Namaku Sarmila, Aku adalah seorang Emak rumah Tangga, anakku 2 orang, suamiku putra seorang tokoh agama yg memiliki sebuah Yayasan Pendidikan Terpadu yg cukup terkenal di kotaku. Kehidupan rumah tanggaku seperti orang berumah tangga pada umumnya. Awalnya kita tinggal asrama guru yg terdapat di komplek Yayasan milik mertuaku. Tetapi sekarang, kita bisa membangun rumah sendiri dari penghasilan suamiku mengajar di Yayasan miliknya orang tuanya itu, dan penghasilan kios kecilku di depan gerbang Yayasan menjual jasa layanan pengisian pulsa selular, dan loket pembayaran PLN, PDAM, dan lain-lain.
Karena keseharianku hanya duduk di toko menunggu konsumen, aku memiliki waktu yg cukup banyak untuk berselancar di dunia Maya. Tulisan ini iseng ku tulis, untuk menuangkan suara hatiku yg tak bisa dibagi pada orang-orang di sekitarku, termasuk suamiku.
Kehidupan masa kecilku, ku rasakan jauh berbeda dgn kondisiku waktu ini. Aku tinggal bersama orang tuaku di rumah kecil yg hanya memiliki satu ruangan berukuran sekitar 3m x 5m (kurag lebih begitu). Dinding papan yg tak rata, dan lantai seperti piano, setiap keping papan memiliki nadanya sendiri. Dapur dan kamar mandi hanya berdinding kain tanpa atap. Ruang utama terpaksa di sekat dgn dinding plastik untuk memberi kesan kamar.
Aku adalah anak tunggal. Emakku pernah hamil ketika aku berusia 7 tahun, sebagai wanita yg baru saja meninggalkan fase balita, aku sangat senang karena akan memiliki adik bayi. Tetapi kemudian Emak keguguran waktu sedang bekerja di sawah bersama Babehku. Sejak waktu itu, aku tak pernah lagi mendapatkan tanda-tanda akan memiliki adik bayi. Sejak waktu itu pula, aku mulai menerima suguhan pemandangan aktivitas malam suami istri yg baru kupahami ketika aku masuk SMP.
Entah karena usiaku yg sudah tak balita lagi, atau oleh sebab Emakku yg gagal memberi adik padaku, aku merasa kedua orag tuaku semakin sering melakukan hubugan suami istri, Kenapa mereka tak pernah bosan bermain dalam selimut, sementara aku sendiri merasa bosan dan bahkan terbiasa dgn pemandangan bugil kedua orang tuaku tersebut, meskipun sejujurnya waktu itu, aku juga tak mengerti kenapa mereka melakukan itu. Pikirku, seperti itulah cara orang dewasa tidur.
Waktu aku mulai beranjak dewasa, lingkungan dan pengalaman dari apa yg ku lihat mulai memberiku pandagan bahwa itulah yg dimaksud dgn bercinta, dimana laki-laki memasukkan batang kemaluannya ke lobang kemaluan wanita. Semakin aku beranjak dewasa, aku merasa malu sendiri ketika harus terjaga di malam hari, oleh irama lantai yg dimaikan oleh permainan seks orang tuaku. Pemandangan beraroma birahi itu terasa semakin tabu untuk ku saksikan, meskipun sebelumnya aku bahkan sempat merasa bosan melihat rutinitas malam yg mereka lakukan.
Diusiaku yg semakin dewasa, aku sering pura-pura tertidur waktu kedua orang tuaku mulai memasuki sesion pemanasan. Suatu malam, aku kembali terjaga dan aku pura-pura tidur. Ku lihat Babeh menciumi bibir Emak, kemudian terus ke leher, dan turun ke wilBabeh dada sambil melepaskan apapun yg menutupi buah dada Emakku. Buah dada Emak yg bulat kencang, diciumi, dilumat, diremas, dan terus dimain-mainkan oleh Babeh. Ku lihat, Emak hanya terpejam dan sepertinya dia menikmati apa yg dilakukan Babeh terhadapnya., terutama waktu Babeh mulai melepaskan sarung yg dikenakan Emak waktu tidur dan mulai menempelkan wajahkan di selangkangan Emak. Sangat jelas ku perhatikan ekspresi yg keluar dari tubuh Emak. Tubuhnya menggelinjang dgn desahan kecil yg keluar dari bibirya. Waktu itu aku belum tahu, apa yg dilakukan Babeh di muara liang kemaluan Emak, dan untuk apa ia melakukan itu. Setahuku hubugan suami istri adalah antara kedua alat kelamin mereka, tak ada hubungannya dgn wajah.
Baca Juga : Perawan Ku Diambil Adiku Sendiri Saat Aku Tidur
Baca Juga : 7 Fakta dan cerita unik tentang Bercinta
Sampai akhirnya ku dengar sepotong kalimat dari Emakku yg mengangkat sedikit tubuhnya dgn bertopang siku seakan ingin melihat apa yg dilakukan Babeh di kemaluannya….
“Terus, yah! jilat terus, yah!… Oooohh” Desah Emak sambil mengangkat kedua kakinya menunjuk lagit dan menyingkap kain sarung yg menyelimutinya. Tak berapa lama kemudian, Emak kembali menjatuhkan tubuhnya, tetapi kali ini, kedua tangannya memegang betisnya sendiri dan menariknya hingga lututnya menyentuh buah dadanya yg kencang. Waktu itulah, akhirya aku tahu yg dilakukan Babeh di kemaluan Emak. Ia memainkan lidahnya di belahan kemaluan Emak yg berrambut.
Waktu Emak sedang terkangkang dgn kaki yg masih dia pegang, ku lihat Babeh berdiri dan mulai menanggalkan sarungnya lalu denga cepat ia menurunkan dan melepaskan celana dalamnya. Itulah pertama kali, aku melihat alat kelamin laki-laki yg ku kenal dgn istilah Kontol. Besar, panjang dan dikelilingi oleh rambut yg lebat.
Tanpa menunggu lama, Babeh duduk di antara pagkal paha Emak dan mulai mengarahkan ujung batang kemaluannya ke lobang kemaluan Emak. Babeh memasukkanya dgn perlahan hingga akhirnya amblas masuk ke dalam kemaluan Emak. Waktu Babeh kembali menarik keluar batang kemaluannya dan kembali menghujamkannya ke dalam, Waktu itulah Emak mengeluarkan suara yg lebih mirip teriakan….
“Oooh!…” Keriah Emak tertahan. Aku yg terkejut mendengar suara itu, secara spontan bangkit dari tempatku berbaring.
“Behh!… Emak kenapa…!!?” melihatku terbangun, mereka juga terkejut. Emak langsung menarik, sarung yg telah lepas dari tubuhnya dan menutupi sebagian kecil tubuhnya yg bugil. Sementara Babeh, hanya terdiam dan membiarkan kemaluannya tetap tertanjap di lobang kemaluan Emak.
“Tak apa-apa, Sayg! Ayo tidur lagi…” Kata Emak sambil berusaha meraihku dgn tubuh yg tak mampu ia gerakkan karena terkunci oleh tusukan kemaluan Babeh di kemaluannya.
“Babeh ama emak sedang apa?” Kataku dgn bahasa sederhana mencoba mencari jawaban atas apa yg ku dengar diluar dan ku lihat di dalam rumah.
“Babeh sedang mengisi perut Emak dgn dede bayi…” Kata Babeh yg terlihat mulai membuag rasa terkejutnya.
“Ayo tidur lagi, Sayg!” Kata Babeh sambil mulai kembali bergerak perlahan memompa tubuh Emak.
“Emak gag apa-apa?” Kataku lagi sambil berajak mendekat dan berbaring dilegan Emak.
“Iya…! Emak tak apa-apa, Sayg! Sini tidur dekat Emak, ya! Ayo tutup matanya….” Kata Emak merayuku.
“Emakk….” kataku, sambil mengangkat kepalaku untuk menatap wajah Emak.
“Iya, Sayg…!? Jawab Emak dgn tenang, setenang tubuhnya yg terus bergerak-gerak karena Babeh terus menggenjot lobang kemaluan Emak dgn kemaluannya seolah tak perduli dgn kehadiranku.
“Sarmila mau pipis… temani ke belakang, Makk!” Kataku yg waktu Emak memang ingin pipis.
Emak tak langsung menjawab. Ia menatap wajah Babeh dan memberi isyarat dgn keningnya. Babeh juga menjawab dgn keningnya, lalu Emak menatapku dan berkata:
“Bisa tahan sebentar nggak, Sayg?” Kata Emak.
“Kenapa, Makk?” Tanyaku lagi.
“Biar Babeh selesaikan pekerjaan Babehh sebentar, ya Sayg! Kata Emak…
“Babeh mengerjakan apa, Bu?” Tanyaku lagi.
“Lhoo… kan tadi Babeh sidah bilang… Babeh lagi bikin dede untuk Sarmila…” Jawab Emak mencoba menenangkanku. Aku hanya manggut-manggut seolah mengerti.
Kejadian malam itu seakan memberiku kesempatan untuk bebas menikmati pemandangan tabu yg tak selayaknya ku saksikan. Aku duduk sambil memperhatikan Emak yg terkangkang karena kemaluan Babeh yg terus keluar masuk di lobang kemaluan Emak.
Melihatku menyaksikan Babeh yg terus memainkan kemaluannya di lobang kemaluannya, Emak akhirnya meminta Babeh untuk menahan birahinya. Babehpun mengalah dan mencabut kemaluannya dari lobang kemaluan Emak. Babeh menjatuhkan tubuhnya di atas sebuah bantal sambil menarik sarungnya dan menutupi kemaluannya yg masih terlihat tegak berdiri. Sementara Emak bangkit dan meraih sarung dan membalutkannya ke tubuhnya. Ia kemudian menemaniku ke belakang untuk buang air kecil.
Waktu sedang berada di kamar mandi terbuka tanpa atap itu, aku kembali melempar pertanyaan pada Emak.
“Kenapa Babeh bikin dede di perut Emak?” Kataku sambil pipis. Emak hanya tersenyum medengar pertanyaanku, Ia tak memberi jawaban, tetapi hanya mengambil segayung air untuk membersihkan wilBabeh selangkanganku.
“Soalnya kita punya ini. Jadi Dedenya bisa keluar… Babeh tak punya!” Kata Emak.
“Ooh…!” Jawabku yg mampu menerima jawaban Emak untuk anak seusiaku waktu itu. Setelah aku selesai buang air kecil, kita kembali ke kamar dan Emak berbaring sambil memelukku. Tak lama berselang, ku rasakan tubuh Emak kembali bergoyg. Aku kembali berusaha kembali bangkit, tetapi Emak menahanku dan membali memelukku sambil berbisik.
“Sayg! malam sudah larut, besok Sarmila kan sekolah lagi. Nanti telat bangunnya…” Kata Emak meneangkanku. Akhirnya ku coba memejamkan mata, meskipun menasaran karena tubuh Emak kembali bergoyg. Ku coba mengintip di celah antara tubuhku dan tubuh Emak. Ku lihat sarung yg membalut tubuh Emak bagian bawah kembali tersingkap. Sementara Salah satu kaki Emak terangkat ke atas dan dipegang oleh tangan Babeh. Ku lihat ada kaki Babeh di antara selangkangan Emak.
“Maaakk….!” Aku kembali memanggil Emak dgn nada sedikit berbisik.
“Mmhh…?” jawab Emak singkat.
“Babeh memasukkan kontol ke lobang ee, ya, Bu?” Tanyaku lagi.
“Sayg!Sudah… jangan ngomong lagi,…” jawab Emak dgn nada lebih tinggi. Aku akhirnya hanya diam menyimpan tanda tanya dalam hatiku. Akhirya aku tidur berbalik membelakangi Emak da memeluk guling yg ada di sisi sebeluhku.
Rasa penasaran yg dihiasi oleh nada-nada lantai dan suasana gubuk kecilku yg terus bergoyg membuatku tak bisa dgn mudah memejamkan mata. Setelah beberapa waktu, aku kembali berbalik meghadap ke arah Emak, sambil terus memeluk guling. Pemadangan baru lainnya kembali ku saksikan. Ketika Emak duduk di selangkangan Babeh dan mengulum kemaluan Babeh. Babeh yg mengetahui aku belum tidur hanya tersenyum menatapku. Ia sepertinya membiarkan saja aku melihat mereka berbugil ria.
Tak berapa lama kemudian, Emak berdiri dan melagkahi tubuh Babeh lalu mengambil posisi duduk dimana kemaluan Babeh berdiri tegak. Degnan Salah satu tanganya, dia genggam kemaluan Babeh yg besar dan panjang, lalu mengarahkan ujung kemaluan Babeh kembali ke lobang kemaluannya. Sementara itu tangan satunya memegang belahan kemaluannya lalu ia mulai menurunkan pantatnya perlahan hingga kemaluan Babeh kembali amblas masuk ke lobang kemaluannya.
Emak mulai mengambil ancang-ancang dgn menurunkan tubuhnya ke arah belakang dgn bertopang pada kedua lengannya, lalu ku lihat Emak mulai memainkan patatnya maju mundur, sehingga kemaluan Babeh keluar masuk di lobang kemaluannya. Desahan demi desahan kembali terdengar, dan berpadu dgn irama lantai.
Posisi seperti itu sepertinya tak begitu nyaman bagi Emak. Ia kemudian membalik tubuhnya ke depan dan kembali bertumpu dgn kedua tangannya. Emak kembali menggoyg pantatnya maju mundur seperti berusaha menggaruk gatal dalam kemaluannya dgn sebuah alat yg bernama kemaluan.
Tak berapa lama dgn posisi tersebut, Babeh memeluk tubuh Emak dan berguling lalu Babeh memutar posisi mereka bercinta beberapa derajat sehingga kaki Emak hampir menyentuh wajahku. Tetapi waktu itu, Babeh langsung mearik kaki Emakdan kembali mengangkangkan ke dua kakinya. Entah sengaja atau tak, posisi itu membuatku dapat melihat permukaan kemaluan Emak yg ditumbuhi rambut lebat.
Dgn kedua kaki yg terkangkang, ku saksikan dgn jelas ketika Babeh mengarahkan kemaluannya ke selangkangan Emak dan meerobos masuk membelah bibir kemaluan Emak yg terlihat gendut. Dapat ku lihat dgn jelas bibir kemaluan Emak bergerak senirama dgn gerakan keluar masuknya kemaluan Babeh di lobang kemaluanya itu.
Semakin lama, Babeh semakin cepat mengocok lobang kemaluan Emak dgn kemaluannya. Desahan Emak semakin kencang, sesekali ia meracau tak karuan,, sampai akhirnya Babeh terhenti dgn sebuah tusukan dalam ke lobang kemaluan Emak. kaki Emak terjatuh di kedua sisi tubuhnya, dan Babeh pun ambruk di atas tubuh Emak.
***************
Semakin aku mengerti dgn seks, semakin aku disodorkan pemadangan-pemandangan yg akhirnya merangsangku untuk melakukannya. Hingga suatu ketika, keperawananku akhirnya harus terlepas karena dorongan birahiku sendiri. Tepat setelah aku menamatkan pendidikan SMA, aku tak mampu untuk menahan gejolak hasrat bercinta yg hanya bisa ku dapatkan dari bermasturbasi.
Siapa lelaki yg beruntung mendapatkan keperawananku? Dia tak lain adalah Babehku sendiri. Waktu pulang dari Acara perpisahan sekolah, dgn pakaian seragam putih Abu-Abu yg penuh dgn warna warni perpisahan, aku melihat Babehku sedang mandi. Waktu itulah, aku lagsung mendatangi Babehku ke kamar mandi dan menanggalkan atribut kesiswaanku, sekaligus tribut kewanitaanku di depan Babeh yg sedang mandi. Melihatku berdiri tanpa busana sambil tersenyum kecil kepada Babeh, lalu ku katakan:
“behhh! lihatlah aku….!! Aku bukan lagi anak-anak, kan?”
“Ya, tentu, Sayg?” jawab Babeh tanpa ekspresi menatap tubuhku.
“Apakah rambut-rambut ini belum cukup tebal untuk dikatakan remaja?” tanyaku lagi.
“Apa maksudmu, Sayg?” jawab Babeh terlihat bingung memahami apa maksud pertanyaanku.
“Behh! Ajari aku melakukan itu, Behh!” Pintaku.
“Melakukan apa?” Tanya Babehku semakin bingung.
Dgn melempar senyumanku kepada Babeh. Aku langsung melangkah mendekati Babeh yg masih basah dgn hanya mengenakan celana dalam. Ku pegang dan ku raba-raba beda yg ada dalam celaa dalamnya, lalu ku katakan:
“Aku ingin inni, behh!” Bisikku sambil melingkarkan lenganku di leher Babeh dan mencoba mencium bibirnya.
Babeh hanya terdiam melihat tingkahku yg aneh, tetapi beberapa waktu kemudian ia menyambut ciumanku, lalu melingkarkan tangannya di pinggangku, sehingga tubuhku merapat ke tubuh Babeh. Dalam posisi itu, ku coba untuk menyelipkan jemariku masuk ke dalam celana dalamnya dan memegang benda yg sangat ku idam-idamkan sejak lama.
Sebagai lelaki normal, Babeh juga sepertiya tak mampu menahan dorongan birahinya ketika ada seorang wanita tanpa busana menggoda dan mengajaknya untuk bercinta. Ku rasakan kemaluannya mulai menegang. Waktu itulah ku coba mengeluarkan benda itu dari celana dalam Babeh.
Desiran darah penuh hasrat, seakan mengalir kencang waktu Babeh mulai memainkan jarinya di belaha kemaluanku., yg berlanjut dgn permainan lidahnya yg membuatku lemas dan hampir tak mampu lagi berdiri dgn hanya dia kaki menopang tubuhku. Untungnya Babeh cukup kuat untuk menyambut tubuhku dan membaringkanku di lantai kamar mandi yg basah.
Dalam suasana birahi yg bergejolak, dan dorongan nafsu syahwat yg tak tertahankan, akhirnya Babeh dgn gaya setengah memaksa, ia membuka selangkanganku dan mulai mengarahkan batang kemaluannya ke lobang vaginnaku yg sudah terhidang sempurna dan tak perduli lagi pada status hubungan darah, asal nafsu tercurahkan.
Perlahan tetapi pasti, kemaluan Babeh mulai memaksa masuk ke lobang kemaluanku yg benar-benar masih perawan. Sanpai akhirnya, dgn sedikit tekanan memaksa, kemaluan Babeh berhasil merobek mahkota keperawananku.
Hal pertama yg ku rasakan adalah inilah rasanya ketika kemaluan mengisi ruang dalam kemaluan. Gesekan, tekanan, sentuhan, dan kehangatan yg tak bisa didapatkan dari hal lain selain benda yg hanya dimiliki oleh lelalki itu. Kemaluan Babeh terasa sesak dalam lobang kemaluanku. Gerakannya keluar masuk lobang kemaluanku, seakan bersentuhan erat dgn dinding kemaluanku terdalam.
Semakin lama gesekan-gesekan di dindig kemaluanku itu semakin membuatku merasakan kemaluanku semakin mengeluarkan banyka cairan, entah apa dan datang dari mana. tetapi cairan itu membuat gesekan semakin terasa licin dan memberi kenikmatan tersendiri. Aku tak lagi memikirkan anggapan bahwa laki-laki suka lobang yg kesat,. Yg ada dipikiranku, aku ingin segera mencapai puncak kenikmatan dgn kemaluan yg sedang berada dalam kemaluanku.
Tak menunggu berapa lama, puncak kenikmatan itu mulai terasa dan aku seakan terbang melesat medekatiya, dan….
“Ooohhh…!” Sebuah desahan melambungkanku ke alam yg penuh dgn kenikmatan. Saygnya, waktu itu, Babeh mengakhiri perjalananku di alam kenikmatan dgn sebuah hujaman keras yg menyadarkanku bahwa Babeh telah menumpahkan cairan sperma di dalam kemaluanku.
Waktu itu, kenikmatan langsung berakahir dgn rasa ketakutan akan hamil di luar nikah dan mengandung anak dari buah cinta Babeh.
Hari demi hari ku jalani dalam rasa ketakutan dan harapan agar hal yag tak diinginkan itu tak akan perah terjadi. Meskipun sewaktu setelah melakukan hubungan badan dgn Babeh, aku langsung berusaha mengeluarkan dan membersihkan cairan sperma Babeh dari lobang kemaluanku. Tetapi kekhawatiran tetap tak bisa ku buang dari pikiran.
Rasa ketakutan ini, membuatku berpikir jauh ke depan, memikirkan rencana apa yg akan ku lakukan ketika ini harus terjadi. Penyesalanku, adalah kenapa tak dari sebelum melakukanya aku memikirkan jauh ke depan.
No comments:
Post a Comment