Bagaimana akhirnya aku bertemu dia
Itu judul aneh yak? Eh begini sebenarnya mau curhat sih tentang bagaimana akhirnya aku bertemu dia. Aseek..
Pertama-tama yang paling utama, aku “sendiri” masih sekolah, terus sekolahnya agak jauh jadi perlu angkot atau bus. Nah jadi angkot dan bus inilah yang jadi penyebab aku bisa melihat dia dengan jelas. Ahay.
Awalnya, aku lagi bosen gitu padahal masih pagi tapi si angkot ngetem segala. Nah, kan ya namanya juga mata itu untuk melihat disitulah tanpa kusadari di luar sana ada secogan yang oh wow amazing. Beruntung juga sih aku tadi duduknya milih yang depan pintu. Secara kan sekarang rata-rata kalau hari rabu pakainya seragam identitas jadi langsung ketahuan deh dia dari sekolah mana. Yak dia dari SMA sebelah, dan aku masih SMP. Kok sedih ya rasanya, yang sama sekolahnya aja nggak mungkin sering ketemu apalagi yang jauh di sana, nggak berlaku ya kalau satu kelas.
Baca Juga : Perawan Ku Diambil Adiku Sendiri Saat Aku Tidur
Baca Juga : 7 Fakta dan cerita unik tentang Bercinta
Tapi, ada beberapa kejadian yang bikin salah fokus. Satu. Waktu itu dia naik angkot yang sama denganku. Yang luar biasa dia duduk di depanku. Jadi hadap-hadapan gitu. Tapi sumpah gimana gitu soalnya kan kalau mau natap gitu kan malu, takut-takut kepergok. Yah, untungnya ada ibu-ibu yang mengahalangi jadi posisinya si ibu di tengah. Banyangin sendiri aja lah ya. Kan kalau gitu jadi mudah gitu curi-curi pandang. Walaupun dag dig dug gimana.
Dua. Aku lagi agak nggak beruntung soalnya kesiangan terus angkotnya kalau udah jam segitu banyak yang penuh. Mau gak mau cuma ada option naik bus. Ya udah gitu aku naik. Seperti biasanya aku berharap si dia juga ikutan naik. Yuhuu dia naik cuy, tapi karena nggak ada kursi kosong dia jadinya berdiri. Walaupun begitu aku malah semakin mudah melihatnya, soalnya aku duduk paling belakang. La ini yang bikin nggak fokus, kan yang di sebelah kananku orangnya turun. Kemudian yang gantiin tempat duduknya tuh si dia. Gimana coba, kan seneng banget aku jadinya. Dan itu jadi kenangan yang warbyazah sangat sangat.
Tiga. Sebenarnya yang ini biasa aja. Soalnya walaupun dia seangkot tapi duduknya di depan, samping pak supir. Nah, kalau kebetulan lagi sendiri berangkatnya, agak gimana gitu mau bayar ke pak supirnya kan otomatis liat dia. Seneng sih bisa melihat dari dekat tapi durasinya nggak ada 1 menitpun. Menatapnya juga nggak bisa lah ya terang-terangan nanti langsung ketahuan, eh tapi kalau dia peka sih. Nah kalau lagi bareng temen, mending nitip aja soalnya biar nggak tergoda.
Sekarang aku sudah SMA. Dia yang kukagumi masih kuingat walau samar-samar. Sepertinya dia sudah lama lulus. Jadi kesempatan untuk melihatnya lagi adalah nihil. Sehingga percuma memilih sekolah yang sama dengannya, apalagi jauh dari rumah dan kurang efektif bagi diriku yang sering bangun terlambat. Akhirnya aku memilih yang dekat saja dan kualitasnya nggak kalah bagus kok. Tentunya nggak ribet, terjangkau, dan ekonomis. Ups, maaf ya nggak nyambung.
Dariku, semoga dia menjadi secogan yang teladan, syukur-syukur sholeh biar bisa jadi imam yang baik nantinya. Amiin.
Eeh.. aku nggak bermaksud. Mau bagaimanapun aku nggak akan terlalu berharap masa aku yang ala kadarnya begini mau ngotot bisa sama dia yang so good gitu. Nggak lah ya, aku sadar diri kok aku itu “bagaikan pungguk yang merindukan bulan”. Haha mungkin sekarang dia lagi kuliah, semoga lancar ya kak. Kalau udah kerja berarti yang semangat ya.
Salam dariku. Hmm..
No comments:
Post a Comment