Perlahan namun pasti Penisku membelah Vaginanya yang ternyata begitu kencang menjepit Penisku
Sebut saja namaku Fredi, umurku saat ini 36 tahun, aku sudah mempunyai istri dan seorang Silvi. Kehidupanku juga sudah sangat mapan dengan jabatanku sebagai manager sebuah perusahaan besar. aku mempunyai kebiasaan yang lain daripada yang lain dengan sering kali mengajak tukar pasangan kepada teman-temanku. Dan sering juga aku diajak tukar pasangan dengan teman-temanku. Namun yang aku tukarkan bukan istriku tapi gadis-gadis ABG yang aku kencani. Teman yang paling sering mengajaku untuk bertukar pasangan adalah Juna, jadi kita sudah tau selera kita masing-masing.
Malam itu setelah aku mengencani seorang gadis ABG muda, aku membawanya kesebuah hotel dan
terus menikmati tubuhnya yang sangat bergairah. ABG ini namanya Nita, umurnya masih 23 tahun, wajahnya sangat cantik, kulitnya putih bersih, memeknya masih ditumbuhi bulu-bulu halus, klitoris yang merah merona, membuat persetubuhanku malam itu sangat memuaskanku hingga aku tertidur lelap karena 10 rondeku bersama dengan Nita.
Baca Juga : Perawan Ku Diambil Adiku Sendiri Saat Aku Tidur
Baca Juga : 7 Fakta dan cerita unik tentang Bercinta
Pagi harinya setelah aku terbangun aku mendapatkan penawaran dari Juna, dia mengajakku untuk bertukar pasangan dengannya karena Juna tau kalau semalam aku habis meniduri seorang ABG. Tanpa memakai lama, aku langsung menyetujui ajakan Juna untuk bertukar pasangan dengan syarat wanita yang dibawa Juna harus menarik dan bergairah, lalu aku meminta Juna untuk mengirimkan foto wanita yang akan ditukarkan. Tak berapa lama Juna mengirimkan sebuah foto wanita yang sangat menarik sekali. Kulitanya putih, bibirnya tipis, wajahnya imut, dan yang pasti bentuk tubunya sangat menarik perhatianku. Tanpa lama aku lansgung menelpon Juna dan langsung menyuruh Juna kehotel tempatku semalam meniduri Nita.
Sambil menunggu Juna datang, aku melihat Nita udah bangun. “Ada apa om, mau maen lagi gak”, katanya sambil tersenyum. “Belum puas semalem ya Nit. Temen om tadi nelpon ngajakin om tuker pasangan. Nita mau gak maen ama temennya om. Dia juga ahli kok nggarap cewek abg kaya Nita”, jawabku. “Kalo nikmat ya Nita sih mau aja”, Nita bangun dari tempat tidur dan masuk kamar mandi.
Aku menyusulnya. Sebenarnya aku napsu lagi ngeliat Nita yang masih telanjang bulat, tetapi karena Silvi mau dateng ya aku tahan aja napsuku. Kita mandi sama sambil saling menyabuni sehingga Penisku ngaceng lagi. “Om, kontolnya ngaceng lagi tuh, maen lagi yuk”, ajak Nita sambil ngocok kontolku. “Kan Nita mau maen ama temennya om, nanti aja maennya.
Temen om ama ceweknya lagi menuju kemari”, jawabku. Sehabis mandi, kita sarapan dulu. Nita tetep aja bertelanjang bulat sementara aku cuma pake celSilvi pendek saja. Selesai makan aku menarik Nita saung dipinggir kolam renang yang ada dibelakang rumahku. Nita kupeluk dan kuciumi sementara tanganku sibuk meremes2 toket montoknya. Nitapun gak mau kalah, kontolku digosok2nya dari luar celSilvi ku.
Sedang asik, Juna dan Silvi datang. Juna sudah biasa kalo masuk rumahku langsung nyelonong aja kedalem, karena kami punya kunci rumah masing2. Silvi ternyata cantik juga, seperti bintang sinetron berdarah arab yang aku lupa namanya. Silvi make pakean ketat, sehingga toketnya yang besar tampak sangat menonjol. Pantatnya yang besar juga tampak sangat menggairahkan. Silvi terkejut melihat Nita yang bertelanjang bulat. Kuperkenalkan Nita pada Juna, Juna langsung menggandeng Nita masuk ke rumah.
“An, Juna bilang dia nikmat banget ngentot sama kamu, Memek kamu bisa ngempot ya, aku jadi kepingin ngerasain diempot juga”, kataku sambil mencium pipinya. “An, kamu napsuin banget, tetek besar dan pantat juga besar”. “Nita kan juga napsuin pak”, jawabnya sambil duduk disebelahku di dipan. “Jangan panggil pak dong, panggil om. Kan saya belum tua”, kataku sambil memeluknya. Kucium pipinya sambil jemariku membelai-belai bagian belakang telinganya.
Matanya terpejam seolah menikmati usapan tanganku. Kupandangi wajahnya yang manis, hidungnya yang mancung lalu bibirnya. Tak tahan berlama-lama menunggu akhirnya aku mencium bibirnya. Kulumat mesra lalu kujulurkan lidahku. Mulutnya terbuka perlahan menerima lidahku. Lama aku mempermainkan lidahku di dalam mulutnya. Lidahnya begitu agresif menanggapi permainan lidahku, sampai-sampai nafas kami berdua menjadi tidak beraturan.
Sesaat ciuman kami terhenti untuk menarik nafas, lalu kami mulai berpagutan lagi dan lagi. Kubelai pangkal lengannya yang terbuka. Kubuka telapak tanganku sehingga jempolku bisa menggapai permukaan dadanya sambil membelai pangkal lengannya. Bibirku kini turun menyapu lehernya seiring telapak tanganku meraup toketnya. Silvi menggeliat bagai cacing kepSilvisan terkena terik mentari.
Suara rintihan berulang kali keluar dari mulutnya di saat lidahku menjulur menikmati lehernya yang jenjang. “Om….” Silvi memegang tanganku yang sedang meremas toketnya dengan penuh napsu. Bukan untuk mencegah, karena dia membiarkan tanganku mengelus dan meremas toketnya yang montok.”Sil, aku ingin melihat toketmu”, ujarku sambil mengusap bagian puncak toketnya yang menonjol. Dia menatapku. Silvi akhirnya membuka tank top ketatnya di depanku. Aku terkagum-kagum menatap toketnya yang tertutup oleh Bra berwarna merah.
Toketnya begitu membusung, menantang, dan naik turun seiring dengan desah nafasnya yang memburu. Sambil berbaring Silvi membuka pengait Branya di punggungnya. Punggungnya melengkung indah. Aku menahan tangan Silvi ketika dia mencoba untuk menurunkan tali Bra nya dari atas pundaknya. Justru dengan keadaan Bra nya yang longgar karena tanpa pengait seperti itu membuat toketnya semakin menantang. “toketmu bagus, Sil”, aku mencoba mengungkapkan keindahan pada tubuhnya.
Perlahan aku menarik turun cup Branya. Mata Silvi terpejam. Perhatianku terfokus ke pentilnya yang berwarna kecoklatan. Lingkarannya tidak begitu besar sedang ujungnya begitu runcing dan kaku. Kuusap pentilnya lalu kupilin dengan jemariku. Silvi mendesah. Mulutku turun ingin mencicipi toketnya. “Egkhh..” rintih Silvi ketika mulutku melumat pentilnya.
Kupermainkan dengan lidah dan gigiku. Sekali-sekali kugigit pentilnya lalu kuisap kuat- kuat sehingga membuat Silvi menarik rambutku. Puas menikmati toket yang sebelah kiri, aku mencium toket Silvi yang satunya yang belum sempat kunikmati. Rintihan-rintihan dan desahan kenikmatan keluar dari mulut Silvi. Sambil menciumi toket Silvi, tanganku turun membelai perutnya yang datar, berhenti sejenak di pusarnya lalu perlahan turun mengitari lembah di bawah perut Silvi.
Kubelai pahanya sebelah dalam terlebih dahulu sebelum aku memutuskan untuk meraba Vaginanya yang masih tertutup oleh celana jeans ketat yang dikenakan Silvi. Aku secara tiba-tiba menghentikan kegiatanku lalu berdiri di samping dipan. Silvi tertegun sejenak memandangku, lalu matanya terpejam kembali ketika aku membuka jeans warna hitamnya. Aku masih berdiri sambil memandang tubuh Silvi yang tergolek di dipan, menantang. Kulitnya yang tidak terlalu putih membuat mataku tak jemu memandang. Perutnya begitu datar.
Celana jeans ketat yang dipakainya telihat terlalu longgar pada pinggangnya namun pada bagian pinggulnya begitu pas untuk menunjukkan lekukan pantatnya yang sempurna. Puas memandang tubuh Silvi, aku lalu membaringkan tubuhku disampingnya. Kurapikan untaian rambut yang menutupi beberapa bagian pada permukaan wajah dan leher Silvi. Kubelai lagi toketnya. Kucium bibirnya sambil kumasukkan air liurku ke dalam mulutnya. Silvi menelannya.Cerita Sex Terbaru
Tanganku turun ke bagian perut lalu menerobos masuk melalui pinggang celana jeans Silvi yang memang agak longgar. Jemariku bergerak lincah mengusap dan membelai selangkangan Silvi yang masih tertutup celSilvi dalamnya. jari tengah tanganku membelai permukaan celSilvi dalamnya tepat diatas Vaginanya, basah. Aku terus mempermainkan jari tengahku untuk menggelitik bagian yang paling pribadi tubuh Silvi. Pinggul Silvi perlahan bergerak ke kiri, ke kanan dan sesekali bergoyang untuk menetralisir ketegangan yang dialaminya.
aku menyuruh Silvi untuk membuka celana jeans yang dipakainya. Tangan kanan Silvi berhenti pada permukaan kancing celananya. Silvi lalu membuka kancing dan menurunkan reitsliting celana jeansnya. Celana dalam hitam yang dikenakannya begitu mini sehingga jembut keriting yang tumbuh di sekitar Vaginanya hampir sebagian keluar dari pinggir celana dalamnya. Aku membantu menarik turun celana jeans Silvi. Pinggulnya agak Nitaikkan ketika aku agak kesusahan menarik celana jeans Silvi. Akupun melepas celana pendekku. Posisi kami kini sama-sama tinggal mengenakan celana dalam.
Tubuhnya semakin seksi saja. Pahanya begitu mulus. Memang harus kuakui tubuhnya begitu menarik dan memikat, penuh dengan sex appeal. Kami berpelukan. Kutarik tangan kirinya untuk menyentuh Penisku dari luar celana dalamku. “Oh..” Silvi menyentuh Penisku yangmtegang. “Kenapa, Sil?” tanyaku. Silvi tidak menjawab, malah melorotkan celana dalamku. Langsung Penisku yang panjangnya kira-kira 19cm serta agak gemuk dibelai dan digenggamnya.
Belaiannya begitu mantap menandakan Silvi juga begitu piawai dalam urusan yang satu ini. “Tangan kamu pintar juga ya, Sil,”´ ujarku sambil memandang tangannya yang mengocok Penisku. “Ya, mesti dong!” jawabnya sambil cekikikan. “Om sama Nita semalem maen berapa kali?” tanyanya sambil terus mengurut-urut Penisku. “Kamu sendiri semalem maen berapa kali sama Juna?” aku malah balik berrtanya. Mendapat pertanyaan seperti itu entah kenapa nafsuku tiba-tiba semakin liar.
Silvi akhirnya bercerita kalau Juna napsu sekali tadi malem menggeluti dia. Mau berapa kali Juna meminta, Silvi pasti melayaninya. Mendengar perjelasan begitu jari-jariku masuk dari samping celana dalam langsung menyentuh bukit Vagina Silvi yang sudah basah. Telunjukku membelai-belai i tilnya sehingga Silvi keenakan. “Kamu biasa ngisep kan, An?” tanyaku. Silvi tertawa sambil mencubit Penisku. Aku meringis.
“Kalo punya om mana bisa?” ujarnya. “Kenapa memangnya?” tanyaku penasaran. “Nggak muat di mulutku,” selesai berkata demikian Silvi langsung tertawa kecil. “Kalau yang dibawah, gimana?” tanyaku lagi sambil menusukkan jari tengahku ke dalam Vaginanya. Silvi merintih sambil memegang tanganku. Jariku sudah tenggelam ke dalam liang Vaginanya. Aku merasakan Vaginanya berdenyut menjepit jariku. Ugh, pasti nikmat sekali kalau Penisku yang diurut, pikirku. Segera celana dalamnya kulepaskan.
Perlahan tanganku menangkap toketnya dan meremasnya kuat. Silvi meringis. Diusapnya lembut Penisku keras banget. Tangannya begitu kreatif mengocok Penisku sehingga aku merasa keenakan. Aku tidak hanya tinggal diam, tanganku membelai-belai toketnya yang montok. Kupermainkan pentilnya dengan jemariku, sementara tanganku yang satunya mulai meraba jembut lebat di sekitar Vagina Silvi. kuraba permukaan Vagina Silvi.
Kedua telapak tanganku meraih pantat Silvi, kuremas dengan sedikit agak kasar lalu aku menaiki tubuhnya. Kaki Silvi dengan sendirinya mengangkang. Kuciumi lagi lehernya yang jenjang lalu turun melumat toketnya. Telapak tanganku terus membelai dan meremas setiap lekuk dan tonjolan pada tubuh Silvi. Aku melebarkan kedua pahanya sambil mengarahkan Penisku ke bibir Vaginanya. Silvi mengerang lirih. Matanya perlahan terpejam.
Giginya menggigit bibir bawahnya untuk menahan laju birahinya yang semakin kuat. Silvi menatap aku, matanya penuh nafsu seakan memohon kepadaku untuk memasuki Vaginanya.”Aku ingin mengentotmu, Sil” bisikku pelan, sementara kepala Penisku masih menempel di belahan Vagina Silvi. Kata ini ternyata membuat wajah Silvi memerah. Silvi menatapku sendu lalu mengangguk pelan sebelum memejamkan matanya. aku berkonsentrasi penuh dengan menuntun Penisku yang perlahan menyusup ke dalam Vagina Silvi.
Terasa seret, memang, nikmat banget rasanya. Perlahan namun pasti Penisku membelah Vaginanya yang ternyata begitu kencang menjepit Penisku. Vaginanya begitu licin hingga agak memudahkan Penisku untuk menyusup lebih ke dalam. Silvi memeluk erat tubuhku sambil membenamkan kuku-kukunya di punggungku hingga aku agak kesakitan.
Namun aku tak peduli. “Om, gede banget, ohh..” Silvi menjerit lirih. Tangannya turun menangkap Penisku. “Pelan om”. Soalnya aku tahu pasti ukuran Penis Juna tidaklah sebesar yang kumiliki. Akhirnya Penisku terbenam juga di dalam Vagina Silvi. Aku berhenti sejenak untuk menikmati denyutan-denyutan yang timbul akibat kontraksi otot-otot dinding Vagina Silvi.
Denyutan itu begitu kuat sampai-sampai aku memejamkan mata untuk merasakan kenikmatan yang begitu sempurna. Kulumat bibir Silvi sambil perlahan-lahan menarik Penisku untuk selanjutnya kubenamkan lagi. Aku menyuruh Silvi membuka kelopak matanya. Silvi menurut. Aku sangat senang melihat matanya yang semakin sayu menikmati Penisku yang keluar masuk dari dalam Vaginanya. “Aku suka Vaginamu, Sil.. Vaginamu masih rapet” ujarku sambil merintih keenakan.Cerita Sex Terbaru
Sungguh, Vagina Silvi enak sekali. “Kamu enak kan, Sil?” tanyaku lalu dijawab Silvi dengan anggukan kecil. Aku menyuruh Silvi untuk menggoyangkan pinggulnya. Silvi langsung mengimbangi gerakanku yang naik turun dengan goyangan memutar pada pinggangnya. “Suka Penisku, Sil?” tanyaku lagi. Silvi hanya tersenyum. Penisku seperti diremas-remas ditambah jepitan Vaginanya. “Ohh.. hh..” aku menjerit panjang. Rasanya begitu nikmat. Aku mencoba mengangkat dadaku, membuat jarak dengan dadanya dengan bertumpu pada kedua tanganku. Dengan demikian aku semakin bebas dan leluasa untuk mengeluar-masukkan Penisku ke dalam Vagina Silvi.
Kuperhatikan Penisku yang keluar masuk dari dalam Vaginanya. Dengan posisi seperti ini aku merasa begitu jantan. Silvi semakin melebarkan kedua pahanya sementara tangannya melingkar erat di pinggangku. Gerakan naik turunku semakin cepat mengimbangi goyangan pinggul Silvi yang semakin tidak terkendali. “Sil.. enak banget, kamu pintar deh.” ucapku keenakan. “Silvi juga, om”, jawabnya. Silvi merintih dan mengeluarkan erangan-erangan kenikmatan. Berulang kali mulutnya mengeluarkan kata, “aduh” yang diucapkan terputus-putus.
Aku merasakan Vagina Silvi semakin berdenyut sebagai pertanda Silvi akan mencapai puncak pendakiannya. Aku juga merasakan hal yang sama dengannya, namun aku mencoba bertahan dengan menarik nafas dalam-dalam lalu bernafas pelan-pelan untuk menurunkan daya rangsangan yang kualami. Aku tidak ingin segera menyudahi permainan ini hanya dengan satu posisi saja. Aku mempercepat goyanganku ketika kusadari Silvi hampir nyampe. Kuremas toketnya kuat seraya mulutku menghisap dan menggigit pentilnya.
Kuhisap dalam-dalam. “Ohh.. hh.. om..” jerit Silvi panjang. Aku membenamkan Penisku kuat- kuat ke Vaginanya sampai mentok agar Silvi mendapatkan kenikmatan yang sempurna. Tubuhnya melengkung indah dan untuk beberapa saat lamanya tubuhnya kejang. Kepalaku ditarik kuat terbenam diantara toketnya. Pada saat tubuhnya menyentak-nyentak aku tak sanggup untuk bertahan lebih lama lagi. “Siiiilll, aakuu.. keluaarr, Ohh.. hh..” jeritku.
Silvi yang masih merasakan orgasmenya mengunci pinggangku dengan kakinya yang melingkar di pinggangku. Saat itu juga aku memuntahkan peju hangat dari Penisku. Kurasakan tubuhku bagai melayang. Secara spontan Silvi juga menarik pantatku kuat ke tubuhnya. Mulutku yang berada di belahan dada Silvi kuhisap kuat hingga meninggalkan bekas merah pada kulitnya.
Telapak tanganku mencengkram toket Silvi. Kuraup semuanya sampai-sampai Silvi kesakitan. Aku tak peduli lagi. Pejuku akhirnya muncrat membasahi Vaginanya. Aku merasakan nikmat yang tiada duanya ditambah dengan goyangan pinggul Silvi pada saat aku mengalami orgasme. Tubuhku akhirnya lunglai tak berdaya di atas tubuh Silvi. Penisku masih berada di dalam Vagina Silvi. Silvi mengusap-usap permukaan punggungku. “Silvi puas sekali dien tot om,” katanya. Aku kemudian mencabut Penisku dari Vaginanya. Dari dalam Juna keluar sudah berpakaian lengkap. “Pulang yuk An, sudah sore”, ajaknya.
Aku masuk kembali ke kamar. Nita ada di kamar mandi dan terdengar shower nyala. Aku bisa mendengarnya karena pintu kamar mandi tidak ditutup. Tak lama kemudian, shower terdengar berhenti dan Nita keluar hanya bercelSilvi pendek. Ganti aku yg masuk ke kamar mandi, aku hanya membersihkan tubuhku. Keluar dari kamar mandi, Nita berbaring diranjang telanjang bulat. “Kenapa Nit, lemes ya dientot Juna”, kataku. “Lebih enak ngentot sama om, Penis om lebih besar soalnya”, jawab Nita tersenyum. “Malem ini kita men lagi ya om”.
Hebat banget Nita, gak ada matinya. Pengennya dien tot terus. “Ok aja, tapi sekarang kita cari makan dulu ya, biar ada tenaga bertempur lagi nanti malem”, kataku sambil berpakaian. Nita pun mengenakan pakaiannya dan kita pergi mencari makan malem. Kembali ke rumah sudah hampir tengah malem, tadi kita selain makan santai2 di pub dulu.
Di kamar kita langsung melepas pakaian masing-masing dan bergumul diranjang. Tangan Nita bergerak menggenggam Penisku. Aku melenguh seraya menyebut namanya. Aku meringis menahan remasan lembut tangannya pada Penisku. Nita mulai bergerak turun naik menyusuri Penisku yang sudah teramat keras. Sekali-sekali ujung telunjuknya mengusap kepala Penisku yang sudah licin oleh cairan yang meleleh dari liangnya.
Kembali aku melenguh merasakan ngilu akibat usapannya. Kocokannya semakin cepat. Dengan lembut aku mulai meremas-remas toketnya. Tangan Nita menggenggam Penisku dengan erat. Pentilnya kupilin2. Nita masukan Penisku kedalam mulutnya dan mengulumnya. Aku terus menggerayang toketnya, dan mulai menciumi toketnya. Napsuku semakin berkobar.
Jilatan dan kuluman Nita pada Penisku semakin menggSilvis sampai-sampai aku terengah-engah merasakan kelihaian permainan mulutnya. Aku membalikkan tubuhnya hingga berlaw Silvin dengan posisi tubuhku. Kepalaku berada di bawahnya sementara kepalanya berada di bawahku. Kami sudah berada dalam posisi enam sembilan! Lidahku menyentuh Vaginanya dengan lembut. Tubuhnya langsung bereaksi dan tanpa sadar Nita menjerit lirih.
Tubuhnya meliuk-liuk mengikuti irama permainan lidahku di Vaginanya. Kedua pahanya mengempit kepalaku seolah ingin membenamkan wajahku ke dalam Vaginanya. Penisku kemudian dikempit dengan toketnya dan digerakkan maju mundur, sebentar. Aku menciumi bibir Vaginanya, mencoba membukanya dengan lidahku. Tanganku mengelus paha bagian dalam. Nita mendesis dan tanpa sadar membuka kedua kakinya yang tadinya merapat. Aku menempatkan diri di antara kedua kakinya yang terbuka lebar. Penis kutempelkan pada bibir Vaginanya. Kugesek-gesek, mulai dari atas sampai ke bawah. Naik turun. Nita merasa ngilu bercampur geli dan nikmat. Vaginanya yang sudah banjir membuat gesekanku semakin lancar karena licin.Cerita Sex Terbaru
Nita terengah-engah merasakannya. Aku sengaja melakukan itu. Apalagi saat kepala Penisku menggesek-gesek i tilnya yang juga sudah menegang. “Om.?” panggilnya menghiba. “Apa Nit”, jawabku sambil tersenyum melihatnya tersiksa. “Cepetan..” jawabnya. Aku sengaja mengulur- ulur dengan hanya menggesek-gesekan Penis. Sementara Nita benar-benar sudah tak tahan lagi mengekang birahinya. “Nita sudah pengen dien tot om”, katanya.
Nita melenguh merasakan desakan Penisku yang besar itu. Nita menunggu cukup lama gerakan
Penisku memasuki dirinya. Serasa tak sampai-sampai. Maklum aja, selain besar, Penisku juga
panjang. Nita sampai menahan nafas saat Penisku terasa mentok di dalam, seluruh Penisku
amblas di dalam. Aku mulai menggerakkan pinggulnya pelan2. Satu, dua dan tiga enjotan
mulai berjalan lancar. Semakin membanjirnya cairan dalam Vaginanya membuat Penisku keluar
masuk dengan lancarnya. Nita mengimbangi dengan gerakan pinggulnya.
Meliuk perlahan. Naik turun mengikuti irama enjotanku. Gerakan kami semakin lama semakin meningkat cepat dan bertambah liar. Gerakanku sudah tidak beraturan karena yang penting enjotanku mencapai bagian-bagian peka di Vaginanya. Nita bagaikan berada di surga merasakan kenikmatan yang luar biasa ini. Penisku menjejali penuh seluruh Vaginanya, tak ada sedikitpun ruang yang tersisa hingga gesekan Penisku sangat terasa di seluruh dinding Vaginanya. Nita merintih, melenguh dan mengerang merasakan semua kenikmatan ini.
Nita mengakui keperkasaan dan kelihaianku di atas ranjang. Yang pasti Nita merasakan kepuasan tak terhingga ngen tot denganku. Aku bergerak semakin cepat. Penisku bertubi-tubi menusuk daerah-daerah sensitivenya. Nita meregang tak kuasa menahan napsuku, sementara aku dengan gagahnya masih mengayunkan pinggulku naik turun, ke kiri dan ke kanan. Erangannya semakin keras. Melihat reaksinya, aku mempercepat gerakanku. Penisku yang besar dan panjang itu keluar masuk dengan cepatnya. Tubuhnya sudah basah bermandikan keringat.
Aku pun demikian. Nita meraih tubuhku untuk didekap. Direngkuhnya seluruh tubuhku sehingga aku menindih tubuhnya dengan erat. Nita membenamkan wajahnya di samping bahuku. Pinggul nya diangkat tinggi-tinggi sementara kedua tangannya menggapai pantatku dan menekannya kuat-kuat. Nita meregang. Tubuhnya mengejang-ngejang. “om..”, hanya itu yang bisa keluar dari mulutnya saking dahsyatnya kenikmatan yang dialaminya nersamaku. Aku menciumi wajah dan bibirnya. Nita mendorong tubuhku hingga terlentang. Dia langsung menindihku dan menciumi wajah, bibir dan sekujur tubuhku. Kembali diemutnya Penisku yang masih tegak itu.
Lidahnya menjilati, mulutnya mengemut. Tangannya mengocok-ngocok Penisku. Belum sempat aku mengucapkan sesuatu, Nita langsung berjongkok dengan kedua kaki bertumpu pada lutut dan masing-masing berada di samping kiri dan kSilvin tubuhku. Vaginanya berada persis di atas Penisku. “Akh!” pekiknya tertahan ketika Penisku dibimbingnya memasuki Vaginanya.
Tubuhnya turun perlahan-lahan, menelan seluruh Penisku. Selanjutnya Nita bergerak seperti sedang menunggang kuda. Tubuhnya melonjak-lonjak. Pinggulnya bergerak turun naik. “Ouugghh.. Nit.., luar biasa!” jeritku merasakan hebatnya permainannya. Pinggulnya mengaduk-aduk lincah, mengulek liar tanpa henti. Tanganku mencengkeram kedua toketnya, kuremas dan dipilin-pilin. Aku lalu bangkit setengah duduk. Wajah kubenamkan ke dadanya.
Menciumi pentilnya. Kuhisap kuat-kuat sambil kuremas-remas. Kami berdua saling berlomba memberi kepuasan. Kami tidak lagi merasakan panasnya udara meski kamar menggunakan AC. Tubuh kami bersimbah peluh, membuat tubuh kami jadi lengket satu sama lain. Nita berkutat mengaduk-aduk pinggulnya. Aku menggoyangkan pantatku. Tusukan Penisku semakin cepat seiring dengan liukan pinggulnya yang tak kalah cepatnya.
Permainan kami semakin meningkat dahsyat. Sprei ranjang sudah tak karuan bentuknya,selimut dan bantal serta guling terlempar berserakan di lantai akibat pergulatan kami yang bertambah liar dan tak terkendali. AKu merasa pejuku udah mau nyembur. Aku semakin bersemangat memacu pinggulku untuk bergoyang. Tak selang beberapa detik kemudian, Nita pun merasakan desakan yang sama. Nita terus memacu sambil menjerit-jerit histeris. Aku mulai mengejang, mengerang panjang.
Tubuhnya menghentak-hentak liar. Akhirnya, pejuhku nyemprot begitu kuat dan banyakmembanjiri Vaginanya. Nita pun rasanya tidak kuat lagi menahan desakan dalam dirinya.Sambil mendesakan pinggulnya kuat-kuat, Nita berteriak panjang saat mencapai puncakkenikmatan berbarengan denganku. Tubuh kami bergulingan di atas ranjang sambil berpelukanerat. “om, nikmaat!” jeritnya tak tertahankan. Nita lemes, demikian pula aku. Tenagaterkuras habis dalam pergulatan yang ternyata memakan waktu lebih dari 1 jam! akhirnyakami tertidur kelelahan.
No comments:
Post a Comment