Cerita Dewasa Pesona Tubuh Mei-Ling
Urusanku baru selesai jam 5an sore. Aku segera kontak Mei Ling ke HP nya.
Kami kemudian janjian bertemu di sebuah cafe di mall tempat pertamakali kami berkenalan. Ketika aku masuk ke cafe itu.. aku lihat Mei Ling sudah duduk menunggu di sebuah meja. Kebetulan suasana cafe agak lengang. Aku segera berjalan ke arah Mei Ling.
“Sudah lama nunggu Ling..?” Tanyaku sambil duduk di kursi di samping Mei Ling.
“Belum kok Mas.. aku juga barusan datang. Minumanku juga belum diantar tuh..” Mei Ling menjawab sambil tersenyum manis.
Seorang waitress datang mendekat.. aku memesan minuman dingin.
Sekarang aku punya kesempatan buat memperhatikan Mei Ling dengan lebih seksama. Petang itu dia sungguh cantik dan seksi sekali.
Kausnya ketat berwarna coklat.. modelnya pendek sehingga sebagian kulit perutnya yang sangat putih mulus itu nampak dengan jelas.
Kaus itu berkerah agak lebar dan rendah.. sehingga sebagian bahu dan dadanya bagian atas terbuka.. semakin mempertegas keseksiannya.
Paduan dari kaus itu adalah rok mini berbahan tebal berwarna krem.. sangat serasi dengan atasannya.
Pokoknya petang itu Mei Ling tampak begitu seksi.
Minuman pesanan kami diantar oleh waitress dan kami mulai ngobrol sambil menikmatinya.
Hampir setengah jam kami berbincang.. ketika minuman kami telah terminum habis.. Mei Ling berkata..
“Mas Benny belum makan kan..? Kita cari makan yuk.. Mas suka chinese food kan..?”
“Oke deh Ling..”
Dan Mei Ling segera memacu mobilnya ke sebuah restaurant di deretan Ruko yang cukup ramai.
Sesampainya di tujuan kami menuju ke lantai 2 dan duduk di meja di sudut ruangan. Sambil menikmati hidangan yang lezat kami berbincang santai.
Sekitar sejam kami di rumah makan itu dan kami kembali ke hotel.
Sesampai di hotel.. begitu pintu kamar tertutup.. aku segera memeluk Mei Ling sambil mengecup bibirnya.
Dia membalas kecupanku dengan lumatan lembut di bibirku. Akupun balik melumat bibirnya yang molek itu.
Jujur saja.. aku sempat tergetar saat mencium Mei Ling seperti ini.
Ciuman ini sungguh jauh dari ciuman penuh nafsu.. betul-betul ciuman yang sangat mesra seperti dengan orang yang kita cintai.
Jarang aku merasakan getaran seperti ini kecuali dengan istriku.
Entah berapa lama kami berpagutan mesra sampai akhirnya Mei Ling melepaskan bibirnya dari bibirku dan berkata.. “Mandi dulu yuk Mas..”
Aku hanya mengangguk dan menggandeng tangannya ke kamar mandi.
Sesampai di kamar mandi kami segera saling melucuti pakaian masing-masing. Bokep Barat
Tak bosan-bosannya aku memandang tubuh molek yang bugil di hadapanku.
Aku agak terperanjat melihat bahwa seluruh bulu pubisnya telah tercukur habis sampai gundul.
Sungguh indah.. seluruh tubuhnya begitu mulus tanpa sehelai bulupun.
Mei Ling agak risih juga aku pandangi seperti itu.. dia segera menarik tanganku dan mengajak aku masuk bathtub.
Aku segera menghidupkan shower dan mengatur kehangatan air.
Kusirami tubuh indah Mei Ling dengan shower dan mulai menyabuni setiap jengkal kulit mulusnya.
Mei Ling pasrah saja dan tampak menikmati apa yang aku lakukan.
Agak berlama-lama aku kedua usap buah dadanya yang ranum itu. Putingnya yang indah mulai mengeras.
Kemudian aku belai perut rampingnya.. terus turun ke bawah sampai ke kemaluannya yang polos itu.
“Bodimu mulus banget Ling..” uhh.. tak tahan aku untuk tak mengatakan itu.
“Ah.. Mas Ben ngeledek. Bodi udah tua gini lho ya..” Mei Ling agak salah tingkah.
“Tua gimana sih..? Kalau tua aja masih mulus gini.. gimana mudanya dong..?” Aku coba menggoda.
Mei Ling hanya tersenyum. Aku terus menyabuni daerah pribadinya.
Dengan sengaja aku berlama-lama menggosok-gosok bagian ini. Rupanya Mei Ling mulai bereaksi terhadap belaianku di daerah sensitif ini.
Tubuhnya agak bergetar dan bergoyang mengikuti irama belaianku.
Aku segera menyiramkan air ke sekujur tubuhnya sampai semua busa sabun larut dalam air.
Tubuh basah Mei Ling terlihat semakin menggiurkan.
Shower segera aku letakkan dan aku gamit tubuh Mei Ling mendekat ke arahku sambil aku duduk di pinggir kepala bathtub.
Dengan mesra kupegang kedua pantat Mei Ling dan aku tarik mendekat sampai selangkangannya tak sampai sejengkal di depan mukaku.
Rupanya posisi kepalaku agak terlalu tinggi.. aku agak membungkuk sedikit sambil menciumi selangkangan Mei Ling yang sangat indah itu.
Mei Ling sangat mengerti apa mauku.. dia segera mengangkat kaki kanannya dan meletakkannya di sisi bathtub.. sehingga pangkal pahanya membuka lebar memperlihatkan keindahan yang selama ini tersembunyi di balik lipatan pahanya yang polos itu.
Dalam terangnya lampu neon kamar mandi dan tanpa sehelai bulupun yang menghalangi.. aku bisa menyaksikan dari dekat liang kenikmatan Mei Ling yang begitu merangsang.
Klitorisnya sudah menyembul dan kaku berdiri tetap di atas lubang senggamanya yang terlihat begitu sempit.
Tak tahan aku segera mengulum klitoris yang mungil itu.
Begitu bibirku menyentuhnya.. Mei Ling segera bereaksi dengan mengerang lirih sembari mengelus lembut kepalaku dan sedikit menekannya lebih rapat ke selangkangannya.
Segera kuputar lidahku menjilati benda yang sangat sensitif itu. “Ooohhhh.. ohhhhh.. shhh shhhh..” desahan lirih kian intens keluar dari bibir mungilnya.
Tak lama aku sedikit lebih agresif lagi memainkan lidahku. Kedua tanganku tak henti-hentinya meremas dan membelai kedua bukit pantat Mei Ling yang halus dan kenyal itu. Goyangan tubuh Mei Ling semakin terasa.
Mulailah kuciumi bibir bawah Mei Ling. “Ohhh.. Mas.. Ohhhh.. iya.. iya.. terus Mas..” erangannya makin santer terdengar.
Aku memang tak bermaksud sedikitpun untuk menghentikan aksiku.
Lidahku mulai aku jilatkan ke pinggir lubang kenikmatan Mei Ling.
Entah hanya perasaanku atau memang demikian.. tapi aku rasakan bahwa vagina Mei Ling sudah mulai basah oleh lendir yang licin.
Semakin licin semakin mudah buat lidahku unt menari-nari dan semakin leluasa untuk men-jilat-jilat liang senggama Mei Ling.
“Sssshhhh.. ssshhhh.. Mas.. Oooohhh.. aku nggak tahaaan.. iya.. iya..”
Dalam ‘kesibukanku’ itu masih kusempatkan melirik ke arah cermin besar yang ada di dinding kamar mandi.
Jrengg..! Terpampang jelas adegan yang begitu memukau.
Mei Ling berdiri dengan kaki kanan tertumpu ke sisi bathtub.. sementara mukaku separuh terbenam dalam selangkangannya.
Tangan kanan Mei Ling mengusap rambutku dan tangan kirinya meremas kedua payudaranya bergantian.
Kepalanya agak terdongkak ke belakang.. matanya terpejam rapat. dari balik bibirnya yang mungil yang sedikit terbuka itu terlihat lidahnya menjilat bibirnya sendiri.
Sungguh pamandangan yang sangat indah dan merangsang.
Aku sempatkan untuk berkata.. “Lihat cermin Ling..”
Mata Mei Ling yang tadi terpejam segera terbuka.. wajahnya yang cantik segera menoleh dan menikmati pemandangan di cermin.
Aku kembali membelai vaginanya dengan lidahku yang lincah.
“Mas.. ohhhh.. ooohhh.. Mas.. iya.. iya..” ada sedikit nada bergetar di suara serak Mei Ling.
Aku tahu Mei Ling akan segera mencapai klimaksnya.. maka semakin giat aku menjulurkan lidahku mengorek lubang kenikmatannya sejauh yang aku mampu.
Jari tangan kiriku mulai memelintir klitorisnya yang semakin keras. Tubuh Mei Ling bergetar hebat.
Slrupp.. slrupp.. slrupp.. semakin kupergencar seranganku pada salahsatu bagian tubuh tersensitifnya tersebut.
Mei Ling mulai berkelojotan tak terkontrol.. aku berusaha keras agar bibirku tak lepas dari selangkangannya.
Hingga akhirnya.. “OOOOOOOHHHHHHH.. Maaaaaaaaasssssss.. OOOOOOOHHHHHHH..” Ia melenguh keras dan badannya kejang menggigil.
Hmm.. dapat kurasakan lelehan lendir hangat keluar deras dari liang kenikmatannya.
Segera kusambut cairan kental hangat itu dengan lidahku. Mei Ling telah mencapai puncak orgasmenya.
Untuk beberapa saat aku masih menciumi selangkangnnya dengan lebih lembut. Sementara tubuh Mei Ling sudah mematung tak bergerak.
Hanya deburan nafasnya yang memburu yang menandakan masih ada kehidupan di tubuhnya.
Beberapa saat masih seperti ini. Lalu berangsur tubuh Mei Ling mulai melemas.
Aku lantas berdiri dan memeluknya. Mei Ling segera mencium bibirku dengan sangat lembut dan mesra.
Kami terus berciuman sampai tubuhnya benar-benar tenang dan nafasnya tak lagi menderu.
“Mas Ben.. aku belum pernah merasakan puas seperti tadi.. Mas. Makasih Mas.. aku sayang banget ama Mas Ben..” suaranya terdengar benar-benar tulus.
Mei Ling kembali menciumku.. kali ini aku rasakan ada getaran lain di ciuman lembutnya
Terus terang aku agak kaget mendengar pernyataan sayang Mei Ling.
Dari sekian banyak wanita yang memadu cinta denganku.. belum pernah ada yang menyatakan perasaannya kepadaku.. kecuali istriku tentu saja.
Dan memang kami melakukannya hanya demi kenikmatan.. tanpa melibatkan perasaan. Aku tak tahu harus mengatakan apa..
Akhirnya setelah Mei Ling melepaskan bibirnya dari bibirku aku berkata lirih.. “Ling.. semua aku lakukan demi kepuasanmu.. aku juga menikmatinya Ling..” aku mencoba merangkai kata tanpa harus mengeluarkan rayuan gombal.
Baca Juga : Perawan Ku Diambil Adiku Sendiri Saat Aku Tidur
Baca Juga : 7 Fakta dan cerita unik tentang Bercinta
Me Ling mulai tenang.. dia segera mengambil shower yang sedari tadi terus mengucur tergeletak di dasar bathtub.
Dia menyiram seluruh tubuhku dan menyabuninya.
Di bawah tubuhku tongkat kejantananku sedaritadi sudah berdiri tegak seakan menunggu dan meminta ‘diurus’ juga.. haha..
Mei Ling dengan lembut mengusap dan menyabuni pedang pusakaku. Dia segera menyiram tubuhku lagi dengan shower sampai benar-benar bersih.
“Sekarang gantian Mas.. aku pengin memuaskan Mas Ben..” Mei Ling berkata sambil mengambil posisi duduk di pinggir bathtub seperti aku tadi.
Aku sangat mengerti apa yang akan dilakukan oleh Mei Ling. Akupun segera berdiri di hadapannya.
Kedua tangan mungil Mei Ling merengkuh pantatku dan menarikna mendekat ke wajahnya yang jelita itu.
Tanpa basa-basi dia segera menciumi batang kejantananku dengan bibirnya yang tipis itu.
Perlahan lidahnya yang lembut itu mulai menjilati seluruh permukaan kemaluanku.
Kadang diselingi dengan kecupan dan isapan lembut di kantong bijiku. Aku mulai terbuai oleh permainannya.
Mei Ling sudah mulai mengulum kepala penisku dengan sangat lembut.
Kemudian dengan sangat mesra dia mulai memasukkan seluruh tongkat pusakaku ke dalam mulutnya yang mungil itu.
Sementara di dalam kuluman hangat mulutnya.. lidahnya menggelitik leher penisku. Bagian yang paling sensitif dari tubuhku.
Jelas saja tubuhku merespon tindakannya.. dan mulai menggelinjang penuh kenikmatan.
Kubelai lembut kepala Mei Ling.. dia bereaksi dengan menyedot ringan kepala penisku.
Aku menoleh ke arah cermin. Aku lihat Mei Ling juga memiringkan wajahnya memandang cermin yang sama.
Aku tersenyum penuh arti ke arah Mei Ling lewat bayangan di cermin itu.
Mei Ling hanya mengejapkan sebelah matanya sambil terus mengulum penisku.
Sungguh pemandangan yang sampai saat ini masih suka terbayang di benakku.
Sebelumnya aku tak pernah mimpi bahwa penisku bisa menikmati mulut dari wajah seayu ini.
Entah berapa banyak wanita yang pernah melayani aku dengan mulutnya.. dan masing-masing punya cara tersendiri yang unik.
Apa yang dilakukan Mei Ling sebetulnya juga tak ada yang istimewa sekali.. tapi aku rasakan getaran lain.
Aku tahu Mei Ling melakukannya dengan penuh rasa sayang.. tak sekedar birahi semata.
Hanya ada satu wanita lain yang bisa melakukannya seperti ini.. Winda.. istriku tentu saja.
Lidah dan bibir Mei Ling masih terus menggerayangi kemaluanku.
Nafasku semakin memburu sambil mataku lekat memandang adegan di cermin.
Mei Ling juga menikmati apa yang dia lakukan.. lirikannya juga tak lepas dari cermin itu.
“Ahhh.. ahhhh.. Ling.. nikmat.. ah.. Ling.. kamu pinter Ling.. ahhh terus.. iya.. iya..”
Tanpa bisa aku kontrol mulutku mulai menyuarakan apa yang aku rasakan.
Mei Ling membalas desahanku dengan gelitikan lidahnya di batang penisku. Ini membuat aku semakin terbang ke awang-awang.
“Ahhhhh.. ahhh.. enak Ling.. mulutmu enak sekali Ling.. terus.. ahhhhh.. aku nggak tahan Ling.. ahhh..”
Mei Ling bisa membaca gelagat bahwa puncak gunung kenikmatan sudah di depan mataku.
Dia agak mengubah gayanya.. kini bibirnya mengecup kepala penisku.
Tangan kanannya yang sedari tadi mengelus pantatku mulai mengocok batang penisku.
Mula-mula lambat.. semakin lama kocokannya semakin cepat.
Tak pelak aktivitasnya membuat badanku tak bisa kutahan untuk tidak gemetar penuh kenikmatan.
Dalam kondisi seperti ini biasanya aku memejamkan mata untuk lebih menikmati perasaan ini.
Tapi kali ini mataku terbuka lebar menatap adegan hot di cermin kamar mandi.
Mei Ling juga melakukan hal yang sama.. matanya menikmati bayangan yang ada di cermin itu.
Sementara itu kurasakan tanggulku sudah hampir tak bisa menampung luberan lumpur yang akan segera menyemburkan benih kelelakianku.
Terasa tubuhku sudah bergetar hebat seperti truk tua yang tak kuat mendaki tanjakan terjal.
Mei Ling sudah melepaskan bibirnya dari penisku.. mulutnya menganga lebar dan lidahnya terjulur siap menampung air bah yang dia tahu sebentar lagi akan datang.. kocokannya semakin kuat di batang penisku.
Dan.. “OOOHHHHH Ling..!!” Crooots croots croots croots..!
Entah ‘berapa liter’ cairan kenikmatanku yang menyembur menerjang masuk ke mulut Mei Ling yang masih terbuka.
Sebagian bahkan menyemprot sampai ke hidung dan pipinya.
Mei Ling masih mengocok tongkat kejantanku sampai akhirnya dari penisku hanya tertetes beberapa lendir kepuasan yang masih tertinggal di dalam salurannya.
Beberapa detik kemudian Mei Ling kembali memasukkan seluruh penisku ke dalam mulutnya.
Dia kini mulai menggerakkan kepalanya maju-mundur tanpa tanda untuk berhenti.
Setelah beberapa saat.. tongkat nagaku mulai layu. Aku hendak beranjak menjauh tapi dekapan tangan Mei Ling di pantatku menghalangi gerakku.
Biarpun penisku sudah lemas.. tapi Mei Ling masih mengulum dan mempermainkan di dalam mulutnya.
Sungguh aku tak mengerti apa yang dimaui oleh Mei Ling. Aku mencoba menurut saja.
Sambil berdiri lunglai.. penisku terus diisap dan dijilatinya. Tangan kanannya mengelus dan meremas lembut kantong bijiku.
Barangkali ada lima menit Mei Ling dengan telaten melakukan ini. Lama-kelamaan tanpa aku sadari tongkat komandoku kembali terangkat.
Oh.. wow..! Tak pernah ada wanita yang melakukan ini terhadap aku.. bahkan Winda..!
Sungguh luar biasa.. aku kembali ereksi karena kuluman Mei Ling. Sekarang penisku sudah kembali berdiri tegap siap menerima tugas selanjutnya.
Sambil tak pernah melepaskan genggaman tangannya di batang penisku.. perlahan Mei Ling bangkit berdiri.
Kami kemudian berciuman dengan mesra. Lalu kupeluk Mei Ling dari belakang sambil menghadap cermin besar itu.
Tangan kiriku mulai meraba dan meremas payudaranya yang kenyal itu. Aku pelintir-pelintir lembut putingnya. Mei Ling tampak menyukainya.
Dia menoleh ke belakang dan kami berciuman dari samping. Tanganku mulai bergerilya mengusap dan menggosok kemaluan Mei Ling.
Dia memperlancar aksiku dengan mengangkat kaki kirinya ke bibir bathtub.
Segera saja jari tanganku mendaraat di klitorisnya yang terpampang jelas dari cermin.
Tangan kanan Mei Ling menggerayangn ke belakang tubuhnya dan menemukan penisku yang memang sedari tadi sudah tegak berdiri.
Aku agak menggesar tubuh ke kanan sehingga sebelah tubuhku nampak di cermin. Sekarang Mei Ling leluasa mengusap lembut batang kejantananku.
Sambil terus saling meraba dan merangsang.. mata kami tak lepas dari bayangan indah di cermin besar itu.
Kami berdiri agak bersisian dengan sebagain tubuhku di belakang tubuh Mei Ling yang polos. Kaki kiri Mei Ling bertumpu di bibir bathtub.
Tangan kiriku menggerayangi kemaluan Mei Ling yang menganga lebar. Tangan kanan Mei Ling mengocok penisku yang berdiri kokoh.
Kami masih terus saling menikmati permainan ini untuk beberapa saat.
“Ling.. kamu sungguh cantik.. bodimu seksi banget..” Mei Ling hanya tersenyum tersipu. Kami terus melanjutkan aksi kami.
Beberapa saat kemudian tubuh kami mulai bereaksi dan nafas kami semakin memburu.
Kemudian kubimbing Mei Ling untuk keluar dari bathtub. Kuminta Mei Ling membungkuk sambil tangannya bertumpu pada kepala kloset.
Kakinya agak aku renggangkan sedikit. Lalu perlahan kutekuk sedikit lututku.. sehingga selangkanganku pas di belakang pantat Mei Ling yang padat kenyal itu.
Senjataku yang sudah terkokang aku arahkan ke pangkal paha Mei Ling yang sedikit terbuka.
Dari sudut yang sangat sempit aku bisa lihat liang senggamanya seolah ‘melambaikan tangan’ merindukan tusukan penisku.
Tangan kiriku agak menggeser pantat kiri Mei Ling agar lebih leluasa.
Mei Ling membantu dengan tangan kanannya menekan pantat kanannya.. sehingga jalan masuk penisku semakin lapang laksana jalan tol Jagorawi.
Perlahan dengan tangan kananku kubimbing ‘adikku’ memasuki gua gelap penuh kenikmatan itu.
Vagina Mei Ling pun sudah licin oleh lendir pelumas akibat rangsangan jariku tadi.
Blessepp..! Batang penisku segera meluncur masuk tanpa halangan.
Kedua tanganku memegang pinggang Mei Ling yang sangat ramping itu.. mengarahkan gerak sodokan pinggulku semakin mantap.
Slebb.. clebb.. srebb.. crebb.. srebb.. clebb.. slebb.. crebb.. srebb..
Pantatku mulai bergerar lembut maju-mundur.. membuat batang penisku menusuk-nusuk pelan liang senggama Mei Ling secara berirama.
Mata kami berdua tak lepas dari cermin itu.. menikmati adegan asyik yang terpampang di sana.
Punggung Mei Ling agak melengkung.. buah dadanya yang sangat ranum itu menggantung merangsang. Tanganku segera meluncur ke bukit indah itu dan mulai meremasnya sambil pantatku terus menyodok maju-mundur pelan.
“Oooohhhh.. ooohhhh.. shhhh shhhhh.. Mas.. nikmat..” Kata-kata Mei Ling membuat aku sedikit mempercepat pompaan pantatku.
Mei Ling mengimbangi dengan goyangan pantatnya memutar searah jarum jam.
Clobb-crebb-crebb-crebb-clebb-clebb-crebb-crebb-clobb-clobb.. Bebunyian indah terdengar begitu syahdu berpadu dengan bunyi seperti tepukan plokk.. plokk.. setiapkali pangkal pahaku dan buah pantat Mei Ling beradu..
“Aaahhh.. Ling.. ahhhh.. Ling.. enak sekali.. Ling.. aku suka itumu..”
“Oooh.. Mas.. terus.. ooohhh.. enak Mas.. iya.. iyaaa..”
Kami saling bertukar desahan dan erangan penuh kenikmatan. Tanpa terasa sodokan pantatku semakin kencang.
Hingga tanpa disadari Mei Ling semakin merendahkan tubuhnya dan punggungnya semakin melengkung.
Ini mumbuat aku semakin leluasa. Dekapan kedua tanganku di pinggangnya semakin kencang.
Dengan penuh perasaaan kutarik pinggulnya maju-mundur.. sementara aku berdiri dengan kaki sedikit membuka.. sehingga kuda-kudaku semakin kokoh.
Pantatku sudah tidak bergerak.. sebagai gantinya panggul Mei Ling yang aku gerakkan.
“OOOhhhh Mas.. Mas.. aku.. nggak.. tahan.. terus Mas.. terus..”
“Ahhhh.. ssssshhhh.. sssshhhh.. Ling.. ayo.. aku juga.. nggak tahan.. ayo Ling.. sekarang..”
Pantatku kembali menyodok-nyodok.. kali ini dengan keras.. sehingga seluruh batang penisku menghujam ke kedalaman liang vagina Mei Ling.
Jari tangan kiriku sudah menggosok-gosok klitorisnya. Semuanya sudah berlendir licin.
Tubuh Mei Ling kini terasa telah kaku tak bergerak.. kakinya berjingkat dan mengangkang lebar.
Sementara di aku.. gunung merapiku pun terasa sudah hampir meletus.. untuk meledakkan magma yang menggelegak di dalamnya.
Clobb-crebb-crebb-crebb-clebb-clebb-crebb-crebb-clobb-clobb..
Aku semakin gahar menghujamkan seluruh batang kejantananku ke liang kenikmatan Mei Ling sedalam yang aku mampu.
Tubuh Mei Ling kurasakan mulai gemetar. “Ayo.. Mas.. se..ka..rang.. OOOOOOOOHHHHHHHHHH OOOOOOHHHHHH..!!”
Lolongan panjang Mei Ling aku timpali dengan hujaman penisku setandasnya di selorong vagina Mei LIng..
“Ahhhhhh.. Ling..!” Sreet.. crootz crootz crootz..!! Cairan hangat spermaku muncrat deras di lubuk liang nikmat yang hampir bersamaan berkedut-kedut.. seolah meremas dan memerah isi batang penisku yang tengah terbenam di sana.
Ouwhhh..! Kami mencapai puncak nikmat persetubuhan hampir berbarengan.
Sungguh kenikmatan luar biasa.. dan semuanya tadi aku nikmati secara visual di cermin yang jadi saksi kepuasan kami berdua.
Hingga detik ini aku masih bisa mengingat persis peristiwa hebat itu sampai sedetailnya. Dan kuakui itu merupakan salahsatu pengalaman seksku yang paling dahsyat.
Makasih Mei Ling.. wanita keturuan Tionghoa di kota M. Aku akan selalu mengenangmu.
Dan tak mampu kupungkiri.. betapa malam itu kami betul-betul menikmati kepuasan yang tiada tara.
Akhirnya.. setiapkali aku tugas ke kota M.. aku selalu memadu kasih dengan Mei Ling dan atau Lina.. baik secara bergantian atau bersamaan bertiga.. dengan penuh mesra dan nafsu birahi membara..
No comments:
Post a Comment