Suara Nyanyi Dengan Nada Pelan Seperti Sinden.Menyayikan Lagu Lingsir Wengi Didalam Gudang - Cewek Hot - Cewek Panas - Cewek Indonesia - Cewek Abg Plus - Pijit Plus

Breaking

Home Top Ad


Post Top Ad

Responsive Ads Here

Saturday, May 26, 2018

Suara Nyanyi Dengan Nada Pelan Seperti Sinden.Menyayikan Lagu Lingsir Wengi Didalam Gudang


Suara Nyanyi Dengan Nada Pelan Seperti Sinden.Menyayikan Lagu Lingsir Wengi Didalam Gudang




Jam dinding berbunyi menunjuk 08:23 malam. Kamis-22-2012.
Malam ini sepi tanpa suara tawa yang ingin ku dengar. Hujan malam ini menyisahkan rintik yang sepenuhnya belum berakhir.
Suara musik dari tv sengaja ku kecilkan takut mengganggu tetangga sebelah yang cerewet.
Aku minum lagi kopi di gelasku, Siaran tv yang membosankan dan tak menarik.
Orang tuaku sedang sibuk perang di kantor, benar-benar membuatku tak bersemangat menunggu mereka adalah hal paling menyebalkan Terpaksa aku sendiri di rumah memandang langit kosong, Semuanya membuatku tak berselera untuk
beraktivitas Sebuah suara orang bernyanyi dari arah gudang di ruang atas.
Suaranya pelan. Parau dan serak, tapi terdengar jelas.
“lingsir wengi sliramu…
Tumeking sirno…
Ojo tangi nggonmu guling…
Awas jo ngetoro aku lagi bang wingo…
Wingojin setan kang tak utusi dadyo…
Sebarang wojo lelayu sebet…”
Suara nyanyi dengan nada pelan seperti sinden. Tapi sangat lembut. Aku meraih senter di atas meja tv. Berjalan menyusuri tangga dan aku telah berdiri di
depan gudang asal sumber suara.
Gudang ini adalah barang penyimpanan barang rongsokan yang masih layak pakai, sudah lama tidak ada yang mau membersihkannya. Sehingga jaring laba_laba dan debunya dapat membuat flu
mendadak. Aku menempelkan kupingku ke pintu, dan menutup mata mencoba merasakan suara dari dalamnya. Suara nyanyinya makin jelas terdengar.
“lingsir wengi sliramu…
Tumeking sirno…
Ojo tangi nggonmu guling…
Awas jo ngetoro aku lagi bang wingo…
Wingojin setan kang tak utusi dadyo…
Sebarang wojo lelayu sebet…”
Suara yang sepertinya pernah ku dengar di sebuah film, tapi entah dimana sungguh aku ingat, Sepertinya seorang wanita, mungkin 20 tahun ke atas, karena suaranya lembut sekali meski pelan.
Dan saat mendengarnya aku seperti terhipnotis untuk bernyanyi mengikutinya, dan tubuhku bergerak mulai menari dengan sendirinya. Aku tersadar saat dari arah ruang bawah suara orang memanggil namaku Di ikuti nyanyian yang hilang sekejap. Dan itu seperti ayahku dan ibuku yang baru pulang dari kantor,

Aku berlari menuruni tangga dan membuka pintu. Aku terdiam sejenak, orang tua yang ingin ku lihat tak ada.. “lalu siapa yang memanggilku!!”
Aku hendak menutup pintu namun sebuah foto, dan kado kotak biru di hiasi pita di lantai menarik perhatianku Aku membungkuk meraihnya. Pada saat aku mengangkat kepalaku, Sesosok wajah muncul dengan wajah ke bawah seperti merangkak di atas pintu, Aku mencoba menarik napas dan ku paksakan melihat sosok itu. Namun sosok itu tak ada.
“mungkin itu hanya halusinasiku, pikirku
memungut foto dan kado sambil menutup pintu dan kembali ke dalam”.
Aku merebahkan diriku di sofa dan melihat foto di tanganku. Aku membolak-balikannya karena tak ada gambar,
hanya gambar putih kosong. Aku mngambil kaca pembesar dan aku dapat melihat sebuah bayangan wanita sedang menggendong anaknya meski tak nampak jelas karena cahaya. Aku tersentak melempar foto itu saat dengan jelas
ku lihat darah menyembur dari matanya di ikuti tawanya. Aku mengucek mata memastikan ini tidak nyata. Aku meraih kado dan menemukan beberapa barang.
Silet, gunting, sebuah bunga mawar merah dan sebuah kertas dengan tulisan yang tak karuan.
“a.. Ku… Dat.. Ang me.. Nje.. Mputmu anak..
Ku…”
*wasti”.
“siapa wasti, namanya terasa asing bagiku, tapi foto ini sepertinya pernah ku lihat tapi entah di mana?”
Aku meringis tersentak kaget saat duri mawarmenusuk jariku.Darah menetes kencang Aku berlari ke kamar mandi dan mencuci darah tanganku, belum sempat ku nyalakan kran air. Terdengar nyanyian dari dalam pintu wc yang terletak beberapa meter dariku. Aku mengangkat wajahku panik setengah mati. Saat wajahku berubah jadi seorang wanita lain saat ku melihat cermin. Aku melihat lagi untuk
memastikan ternyata bayangan itu hilang.
Aku berjalan perlahan mendengarkan kembali suara nyanyian yang kadang meninggi dan perlahan kembali dari dalam wc. Suaranya persis sinden.. Lembut dan serak membuatku terhipnotis untuk mengikuti lagu itu dan kepalaku terasa berat. Tanganku bergerak sendiri menari-nari bergerak kesana sini tanpa sebab.
Sampai suara itu berhenti dan menghilang.
Kaki ku rasanya sakit sekali. Entah sudah berapa jam aku menari dengan lagu itu, yang membuatku tak bisa berhenti untuk menari karena di ulang terus menerus.
Aku berjalan pelan luka di tanganku hilang.
Foto, silet dan selembar kertas serta gunting, bunga mawar masih berserakan di atas sofa. Tapi di sengaja atau tidak gelas yang sebelumnyaa di atas meja jatuh berantakan di atas lantai. Yang jelas aku tak ingat menjatuhkannya, lalu
siapa? Aku duduk lemas dan meraih serta menyalahkn laptop di atas meja kerjaku
Ku mencari artikel mengenai lagu yang membuatku tak sadar untuk menari.
Beberapa saat lagu yang ku maksud berhasil ku dapat





“lingsir wengi sliramu…
Tumeking sirno…
Ojo tangi nggonmu guling…
Awas jo ngetoro aku lagi bang wingo…
Wingojin setan kang tak utusi dadyo…
Sebarang wojo lelayu sebet…”
Aku kaget sekali melihat apa yang tertera di layar.
“ini bukannya lagu pemanggil setan!! Lalu siapa yang menyanyikannya dari gudang dan juga wc?
Belum habis rasa penasaranku.
Lagu itu terdengar dari balik sofa,
Aku bisa merasakan dingin yang tiba-tiba menusuk merasuk ku hebat. Aku tak bisa berkata selain merasakan setiap detik yang terjadi padaku. Aku seperti membeku.
Aku bangkit berdiri menari serta bernyanyi dengan sendirinya. Sungguh di luar kehendak dan nalarku. Sesosok wanita tiba-tiba muncul berlahan-lahan dari balik sofa dengan tubuh bergetar, rambutnya
lurus sampai pinggang, matanya melotot keluar, dari mulutnya darah menetes dan aroma bau busuk mulai mengusik pikiranku.
Sebuah tangan menjalar dari kaki perlahan-lahan merambat di seluruh tubuhku.
Aku bisa merasakan nafasnya berhembus di
kupingku.. Sentuhan dingin itu
Kaki ku terasa berat, jantungku memompa semakin kencang.
Lampu mulai berkelap kelip tak menentu. Di ikuti lagu yang inginku hentikann secepat mungkin.
“lingsir wengi sliramu…
Tumeking sirno…
Ojo tangi nggonmu guling…
Awas jo ngetoro aku lagi bang wingo…
Wingojin setan kang tak utusi dadyo…
Sebarang wojo lelayu sebet…”
Ia bernyanyi membuat Mataku berkunang-kunang dan tubuhku terasa berat untuk bergerak. Aku tak ingat apa-apa lagi selain terbangun dengan tubuh kedinginan di lantai. Di ikuti kepalaku yangg pusing dan berat. Ayah dan ibuku sedang duduk di dekat tv. Tertawa dan bercanda ria. Entah sejak kapan mereka datang,
Aku mendekati dan bertanya tentang apa yang baru saja ku alami.
Tapi mereka terlihat aneh. Atau mungkin aku yang aneh?
Mereka tersenyum dengan tanpa ekspresi. Seperti mengangap aku tak ada, menyapaku pun tidak. Mereka menatap dengan tatapan kosong, ibuku mengalihkan pandangan dan berlalu ke belakang.
Ayahku menatapku dan bercerita dengan keringat mengalir di tubuhnya.
“apa kamu yakin dengan apa yang kamu lihat, mungkin itu arwah wasti. Kejadiannya 25 tahun yang lalu. Dia seorang sinden, cantik dan lembut
tutur katanya. Aku jatuh cinta padanya dan itu terjadi sebelum aku mengenal ibumu sekarang. Tahukah kamu siapa ibumu yang sebenarnya. Dia adalah wasti. Bukan ibumu yang sekarang, dia adalah iblis dia telah membunuh wasti dan memutilasinya, aku hanya membantunya karena waktu itu aku tak tahu lagi harus bagaimana,






tubuhnya di potong dengan di silet dan di gunting lalu di buang.. Tubuhnya bersemayam di gudang itu dalam sebuah peti oleh formalin.. Ak…? Ayahku
berhenti, tidak melanjutkan ceritanya”
Sebuah telpon mengalihkan ceritanya.
Aku bangkit mengangkat telepon.
“halo dengan siapa saya bicara? Kataku”.
Aku terdiam terpaku, sebuah hal yang tak
mungkin, aku di suruh ke rumah sakit karena orang tuaku mengalami kecelakaan dan meninggal dunia. Aku langsung melihat ayah yang sedang duduk di
sofa, tidak ada apapun selain silet, gunting, kertas dan kotak merah yang memang berantakan. Lalu siapa yang berbicara denganku barusan?
Aku makin takut menjatuhkan gagang teleponku saat suara nyanyian yang tak asing ku dengar menggema di belakangku,
“lingsir wengi sliramu…
Tumeking sirno…
Ojo tangi nggonmu guling…
Awas jo ngetoro aku lagi bang wingo…
Wingojin setan kang tak utusi dadyo…
Sebarang wojo lelayu sebet…”
Wanita yang ku lihat di foto, sama seperti yang di ceritakan ayahku barusan. “wasti?… Ibuku…”
sedang Bernyanyi dengan merdunya, perlahan-lahan memaksaku. Perlahan menggerakan tubuhku, Logika ku berpikir dan sebisa mungkin untuk bertahan, Wanita itu makin bernyanyi kencang, air mataku serasa berubah jadi darah dengan urat wajah yang keluar. Membuat seluruh tubuhku lemah tak berdaya, silet
dan gunting melayang dengan sendirinya.
Silet menyayat-nyayat tanganku dengan cepatnya, gunting menusuk pahaku beberapa kali. Rasa ngilu yang teramat sangat menjalar dan darah mengalir
membasahi lantai dari tubuh. Aku seperti boneka. Kesadaranku masih pulih,
Aku berlari menyeret kaki ku pelan. Berlari meraih korek dan membakar foto di meja, serta kertas dan kado. Sang wanita yang bernama wasti, yang tak lain ternyata ibuku, melotot dan berteriak hilang di
gelap malam.
Aku terjatuh menahan tubuhku yang tersayat perih. Dan pandanganku hilang
Aku mnghadiri pemakaman orang tuaku dan berlalu dengan borgol di tanganku. Aku menjadi saksi atas meninggalnya orang tuaku. Orang-orang mengiraku gila dan memasukanku ke rumah sakit jiwa karena tuduhan kematian orang tuaku terhadapku, Namun ku di bebaskan setelah apa yang ku ceritakan benar adanya. Di sebuah peti pakaian di gudang, tubuh wasti
tertumpuk. Telah mngeras bagai kayu oleh karena formalin.
Yang ku tahu sampai aku menyelesaikan kisah ini. Aku masih hidup setelah malam penuh teror yang membuatku hampir gila.






No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here