Malam yang seharusnya indah untuk Inef dan juga kaum muda-mudi lain - Cewek Hot - Cewek Panas - Cewek Indonesia - Cewek Abg Plus - Pijit Plus

Breaking

Home Top Ad


Post Top Ad

Responsive Ads Here

Friday, August 3, 2018

Malam yang seharusnya indah untuk Inef dan juga kaum muda-mudi lain

Malam yang seharusnya indah untuk Inef dan juga kaum muda-mudi lain

http://detikabg.blogspot.com/


Pecahan gelas
Sobekan buku-buku
Serakan baju
Bantal
Selimut
Kacau.. Inef cuma bisa mengacak-acak rambutnya sambil menangis, sejenak berhenti, lalu menangis lagi. Rasa kesal yang teramat berat sedang dirasa olehnya.

Malam ini adalah malam minggu. Malam yang seharusnya indah untuk Inef dan juga kaum muda-mudi lain. Namun tidak untuk waktu sekarang ini. Malam ini adalah bencana bandang bagi Inef atas sebuah ketidaksabarannya membendung sebuah rasa yang amat berat. Mau tidak mau Inef harus menerimanya sebagai kenyataan pahit dalam hidupnya. Dua lelakilah penyebabnya.





Bram, lelaki ini sudah ada dalam kehidupan Inef sejak lama. Sejak berkenalan sewaktu SMA. Lelaki inilah yang membuatnya merasa jatuh cinta, Inef juga seakan merasakan kalau Bram sebenarnya juga cinta dirinya. Inef paham betul gelagak-gelagak yang penuh isyarat cinta. Secara, Bram orangnya pemalu, termasuk dalam hal mengungkapkan sebuah perasaan. Baginya cinta itu tugasnya mencintai, cinta tak butuh dicintai. Begitulah prinsip Bram yang diketahui Inef seusai bertanya pada Faiz, sahabat dekat Bram.

Hal inilah yang membuat Inef begitu yakin kalau Bram adalah cinta sejatinya, pasangan hidupnya. Bram dikenalnya sebagai seorang yang tulus dan romantis. Banyak kejadian yang menurut Inef adalah isyarat akan sebuah cinta. Salah satunya saat perpisahan sekolah. Kepada Inef, bram berbisik agar Inef bersabar menunggu jika mau.

Lima tahun berikutnya, setelah perpisahan yang membuat mereka tidak pernah bertemu lagi. Inef masih tetap merasa Bram adalah jodohnya, yang juga mencintainya. Keyakinan ini yang membuat Inef rela menunggu sampai lima tahun ini. Tahun ini adalah tahun terakhir Bram menyelesaikan pendidikannya di Singapura. Penantian lima tahun ini merupakan penantian yang didasari sebuah keyakinan atas sebuah isyarat yang diciptakan dirinya sendiri.

Namun dipikir-pikir, lima tahun penantian disadari Inef sebagai waktu yang cukup lama. Sesuatu yang dirasanya mengganjal. Inef merasa dirinya sedang digantung tanpa kepastian. Bram tak ubahnya seperti kebanyakan lelaki yang yang senangnya memberi harapan palsu kepada wanita. Apalagi perasaannya ini lahir dari sebuah isyarat, yang disadarinya adalah isyarat yang salah dan sangat tidak tepat. Isyarat ini adalah bau durian di jalan. Ada lalu menghilang, harum namun semu.

Ditengah kebingungan Inef akan sebuah isyarat. Faiz tiba-tiba hadir ke rumahnya dan dengan gamblang menyatakan cinta pada Inef. Situasi ini tentunya hanya menambah Inef bingung saja. Belum selesai ia memikirkan Bram, datang Faiz dengan cintanya. Kehadiran Faiz memunculkan dua kemungkinan bagi Inef. Pertama, bibit tumbuhnya pengkhianatan baru atau bisa juga ini jawaban atas ketidakpastian Bram. Sekali lagi, Inef sedang tidak benar-benar jernih untuk memutuskan ini.

“Maaf Faiz, Aku tak bisa menerimanya sekarang.” Tolak Inef tak ambil pusing.

Inef baru saja menolak seorang Faiz hanya karena Bram yang baru saja ia ragukan beberapa menit yang lalu. Inef nyatanya masih menyimpan harapan kepada Bram. Isyarat itu masih dibawanya untuk memutuskan hal serumit ini. Isyarat yang luar biasa. Antara Inef dan Bram padahal sama sekali tidak ada komunikasi selama ini.



Semakin lama menunggu seharusnya semakin menegaskan rindu, namun bagi Inef menunggu hanya semakin membuatnya ragu. Sampai saat ini tak ada tanda-tanda kepulangan Bram. Yang ada sekarang adalah wajah Faiz yang terbayang dalam benaknya. Agaknya pikirannya mulai menjernih, sudah mungkin untuk menentukan keputusan terbaiknya.

Penolakan Inef pada Faiz beberapa hari yang lalu disadarinya sebagai sesuatu yang konyol. Cinta yang jelas di depan mata ia sia-siakan begitu saja. Sementara cinta yang samar dari sebuah isyarat dipeliharanya. Inef merasa telah menyakiti hati seorang Faiz. Ia berhasrat meminta maaf padanya sesegera mungkin. Waktu itu juga, tanpa pikir panjang Inef berkunjung ke rumah Faiz.

“Faiz, aku sengaja menghadapmu untuk sebuah jawaban baru atas pertanyaan yang kau lontarkan beberapa waktu lalu. Aku menerima cintamu. Aku mencintaimu.”

Inef baru saja memutuskan sesuatu yang kritis dalam hidupnya. Keyakinan bahwa Faiz adalah jawaban atas ketidakpastian Bram menjadikan keduanya mulai menjalin sebuah hubungan baru. Dimulai sejak malam ini, seusai Inef mengucap cinta.

Malam semakin menua, Inef bertolak pulang. Membawa sebuah rasa, sedikit menghapus luka.

Seorang lelaki gagah tinggi dari kejauhan terlihat sedang mondar-mandir di depan pintu. Inef berjalan perlahan mendekati rumahnya. Semakin mendekat dan semakin penasaran.

“Inef.. ini aku.” Pria ini mengetahui kehadiran Inef dan langsung menghampirinya.

Diketahui Inef, Lelaki ini ternyata adalah Bram, yang selama ini dinantikan kepulangannya. Hanya bisa bingung dan canggung perempuan ini di hadapannya. Harus bicara apa Inef kepadanya. Sementara dirinya baru saja menjalin hubungan dengan Faiz, tak lain adalah sahabat Bram.

Suara-suara jangkrik malam lah yang mengiringi perjumpaan keduanya. Inef hanya diam dan terlihat membendung tangisan yang begitu pilu. Kemudian masuk rumah tanpa mengucap satu katapun pada Bram.

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here