tidurku dengan udara dinginnya AC dan timpa selimut tebal yang lebar. Nikmat sekali rasanya tidur mendekap anak semata wayangku, Wendi. Kusalurkan usap kasih sayangku padanya. Hanya padanya yang aku sayangi.

Sudah sejumlah kali aku menikmati buah dadaku diisap-isap oleh Wendi. Aku mengelus-elus kepala Wendi dengan kelembutan dan kasih sayang. Tapi kali ini, tidak laksana biasanya. Hisapan pada pentil payudaraku, terasa demikian indahnya. Terlebih sebelah tangan Wendi mengelus-elus bulu vaginaku. Oh nikmat sekali. Aku membiarkannya. Toh dia anakku juga. Biarlah, supaya tidurnya membuahkan mimpi yang indah.




Saat aku menarik keluar pentil payudaraku dari mulut Wendi, dia mendesah.

“Mamaaaaa”

Kuganti memasukkan pentil payudaraku yang beda ke dalam mulutnya. Selalu begitu, hingga akhirnya mulutnya terlepas dari payudaraku dan aku menyelimutinya dan kami tertidur pulas. Malam ini, aku malah sangat bernafsu. Aku hendak disetubuhi.

Ah… Mampukah Wendi menyetubuhiku. Usianya baru 15 tahun. Masih SMP. Mampukah. Pertanyaan tersebut selalu bergulat dalam bathinku.

 Apaah anakku sudah memahami seks? Apakah dia telah mencobanya dengan wanita lain? Atau dengan pelacur kah? Haruskah aku menanyakan ini pada anakku? Apakah jiwanya tidak terganggu, bila aku mempertanyakannya? Dalam aku berpikir, kusimpulkan, usahakan kubiarkan dulu dan aku bakal menyelidikinya dengan sebaik barangkali dengan setertutup mungkin.

 Tapi bila aku telah tertidur, seringkali aku tak menjawabnya. Dadaku gemuruh, apaah malam ini aku mempertanyakan CD porno itu. Akhirnya aku tidak mempedulikan saja. Dan Aku kembali menikmati buah dadaku dikeluarkan dari balik dasterku yang mini dan tipis. Wendi mengisapnya perlahan-lahan. Ah… pulang aku bernafsu.

Terlebih pulang sebelah tangannya mengelus-elus bulu vaginaku. Sebuah jari-jarinya mulai membelai klentitku. AKu menikmati kenikmatan. Kali ini, aku yakin Wendi tidak tidur. Aku menikmati dari nafasnya yang memburu. Baca Juga : 7 Fakta dan cerita unik tentang Bercinta

Aku diam saja. Sampai jarinya menginjak lubang vaginaku dan mempermainkan jarinya di sana dan tangan yang satu terus memainkan payudaraku. Ingin rasanya aku mendesah, tapi…

Aku tahu, Wendi menurunkan celananya, hingga bagian bawah tubuhnya telah bertelanjang. Dengan sebelah kakinya, dia mengangkangkan kedua kakiku. Dan Wendi menaiki tubuhku dengan perlahan. Aku menikmati penisnya mengeras. Berkali-kali dia menusukkan penis tersebut ke dalam vaginaku. Wendi ternyata tidak mengetahui, dimana lubang vagina.

Berkali-kali gagal. Aku kasihan padanya, karena nyaris saja dia putus asa. Tanpa sadar, aku mengangkangkan kedua kakiu lebih lebar. Saat penisnya menusuk unsur atas vaginaku, aku mengusung pantatku dan perlahan penis tersebut memasuki ruang vaginaku. Wendi menekannya. Vaginaku yang telah basah, langsung menelan penisnya.

 Nampaknya Wendi belum dapat mengatasi ekuilibrium dirinya. Dia langsung menggenjotku dan mengisapi payudaraku. Lalu

crooot…croot…croooootttt..

Spermanya memancar di dalam vaginaku. Tubuhnya mengejang dan melemas sejumlah saat kemudian. Perlahan Wendi menuruni tubuhku. Aku belum sampai… namun aku tak mungkin melakukan apa-apa.  Baca Juga : 7 Fakta dan cerita unik tentang Bercinta

Nafsuku yang telah memuncak, menciptakan kedua kakiku melingkar pada pinggangnya. Mulutnya masih rakus mengisapi dan menggigit kecil pentil payudaraku. Sampai akhirnya, kami sama-sama menikmatinya dan melepas kesenangan kami bersama. Seusai itu, kami sama-sama minum susu panas dan bercerita mengenai hal-hal lain, seakan apa yang baru kami lakukan, buka suatu peristiwa.

“yuk istirahat sayang,” kataku.Wendi bangkit dan menggamit tanganku, kemudian kami tertidur pulas hingga pagi.

Siang itu, aku mendengar Wendi kembali sekolah dan dia mohon makan. Kami sama-sama santap siang di meja makan. Usai santap siang, kami sama-sama mengusung piring kotor dan sama-sama mencucinya di dapur. Wendi mengisahkan guru baruya yang paling disiplin dan terasa agak kejam. Aku memperhatikan semua keluhan dan kisah anakku.

Itu kebiasaanku, hingga akhirnya aku mesti memahami siapa Wendi. Aku pun mulai menanyakan siapa pacarnya dan pernah pergi ke lokasi pelacuran atau tidak. Sebenarnya aku tahu Wendi tidak pernah pacaran dan tidak pernah kepelacuran dari diary-nya. Kami sama-sama merangkai piring dan melap piring hingga ke ring ke rak-nya, sembari kami terusbercerita.

“Ma…besok Wendi disuruh teman memanjat gunung…boleh engak, Ma?” tanya Wendi meminta izinku sembari tangannya memasuku unsur atas dasterku dan membelai payudaraku.

“Nanti bila sudah SMA saja ya sayang…” kataku sembari membelai penis Wendi.

“Berarti tahun depan dong, Ma,” katanya sembari mengjilati leherku.

“Oh… iya sayang… Tahun depan” kataku pula sembari mengelus penisnya dan melepas kancing celana biru sekolahnya dan melepas seluruh pakaiannya hingga Wendi telanjang bulat.

“Kalau mama bilang gak boleh ya udah. Wendi gak ikut,” katanya sembari mencungkil pula kancing dasterku hingga aku telanjang bulat.

Ya.. kami terus bercerita mengenai sekolah Wendi dan kami telah bertelanjang bulat bersama

“Sesekali anda wisata ke puncak yuk ma…” kata Wendi sembari menjilati leherku dan membelai payudaraku. Aku duduk di kursi kamar dan Wendi berdiri di belakangku. Uh… anakku telah benar-benar dewasa. Dia hendak sekali bermesraan dan paling romantis.

“Kapan Wendi maunya ke puncak?” kataku sembari menkmati jilatannya. Aku juga mulai menuntunnya supaya berada di hadapanku.




Wendi kubimbing guna naik ke atas tubuhku. Kedua kakinya mengangkangi tubuhku dan bertumpu pada kursi. Panttanya telah berada di atas kedua pahaku dan aku memeluknya. Kuarahkan murnya guna mengisap pentil payudaraku.

“Bagaimana bila malam ini saja anda ke puncak sayang. Besok cuti dan lusa telah minggu. Kita di puncak dua malam,” kataku sembari mengelus-elus rambutnya.

“Setuju ma. Kita bawa dua buah selimut ma,” katanya mengubah isapan nya dari payudaraku yang satu ke payudaraku yang lain.

“Kenapa mesti dua sayang. Satu saja..” kataku yang menikmati tusukan penisnya yang mengeras di pangkal perutku.

“Selimutnya anda satukan biar semakin tebal, biar hangat ma. Dua selimut anda lapis dua,” katanya. Dia mendongakkan wajahnya dan memejamkan matanya, meminta supaya lidahku menginjak mulutnya. Aku membernya. Sluuupp… lidahku langsung diisapnya dengan lembut dan sebelah tangannya membelai payudaraku.

Tiba-tiba Wendi berdiri dan amengarahkan penisnya ke mulutku. Aku menyambutnya. Saat penis tersebut berada dalam mulutku dan aku mulai menjilatinya dalam mata terpejam Wendi mengatakan.

”Rasanya anda langsung saja pergi ya ma. Sampai dipuncak belum sore. Kita boleh jalan-jalan ke gunung yang dekat villa itu,” katanya.

Aku memahami maksudenya, supaya aku cepat menuntaskan keinginannya dan kami segera berangkat. Cepat aku menjilati penisnya dan Wendi Meremas-remas rambutku dengan lembut. Sampai akhirnya, Wendi mengurangi kuat-kuat penisnya ke dalam mulutku dan meremas rambutku juga.

Pada tekak mulutku, aku menikmati hangatnya semprotan sperma Wendi sejumlah kali. Kemudian dia duduk pulang ke pangkuanku. Di ciumnya pipiku kiri-kanan dan mengecup keningku. Uh… dewasanya Wendi. Au menjawab mengecup keningnya dengan lembut.Baca Juga : 7 Fakta dan cerita unik tentang Bercinta

Sebuah bangku tercipta dari bata yang disemen. Kami duduk bersebelahan diatasnya menatap jauh ke bawah sana, ke hamparan sawah yang baru ditanami. Indah sekali.
Wendi merebahkan kepalanya ke dadaku. AKu tahu galau hatinya. Kuelus kepalanya dan kubelai belai.

“Tak boleh menyalahkan siapapun dalam hidup ini. Kita mesti merasakan hidup anda dengan tenang dan damai serta tulus,” kata ku mengecup bibirnya.

Angin mulai berhembus sepoi-sepoi dan kabut sesekali menampar-nampar wajah kami. Wendi mulai meremas payudaraku , meski masih ditutupi oleh pakaianku dan bra.

“Iya. Kita mesti hidup bahagia. Bahagia melulu untuk milik anda saja,” katanya lalu menghirup leherku.

“Kamu lihat petani itu? Mereka paling bahagia meniti hidupnya,” kataku sembari mengelus-elus penisnya dari balik celananya. Wendi berdiri, kemudian menuntunku beridiri. Aku mengikutinya. Dia mengelus-elus pantatku dengan lembut.

“Lumpur-lumpur tersebut pasti lembut sekali, Ma,” katanya terus membelai pantatku. Pasti Wendi terobsesi dengan anal seks, pikirku. Aku mesti memberinya supaya dia senang dan bahagia serta tak lari kemana-mana lagipula ke pelacur. Dia tak boleh mendapatkannya dari wanita jalang.

Kami mulai menuruni bukit sesudah mobil Toyota biru tersebut hilang, barangkali ke dalam garasi villa. Wendi tetap mendekap pinggangku dan kami memesan dua botol teh. Kami meminumnya di ambang warung.  Baca Juga : 7 Fakta dan cerita unik tentang Bercinta

“Wah… anaknya ganteng sekali bu. Manja lagi,” kata empunya warung. Aku tersenyum dan Wendipun tak mencungkil pelukannya. Sifatnya memang manja sekali.

“Senang ya bu, punya anak ganteng,” kata empunya warung tersebut lagi. Kembali aku tersenyum dan orang-orang yang sedang di warung tersebut kelihatan iri menyaksikan kemesraanku dengan anakku. Mereka tentu tidak tau apa yang sedang kami rasakan. Keindahan yang bagaimana. Mereka tak tahu.

Setelah membayar, kami menuruni bukit dan pulang ke villa. Angin semakin kencang senja menjelang mahgrib itu. Kami memesan dua gelas kopi susu panas dan membawanya ke dalam kamar. Setelah mengunci kamar, aku melapaskan seluruh pakaianku. Bukankah tadi Wendi mengelus-elus pantatku? bukankah dia hendak anal seks? Setelah aku bertelanjang bulat, aku mendekati Wendi dan mencungkil semua pakaiannya.

Kulumasi penisnya gunakan lotion. Aku melumasi pula duburku dengan lotion. Di lantai aku menunggingkan tubuhku. Wendi mendatangiku. Kutuntun penisnya yang begitu cepat mengeras menusuk lubang duburku.

Aku pernah menikmati ini sekali dalam hidupku saat aku baru menikah. Sakit sekali rasanya. Dari temanku aku mengetahui, bila mau main dri dubur, mesti menggunakan pelumas, katanya. Kini aku hendak praktekkan pada Wendi

Wendi menunjukkan ujung penisnya ke duburku. Kedua lututnya, lokasinya bertumpu. Perlahan…perlahan dan perlahan. Aku menikmati tusukan tersebut dengan perlahan. Ah.. Wendi, kau begitu dapat memberikan apa yang aku inginkan, bisik hatiku sendiri. Setiap kali aku merasa kesat, aku denga tanganku menambahi lumasan lotion ke batangnya. Aku menikmati penis tersebut keluar-masukdalam duburku.  Baca Juga : 7 Fakta dan cerita unik tentang Bercinta

Kuarahkan sebelah tangan Wendi guna mengelus-elus klentitku. Waw… nimat sekali. Di satu sisi klentitku nikat disapu-sapu dan di sisi lain, duburku diarungi oleh penis yang terbit masuk paling teratur. Tak terdapat suara apa juga yang terdengar.

Sunyi sepi dan diam. Hanya terdapat desau angin, desah nafas yang meburu dan sesekali terdapat suara burung kecil berkicau di luar sna, mengarah ke sarangnya.

Tubuh Wendi telah menempel di punggungku. Sebelah tangannya mengelus-elus klentitku dan sebelah lagi meremas payudaraku. Lidahnya menjilati tengkukku dan dan leherku bergantian. Aku paling beruntung memempunyai anak laksana Wendi.

Dia laku-laki perkasa dan sarat kelembutan. Tapi… mengapa kali ini dia begitu ganas dan demikian binal? Tapi… Aku semakin merasakan kebuasan Wendi anak kandungku sendiri. Buasnya Wendi, ialah buas yang paling santun dan sarat kasih.

Aku telah tak dapat membendung nikmatku. AKu mengapit tangan Wendi yang masih membelai klentitku jugamenjepit penisnyadengan duburku. Wendi mendesah-desah…



“Oh… oh….oooooohh…”

Wendi menggigit bahuku dan mempermainkan lidahnya di sela-sela gigitannya. Dan remasan pada payudaraku terasa begitu nikmat sekali.

“Ooooooooooohhhh..” desahnya dan aku juga menjerit.

“Akhhhhhhhhhhhh..” Lalu aku menelungkup di lantai karpet tak dapat lagi kedua lututku guna bertumpu.

Penis Wendi mengecil dan meluncur cepat terbit dari duburku. Wendi cepat mengembalikan tubuhku. Langsung aku diselimutinya dan dia masuk ke dalam selimut, sembari mengecupi leherku dan pipiku. Kami terdiam, hingga desah nafas kami normal.

Cerita Seks Ngentot Memek Mama – Wendi menuntunku duduk dan membimbingku duduk di kursi, kemudian melilit tubuhku dengan selimut hotel yang terdapat di atas lokasi tidur. Dia mendekatkan kopi susu ke mulutku.  Baca Juga : 7 Fakta dan cerita unik tentang Bercinta

Aku meneguknya. Kudengar dia membasuh penisnya, kemudian kembali menghampiri padaku. Dia kecul pipiku dan mengatakan:”Malam ini kita santap apa, Ma?”

“Terserah Wendi saja sayang.”

“Setelah santap kita kemana, Ma?” dia mengelus pipiku dan mengecupnya lagi.

“Terserah Wendi saja sayang. Hari ini, ialah harinya Wendi. Mama ngikut saja apa maunya anak mama,” kataku lembut.

“OK, Ma. Hari ini harinya Wendi. Besok hingga minggu, harinya mama. Malam ini anda di kamar saja. Aku enggan ketemu dengan orang yang naik Toyota Biru itu,” katanya geram. Nampaknya sarat dendam. Aku menghela nafas.

Usai santap malam, kami pulang ke kamar dan langsung istirahat di bawah dua selimut yang hangat dan berpelukan. Kami istirahat sampai pukul 09.00 pagi baru terbangun.
Baca Juga:

https://linktr.ee/daftartoto




No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here