Ngentot Mama Teman
Aku tertidur kembali dan saat aku terbangun sebelah kamarku sudah dipenuhi cahaya. Dan jam kesenangan aku mengindikasikan pukul 10 tidak cukup sedikit. Aku duduk, perasaan seperti aku baru saja pergi tidur. Dan terkenang telah menguras malam dalam gairah memuncak sampai-sampai basah celana dalamku. Aku terhuyung-huyung ke kamar mandi.
Bagaimanapun, Mak Desi tampaknya belum menyadari birahiku. Usai mandi, aku mengeringkan diri dan dengan penuh semangat bersiap-siap untuk kembali ke RS untuk menyaksikan Tini. Aku mencium wewangian kopi yang sedang diseduh di dapur dan mendatanginya. Mak Desi memanggilku dari ruang santap “Reza, ya?” (Dia tidak jarang kali memanggil aku Reza, begitu tepat).
jawabku.
“Oh, bagus, dia berkata, Aku sedang menunggumu bangun. Bapak sudah pergi terbit untuk tidak banyak untuk mencari sejumlah buku TTS. Ia mesti segera pulang dan lantas kita bakal pergi menyaksikan Tini”
Aku dapat mendengar suara angin yang menderuh pelan dan buat ngantuk. Aku menyimpulkan untuk pergi duduk di ruang tamu dan mencari berita sebelum pergi. Aku sekilas menyaksikan Mak Desi terbit dari sudut mataku, duduk di meja ruang dinning menyimak koran Minggu. Ketika aku duduk di kursi aku mengobarkan t.v. dan dibalik tersebut ke di antara program Minggu pagi.
Ketika aku mencium kopiku Aku melirik Mak Desi, masih terpukau dalam membaca. Aku agak terkejut menyaksikan bahwa ia masih mengenakan gaun istirahat sutra putih. Mak Desi tua koq, pikirku, hingga aku tidak mempedulikan mataku melayang ke bawah. Dia sudah menyilangkan kaki dan menunjukkan sedikit unsur atas lututnya.
Penisku mulai bergerak ketika aku menatap kaki Mak Desi. Semua menciptakan aku tegang dan aku melulu duduk minum kopi seraya menatap kaki! Akhirnya aku memaksa bangun dan pergi dari dapur guna meletakkan cawan ke dalam bak cuci. Tepat saat aku berkeinginan pergi, Mak Desi berlangsung dalam membawa piringnya ke lokasi cuci piring.
Dia tersenyum sopan, dan bertanya “Apa inginkan berangkat sekarang?”
Owh y sekrang aja kataku.
“Iya deh”, dia berkata, “Mak dan Bapak bakal segera menyusul” dan memutar keran air untuk membasuh piring.
Aku nyaris sampai ke pintu saat ia memanggil namaku
“Reza, di mana Tini menyimpan sabun?”
“Eh”, pikirku seraya berjalan pulang ke dapur, “Apakah Mak lihat di bawah bak cuci piring?”.
Ketika aku masuk, aku menyaksikan Mak Desi, satu tangan di bak cuci piring yang beda di pintu. Agak tidak banyak membungkuk menyaksikan ke kolong. Saat aku semakin dekat aku menyaksikan bahwa dalam posisinya kini bagian depan bajunya menunjukkan puncak-puncak payudaranya. Tampak seakan-akan buah dada tersebut seperti memberontak terbit dari kurungan. Payudaranya memang agak kendur, tapi saat kondisiku sekian lama cuti birahi, dua-duanya tampak paling merangsang! Aku juga dapat melihat tonjolan putingnya dari baju Mak Desi. Penisku langsung keras ketika aku melawan desakan untuk mendekatkan wajahku salah satu payudaranya!
Mak Desi menyadarkan aku saat mengatakan “Nggak terdapat tuh Reza”
Aku segera menghampiri untuk menggali sabun cuci piring. Beruntung aku menemukannya dan kami berdua berdiri lurus ke atas dengan Mak Desi melanjutkan mencuci. Benar-benar tidak menyadari apa yang baru saja terjadi.
Kunjungan dengan Tini dan bayi berlangsung dengan baik dan orangtuanya bergabung dengan kami setelah sejumlah saat. Aku mengepalkan mata Mak Desi meskipun sendiri, merasa sejumlah gejolak di selangkanganku ketika ia melangkah masuk. Prediksi Bola
Mertuaku kembali lebih dulu, sedangkan tidak terlampau terburu-buru. Ketika aku rasa kunjunganku lumayan aku menyimpulkan pulang untuk santap malam. Aku menghirup Tini dan bayi dan segera kembali dan tidur. Sebenarnya aku memikirikan untuk mengupayakan siapa tahu Mak Desi dapat mencungkil birahiku yang memuncak.
Keesokan harinya, bangun istirahat aku segera mandi pagi. Selanjutnya aku mengenakan celana pendek dan t-shirt berlangsung ke dapur. Aku terkenang Pak Hasan mertua laki-lakiku biasa jalan pagi-pagi dan kembali siang hari. Mungkin di lokasi tinggal tinggal aku dengan ibu mertua. Lantas aku berlangsung ke dapur guna menemukannya bersandar di tengah ruang sambil menyimak koran pagi. PREDIKSI TOGEL JITU SEMUA PASARAN
“Mak Desi um aku nggak dapat jelasin,” kataku. Dia memandang mataku, dan berbicara “Mak tidak menyalahkan anda sepenuhnya, Reza.”
Dia membungkuk lagi dan berbicara “Maksud aku kesatu sih barangkali tidak apa-apa, spontan. Tapi yang kedua kedua kalinya Mak seharusnya menangkal Reza . namun Mak. membiarkannya terus . Mak menyerah! Mak pun nggak tahu mengapa begitu! Waktu Reza mengupayakan lagi mak seharusnya telah menguasai diri, namun Mak bukan berhenti justeru membiarkan tersebut terjadi .. Ya tuhan, Mak pun membiarkan kamu. Gimana Mak dapat menghadapi Bapak dan Tini sesudah ini? ”
Aku berdiri sambil beranggapan dan lantas mulai bergerak ke sisi. Namun tiba-tiba ia mendongak dengan ekspresi kaget dan mulai bergerak kembali. Aku berhenti dan bersandar di ujung pulau dan dia berhenti di sepanjang sisi. Dia lumayan dekat sampai-sampai aku dapat meraih dan menyentuhnya, namun lumayan jauh, sampai-sampai ia merasa nyaman.
“Mak Desi aku tidak akan cemas tentang Bapak dan Tini, mereka tidak pernah butuh tahu. Hanya saja sesuatu yang terjadi dan bisa tetap bareng kita” kataku dalam upaya untuk dalil dengannya.
Tuhan, Tini jangan pernah tahu mengenai ini!
Dia tidak menatapku, tapi berbicara “Oh, Reza Mak bercita-cita bisa menyatakan pada diri sendiri bagaimana urusan ini terjadi! Tidak terdapat yang laksana ini, belum pernah terjadi padaku .. Mak hanya .”
“Mak Desi, aku yang bersalah,” kataku. “Aku terhanyut. dan tidak dapat benar-benar menyatakan Mak. Aku menyaksikan betapa cantiknya Mak dan aku. .. tak dapat mengendalikan desakan untuk menghirup Mak! Aku tidak dapat menahan diri! Kemudian sesudah aku melakukannya Aku tidak dapat berhenti memikirkan bagaimana rasanya.. dan aku terdorong hendak melakukannya lagi! Pengen sekali sampai-sampai aku tidak dapat menahan diri ”.
Saat aku berkata ia bakal melirik ke arahku, lalu memindahkan matanya ke bawah, seakan-akan dia malu dengan keterangan aku.
Ia menyela “Yah barangkali begitu, namun Mak telah tua dan Mak kan mertuamu. Mak nggak memahami berciuman sama Reza hingga tiga kali.!!!”
Aku tetap diam sejumlah saat, supaya berhati-hati menanggapinya.
“Satu-satunya keterangan yang aku miliki, Mak memang membuatku terpesona.” Aku berbicara dengan nada tenang. “Ekspresi wajah Mak, ketika rambut Mak memantulkan cahaya, saat bibir Mak menyentuh bibirku semua tersebut terlalu banyak. Aku tidak pernah beranggapan yang beda . Aku melulu mengikuti perasaan. Aku paling menyesal, dan tidak tahu bagaimana Mak dapat memaafkan aku ” PREDIKSI TOGEL JITU SEMUA PASARAN
Aku bersandar ke dinding, mengupayakan bermain dengan simpati. Dia menatapku sebentar dan lantas melangkah ke arahku.
“Nah, Reza, aku kira terdapat cukup dalil untuk saling menyalahkan. Aku merasa begitu . kotor!” dia menangis.Aku menyela, “Jangan, tersebut tidak laksana itu. Ini bukan apa-apa. Aku terpukau oleh Mak sebagai wanita sangat unik dan aku tidak dapat ingat kapan terakhir kali. Aku merasa begitu bermakna dengan kehadiran Mak. ”
Matanya melebar saat ia meresapi apa yang aku katakan. “Oh, Reza Mak tidak tahu mesti berbicara apa. Tidak terdapat yang pernah mengatakan tersebut kepada Mak sebelumnya. Mak inginkan bilang sungguh-sungguh, Mak hanya kaget ” jawabnya.
Aku meneliti wajahnya sejenak untuk tidak mempedulikan semua rayuanku mengena.
“Aku.. tidak bermaksud menciptakan Mak canggung atau tidak nyaman dan bukan maksudku mempermalukan diri anda sendiri,.. aku benar-benar tidak dapat menahan diri.” Kataku.
Matanya melembut dan ia membalas “Mak percaya anda Reza. Kata-katamu saja yang mengejutkan. Mak tahu tidak banyak tentang apa yang anda bicarakan, Mak merasakan pun di ciuman terakhir. ”
Dia berhenti bicara dan membungkuk lagi. Pada saat tersebut aku pikir aku tidak pernah mengharapkan wanita mana pun laksana aku hendak dia. Rasanya laksana seorang sakit yang pergi ke unsur terdalam dari pangkal paha aku. Aku menunduk ke arahnya dan berbicara “Mak Desi, aku tidak dapat menjelaskannya, namun aku tidak dapat menahannya.”
Aku terus bersandar ke depan, bibirnya dalam jarak jangkauku. Dia terlihat diam di tempat, mata melebar menatap aku yang makin dekat.
Dalam hening, suara lembut Mak Desi terbit “Jangan Reza . tidak boleh .. ayolah .”
Dia menempatkan tangannya di dadaku ketika menggerakkan kepalanya ke belakang tidak banyak untuk menjaga supaya bibir kami tak bertemu. Aku perlahan-lahan memblokir jarak yang tersisa. Bibirku menghampiri dan lebih dekat dengan wajahnya. Hingga aku menikmati sensasi saat bibirku menyentuh bibirnya dan lantas diam dalam ciuman lembut. Sehingga mengakibatkan Mak Desi menerbitkan tertahan “huhmmm”!
Aku menggerakkan kepala tidak banyak ke atas dan bawah gerak. Melumat bibirnya saat kelopak matanya bergetar dan perkelahian terlihat di wajahnya. Aku mundur, bibir kami berpisah pelan-pelan, menantikan sejenak dan lantas mendekat dengan bibir tersingkap untuk mempertemukan miliknya dengan aku. Aku mengelus lembut bibirnya ketika ia menerbitkan erangan lembut. Dan aku merasa ketegangan di wajahnya luruh saat tekanan tangannya di dadaku melemah.
Aku mundur sekali lagi, hingga kami terpisah beberapa inci dan terfokus dalam di wajahnya. Dia memandangku terselubung di bawah kelopak mata, napasnya pendek dan cepat, bibirnya tersingkap dan basah. Aku mulai menunduk ke depan lagi. Mengawal mataku pada bibirnya ketika ia terus-menerus melirik dari mataku ke mulutku dan pulang lagi. Ketika jarak kami hanya sejumlah inci, Mak Desi menatap lurus pada bibirku dan merintih pelan “Oh, Reza!!”.
Dia memiringkan kepalanya dan mulai menyamakan geraknya dengan bibir terbuka. Bersama-sama kami memblokir kesenjangan , dan lantas masing-masing bibir menyentuh lembut dalam ciuman bergelora, ciuman sarat birahi!! Kami bertahan sesaat, menikmati ciuman yang merintangi kami guna bernafas dan bergerak! Lalu perlahan kami mulai menggoyangkan kepala. Melumat bibir tersingkap bersama-sama. Mengantarkan bunga-bunga api salah satu kami saat kami mengurangi mulut anda lebih tegas bersama-sama. PREDIKSI TOGEL JITU SEMUA PASARAN
Aku mengulurkan tangan dan menempatkan tangan di pinggang. Menelusurinya naik dan turun di sisi dan lantas secara bertahap menariknya ke arahku. Mak Desi tidak mengindikasikan perlawanan. Saat ia terlihat melayang mengarungi jarak yang mengasingkan kami. Sampai aku dapat merasakan payudaranya yang besar dan tangannya melekat di dadaku. Aku pindah tangan ke depan baju tidurnya, lantas menyelipkan kedua tangan ke pinggangnya.
Aku lembut menariknya ke arahku, payudaranya mengurangi ke dadaku. Ketika kami melanjutkan ciuman, kepala kami bergerak-gerak dalam tarian yang lambat sarat nafsu. Aku merasa pelukan melingkar Mak Desi perlahan-lahan memanjat dada dan bahuku hingga terbungkus erat di leherku. Tubuh kami saling menekan. Payudaranya semakin merapat ke dadaku, sedangkan selangkangan kami bersama-sama menekan. Saat panas ciuman kami mulai naik, Mak Desi menerbitkan jeritan terbendung. Dan bibir kami membuka satu sama beda dalam gelora tak terkendali.
Kepala kami kemudian bergerak liar, seakan-akan kami sedang mencari teknik bagaimana supaya mulut kami makin rapat. Tanganku naik- turun ke punggung Mak Desi, menyentuh seluruh lengkungan yang pernah kubayangkan. Tanpa melepas ciuman, dalam satu gerakan aku unik tangannya ke bawah. Dan unik baju dari bahunya dan membiarkannya jatuh ke lantai. Situs Bandar 365
Ia segera mendekap kembali leherku ketika aku rapatkan tubuhnya kembali! Aku dapat merasakan putingnya mengeras menusuk ke dadaku saat tanganku melanjutkan penjelajahan tubuhnya. Aku sudah paling bernafsu saat bibir kami terus beradu bersama-sama, kami berdua saling merintih di mulut! Aku menggapai ke bawah dengan kedua tangan, memegang ujung baju tidurnya, dan menariknya hingga menutupi pinggang. Tanganku balas ke bawah, memegang kedua pipi pantat tertutup sutra, dan menariknya erat-erat pangkal paha aku.
“Uhhmmm !!!!” dia mengerang, namun tidak melepas ciuman!
Aku mesti menyetubuhinya, sekarang, di mana saja! Aku segera menempatkan lenganku di bawah pahanya dan mengusung ke pelukanku. Cepat berlangsung menyusuri lorong ke kamarku dan dengan lembut duduk di atas ranjang. Dia tampak sangat kusut, kedua matanya berkaca-kaca, mulutnya merah dan basah.
No comments:
Post a Comment